Mohon tunggu...
H.S Parukitta
H.S Parukitta Mohon Tunggu... pelajar mahasiswa -

"Melihat dari Sudut yang Berbeda"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terima Aku Sebagai Pelacur (Curhat Seorang PSK)

21 Februari 2017   20:40 Diperbarui: 24 Februari 2017   02:01 4755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Sore itu hujan tidak terlalu deras, angin-angin menggerutu seperti menghakimi lara hati seorang Wanita Belia tepat di ujung Ombak Pantai Losari Makassar”

Waktu kecil aku pernah ditanyai oleh guru “mau jadi apa Putri ketika Besar nanti? Sebagai seorang siswi tentulah akan kujawab sesuai dengan yang kuinginkan, aku ingin menjadi seorang Dokter agar bisa menyembuhkan banyak orang, supaya tidak meninggal seperti ibu yang saat itu Menderita Kanker, ucapku. pertanyaan Guruku tak sampai hanya sampai disitu, ia melanjutkan dengan “ketika Putri sudah jadi Dokter apa yang Putri Lakukan? Secepat kilat aku menjawab “ingin Mengobati tanpa Biaya bu’! “Waktu itu putri duduk di kelas IV SD ibunya meninggal karna tak ada uang untuk Melakukan perawatan dan Operasi di rumah sakit, ditengah himpitan kondisi keuangan Putri hidup sebagai keluarga yang tergolong Miskin, ayahnya hanya Tukang narik Becak dan ibunya Pembantu rumah Tangga di sebuah rumah Lorong sampaing tempat tinggal Putri”

Sore itu hujan tidak terlalu deras, angin-angin menggerutu seperti menghakimi lara hati seorang Wanita Belia tepat di ujung Ombak Pantai Losari Makassar, hatinya Gersang penuh dengan debu kehinaan Dunia, jiwanya Basah oleh Comberan kondisi Ekonomi negara ini, namun apa Daya kemana ia mengadu atas kersnya hidup, mempecundanginya hingga hilang Senyum Manis di bibirnya. Yah dia Putri gadis umur 21 tahun tinggal di pinggiran Kota makassar, setiap hari ia menjalani malam berkedip-kedip namun bukan bintang, matanya Suap sampai pagi dan tubuhnya Di paksa kuat setiap saat lalu hatinya di koyak-koyak setiap Jamnya. Hal itu yang nampak saat ia melepaskan senyum kecil hambar dari sudut bibirnya.

Pukul 17:00, putri terdiam duduk menapat ke panjang dan luasnya lautan di hadapannya di tengan keramaiaan putri hanya mengacuhkan semua orang-orang yang lalu lalang di hadapannya entah itu suara sendal, sepatu ataupun suara bising lainnya ia tak peduli ia hanya sibuk bergumam dan entah apa yang ada pada Gumamnya saat itu. di waktu bersamaan, Aan yang seorang Fotografer Muda tak sengaja memotret Pose Putri yang lumayan menarik matanya untuk mengambil salah satu gambar yang ada di sekitaran Pantai Losari, dia mengambil gambar dan trus-trusan mengambil Gambar Putri sampai pada akhirnya putri Sadar bahwa ada seorang Pria yang sedang mengambil gambarnya dari  kanan kiri,

Putri     : heiiii, fotoku kau mau apakan? Seenaknya foto kanan-kiri tanpa permisi-permisi, ihhh

Aan      : maaf Mba, Cuma ingin nambah koleksi ajah, maaf yahh”

Putri     : gk, hapus..

Aan      : kok di hapus sih mba? Kan kasian ini sudah cantik-cantik Gambarnya kenapa harus dihapus lagi!!!

Putri     : Ulang Maksudnya. “sambil tersenyum kecil”

Hati Aan pun seketika legah mendengar Candaan putri yang cukup ramah baginya, awalnya kaku eh akhirnya mereka Menghabiskan Sore bersama-sama sambil Potret ini itu sampai malam meredupkan penglihatan Mereka. Haripun semakin gelap menunjukkan pukul 19 : 20 malam. Selesailah sesi foto-foto mereka, putri sangat menikmati sore itu bersama aan terlihat dari Caranya tertawa dan bercakap singkat pada Aan, dalam tiap Cekrek Camnya seperti Singa yang sangat menguasai Medan saat ingin memangsa. Begitulah ilustrasi tepatnya kelihaiaan aan dalam menggunakan kamera dan baiknya gambar yang ia potret.

Aan aku duluan yah, ada kerjaan!! Okelah hati-hati “kata Aan” putripun beranjak meninggalkan Aan . dalam kondisi mengecek-ngecek gambar tanpa sadar ia terbawa suasana dan melupakan meminta kontak putri agar ia bisa memberikan hasil dari kerjaan mereka Sore tadi, sesingkat waktu kedekatan mereka sangat cepat dan akrab sampai sampai Aan lupa bahwa mereka belum berteman lama baru beberapa jam yang tadi hal itulah kenapa dia bisa melupakan Meminta kontak sang putri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun