Mohon tunggu...
Healthy

Peran Farmasis dalam Menyongsong Indonesia Sehat 2025

29 Desember 2017   21:32 Diperbarui: 16 Januari 2018   20:50 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Farmasi mulai ada sejak 460-370 SM yaitu pada masa hipocrates yang dikenal sebagai "Bapak kedokteran Modern".  Farmasi merupakan bidang kajian ilmu tentang penyediaan, pengawasan dan pendistribusian obat dan kosmetik. ilmu farmasi merupakan kombinasi ilmu kesehatan dan ilmu kimia yang ditujukan untuk pembuatan sediaan farmasi. Sediaan farmasi biasanya berasal dari makhluk hidup seperti tumbuhan, hewan ataupun manusia itu sendiri. Sediaan farmasi dapat berupa aerosol, kapsulm tablet, krim, emulsi, ekstrak, gel, inhalasi, injeksi, solutio dan lain lain. 

Orang yang mengkaji bidang ini biasa disebut farmasis. Farmasis merupakan orang yang dipersiapkan untuk mampu menjadi tenaga medis yang berkompeten dalam bidang penyediaan, pengawasan dan pendistribusian obat. Dalam bidang kefarmasian, dikenal istilah "Nine Star Farmasi" atau 9 bintang farmasi yaitu care-giver (pelayanan), Decision-maker (pembuat keputusan), communicator, manager, leader (pemimpin), life-long learner (belajar sepanjang waktu), Teacher (pengajar), research (penelitian) dan entrepreneur (pengusaha).

Secara bahasa, Farmasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu "pharmacon" yang berarti obat atau racun. Maksudnya, bahwa obat sangat berpengaruh pada hidup seseorang, karena jika terdapat kesalahan dosis, maka obat tersebut bisa menjadi racun. Maka dari itu, seorang farmasis memiliki peran penting dalam dunia kesehatan. Jika dilihat sekilas, farmasi memiliki kemiripan dengan ilmu kedokteran tetapi tetap saja ada perbedaan diantara keduanya. 

Perbedaan keduanya ada pada kajian farmasi tentang farmakologi yang mempelajari efek-efek yang ditimbulkan obat, reaksi tubuh terhadap obat dan perjalanannya dalam tubuh mulai dari tahap adsorbsi, distribusi, metabolisme sampai pada tahap ekskresinya. Tetapi, jika keduanya dikolaborasikan, maka akan tercipta pelayanan optimal di bidang kesehatan.

         Organisasi kefarmasian yang paling dikenal Di Indonesia adalah Ikatan Apoteker Indonesia atau yang disingkat IAI yang diperuntukkan bagi para apoteker Indonesia. Tapi, juga terdapat organisasi atau perhimpunan mahasiswa farmasi yang dikenal dengan ISMAFARSI (Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia). Baik IAI maupun ISMAFARSI merupakan sebuah organisasi kefarmasian  yang turut menaungi dan memfasilitasi peran mahasiswa farmasi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia. Dengan berbagai program kerja yang dilaksanakan, sangat diharapkan pengabdian masyarakat dan peningkatan kualitas kesehatan di Indonesia dapat berkembang menjadi lebih baik setiap tahunnya.

        Kefarmasian di Indonesia saat ini sedang mengalami banyak tantangan, seperti peraturan pemerintah no. 51/2009 tentang pekerjaan kefarmasian, strategi menghadapi MEA 2015 (free flow of goods, service, investment, capital and skill labour) dan penyelewengan praktik apoteker. Tidak hanya itu, farmasis juga sedang menjalani tantangan dalam menyongsong Indonesia sehat tahun 2025.  

         Pemerintah Indonesia dewasa ini, sedang merencanakan program pembangunan di bidang kesehatan, yaitu "Indonesia Sehat 2025" yang bertujuan untuk menciptakan keadaan Indonesia yang kondusif dan sehat jasmani maupun rohani. Program ini menitikberatkan pada bagaimana cara masyarakat untuk berperilaku hidup sehat, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, serta pencegahan berbagai macam resiko penyakit. 

Selain itu, program ini sangat mengharapkan setiap tenaga medis memberikan pelayanan yang bermutu dan berkualitas tanpa memperhatikan kuantitas pada masyarakat. Visi program ini diantaranya agar tercapai derajat kesehatan yang bermutu di setiap kalangan masyarakat, karena jika tubuh sehat, maka pikiran sehat sehingga diharapkan masyarakat bisa lebih kreatif dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

        Dalam program tersebut, tentunya sangat dibutuhkan seorang Farmasis, karena setiap tenaga medis baik dokter, bidan dan lain-lain pasti menggunakan sediaan farmasi. Tentunya, tenaga medis kefarmasian atau seorang farmasis lah yang paling mengetahui bagaimana karakteristik sediaan atau obat tersebut. Tidak hanya itu, farmasis yang telah bergelar apoteker pun sangat penting perannya dalam penditribusian obat. Jika seorang apoteker tidak menjalankan tugasnya dengan baik, maka pembangunan kesehatan yang dicanangkan pemerintah bisa gagal. 

Misalnya, jika seorang apoteker  menjual narkotika secara bebas, maka peredaran narkotika di Indonesia akan semakin meningkat dan tentunya yang menjadi sasaran utamanya adalah para pemuda ataupun para pelajar yang merupakan penerus bangsa. Satu diantara kasus kelalaian apoteker adalah kasus penyebaran PCC di kendari yang memakan banyak korban. Dalam kasus tersebut yang dianggap salah adalah apoteker sebuah apotik padahal dia tidak tau apa apa mengenai PCC tersebut.

         Kefarmasian, telah melalui 3 era yaitu era tradisional yang berbasis bahan alam, era scientific dan era klinis. Sedangkan saat ini,  Farmasi telah memasuki era pharmaceutical care, yaitu sebuah era baru dari pelayanan kesehatan (health care) dengan tujuan meningkatkan penggunaan, keamanan dan efisiensi penggunaan obat itu sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun