Mohon tunggu...
Hamim Kaunankhair
Hamim Kaunankhair Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

nyantri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Akal dan Sopan Santun

10 Juli 2024   00:30 Diperbarui: 10 Juli 2024   00:35 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang punya persepsi yang berbeda beda, hal tersebut menandakan bahwa wajarlah bilamana orang itu memiliki pandangan yang bermacam-macam, lantas apakah sopan santun dalam berpikir itu ada? 

Maka disini dapat dipaparkan bahwa apabila orang itu dibatasi cara berpikir dengan sopan santun maka hak untuk berpendapat seorang itu akan minim sekali, yang terjadi adalah hanya orang- orang yang tertentu saja yang bisa mengemukakan pendapat justru akan terjadi pro kontra bukanlah hal tersebut sebagai suatu ajaran dari Baginda nabi kita, beliau apabila ada sesuatu yang akan dipermasalahkan maka akan merembukkan terlebih dahulu kepada para sahabat beliau dan itu terbuka untuk seluruh sahabat beliau, ini menandakan akal manusia itu mempunyai hak untuk meluapkan isi didalam pikiran tersebut dan tak ada pembatasan atas akal karena memiliki perspektif berbeda-beda.

Sopan santun yang di maksudkan dalam konteks disini adalah gestur gaya tubuh sesorang dalam segala hal atau dengan mimik seseorang dapat kita simpulkan bagaimana tingkah laku seseorang apakah cocok dengan apa yang di ungkapkan pikiran dari akal menuju hati ataukah tidak, jadi dalam berpikir itu tidak di batasi oleh sopan santun hanya saja orang akan bisa mengendalikan pikirannya dengan isi hati yang bersih, hatinya siap untuk memaparkan apa yang ada dalam otaknya lalu mengalir ke lidah dengan ucapan yang sesuai dari hatinya itu, apabila sesorang sudah emosional maka di sanalah akan berbenturan antara pikiran dengan sopan santunnya, dan besar kemungkinan emosinya akan searah dengan pikirannya itulah penyebabnya orang yang terlarut dengan materi lalu hatinya tidak tergerakan menuju sopan santun seolah-olah dirinya merasa paling benar. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun