Tanaman aren dapat tumbuh dengan baik di Provinsi Sumatera Barat di Kabupaten Lima Puluh Kota dengan Kecamatan Lareh Sago Halaban sebagai daerah penghasil terbesar. Hal inilah yang menyebabkan kegiatan usaha industri gula semut aren menjadi mata pencaharian utama bagi masyarakat di Kecamatan Lareh Sago Halaban karena pekerjaan tersebut telah terjadi secata turun-temurun dan masih menggunakan teknik pengolahan secara tradisional.
Rendahnya produktivitas, terdapat persaingan dengan jenis gula lain, terdapat produk dari daerah lain, lemahnya daya saing, dan kurangnya kemampuan dalam penggunaan TI membuat industri gula semut aren ini menjadi sulit untuk berkembang. Oleh karena itu perlu adanya upaya yang harus dilakukan agar daya saing industri gula semut aren meningkat dan mampu meningkatkan jumlah permintaan baik dalam negeri maupun luar negeri atau permintaan ekspor.
Untuk meningkatkan daya saing gula semut aren diperlukannya sebuah strategi pengembangan dengan melihat faktor lingkungan baik itu eksternal maupun internal. Evalia et al. (2015) menyebutkan faktor yang menjadi penentu pembangunan industri gula semut aren adalah pemberdayaan petani, teknologi pengolahan, dana dan investasi, pengembangan produk, serta pemasaran.
Jurnal berjudul "Strategi Pengembangan Agroindustri Gula Semut Aren" yang ditulis oleh Nur Afni Evalia dari Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang, membahas tentang gula semut aren yang memiliki nilai ekonomis, Kecamatan Lareh Sago Halaban sebagai daerah penghasil tanaman aren terbesar di Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat, proses pembuatan gula semut aren dan jumlah permintaan, serta bagaimana perkembangan industri gula semut aren.
Penulisan jurnal "Strategi Pengembangan Agroindustri Gula Semut Aren" di latar belakangi oleh rendahnya tingkat daya saing gula semut aren ini hingga sulit untuk berkembangnya industri gula semut aren aren yang ada di Kecamatan Lareh Sago Halaban. Oleh karena itu, usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan daya saing gula semut aren adalah dengan membuat atau menyusun strategi pengembangan.
Metode yang digunakan oleh penilus Nur Afni Evalia adalah dengan menggunakan sumber data primer dan sekunder, observasi langsung, wawancara, kuesioner kepada lima orang yang telah dianggap mengerti dan memahami dengan kondisi dan masalah agroindustri aren (dosen Teknologi Industri Fakultas Teknologi Pertanian Unand, Kasi Pembina dan Pengembangan IKM Dinas Koperindag Kabupaten Lima Puluh Kota, ketua kelompok tani aren Mayang Taurai dan sekaligus sebagai ketua Forum Komunikasi aren, ketua kelompok tani Aren Tujuah Boleh). Analisis data yang didapatkan dilakukan dengan cara kualitatif dan kuantitatif, yaitu dengan analisis deskriptif, faktor internal (IFE) dan faktor eksternal (EFE) untuk menganalisis lingkungan industri, kemudian menyusun pengembangan strategi dengan SWOT, pemilihan strategi dengan FGD, dan menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process).
Fokus penelitian dalam jurnal adalah penyusunan strategi pengembangan industri gula semut aren, penulis juga memaparkan teknologi dan proses pembuatan gula semut aren yang masih menggunakan cara tradisional yang membutuhkan waktu selama 7-8 jam, serta hanya memproduksi gula tergantung pada jumlah permintaan.
Berdasarkan pemaparan dari penulis di dalam jurnal, proses pengolahan gula semut aren adalah nila aren sebanyak 50 liter diberi ph (7), kemudian di saring dan dipanaskan, lalu diaduk hingga nira menjadi pekat, nira yang telah pekat tersebut didinginkan, setelah dingin diaduk kembali, dan jadilah gula semut aren. Gula semut aren tersebut pun dicetak dengan alat yang masih bekerja secara tradisoinal.
Dalam jurnal, penulis mengidentifikasi lingkungan industri secara internal yang terdapat kekuatan dan kelemahan. Kekuatan tersebut berupa:
- Masyarakat dan petani telah membuka mata akan teknologi dan memiliki jiwa kreativitas yang tinggi.
- Produk gula semut aren memiliki ciri khas tertentu yang berbeda dengan produk jenis gula lainnya.
- Ketersediaan bahan baku yang banyak.
- Harga jual yang tinggi mengakibatkan gula semut aren memiliki potensi dalam bidang ekonomi.
- Tanaman aren yang digunakan tidak menggunakan pestisida dan termasuk tanaman ramah lingkungan.
- Terdapat infrastruktur yang telah memadai, seperti jalan, listrik, dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk kelemahannya terdiri dari:
- Kualitas produk gula semut aren belum memenuhi standar ekspor.
- Produk masih belum stabil, baik itu kualitas maupun kuantitas.
- Informasi tentang pasar yang didapatkan terbatas.
- Kurangnya informasi mengenai apliakasi tepat guna.
- Kualitas SDM untuk pengolahan tanaman aren masih rendah.
- Masih banyak petani yang menjual dalam bentuk tuak.
- Proses produksi yang digunakan masih tradisional.
- Aliran dana yang masih terbatas.
Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh penulis, didapatkan total nilai untuk matriks IFE sebesar 2,646 yang berarti posisi agroindustri gula semut aren secara internal dapat dikatakan cukup baik dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk manangani kelemahan yang mampu menjadi faktor penghambat pengembangan agroindustri gula semut aren.