Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Usaha Menghargai Diri Sendiri

1 Oktober 2024   05:48 Diperbarui: 1 Oktober 2024   10:16 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyerahan Penghargaan dan Hadiah untuk Guru di Yayasan Bahrusysyifa Lumajang (Hamim Thohari Majdi) 

Harga diri adalah sebuah nilai kepantasan mnimal yang harus diperjuangkan setiap orang, utamanya dalam lingkup sosial dan pekerjaan, harga diri akan menentukan citra diri seseorang dalam merangkai karir kehidupan. Juga menentukan kepuasan dan kebahagiaan hidup.

Untuk meningkatkan harga diri, jalan yang ditempuh beragam dari masing-masing individu, bergantung dari ciri kepribadiannya. Secara umum terbagi menjadi dua yaitu kepribadian yang terbuka atau ekstrovert dan tertutup atau introvert.

Bagi yang berkepribadian terbuka seringkali membuat pernyataan secara jelas dalam menentukan harga dirinya, berapa nilai yang diharapkan dan upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan. Sementara kepribadian tertutup, pernyataan harga diri, tidak tegas, semu dan malu-malu. Bahkan tersekan tidak membutuhkan nilai dan penilaian untuk dirinya.

Apapun bentuk dan ragam kepribadian, pada dasarnya semua orang memiliki harga diri, dan ingin dihargai minimal pantas sesuai harapan terlbih biasa dinilai lebih tinggi dari ekspektasinya. Bukankah sifat dasar manusia ingin dipuji ? dan hampir setiap manusai menghindari hinaan tau celaan dan penilaian jelek buat dirinya.

Perhatikan setiap sesuatu yang mengandung unsur penilaian, bahwa dalam proses penilaian semua orang ingin mendapat nilai yang terbaik, sehingga berbagai usaha dilakukan, termasuk menjadi pesulap. Atau meminjam sepatu aladin, agar semunya tampak glowing. Namun kadang ada yang mengemas pernyataan seakan-akan rendah hati, padahal sejatinya posisinya sudah rendah diri.

Para jawara selalu berucap bijaksana, karena sudah mendapatkan peringkat, berada di atas panggun, senyumnya mengembang bahkan dadanya melebar. Kata-kata yang diucapkan tidak menunjukkan kesombongan, karena telah mampu membuktikan dan mensederajatkan antara ucapan dan perbuatan. klop.

Sedang bagi yang kurang memperhatikan kenaikan harga diri (bisa jadi karena kurang menonjol atau biasa-biasa saja), senantiasa berfilosofi seperti padi, semakin kuning semakin merunduk, legowo dengan keadaan sekarang, tidak perlu neko-neko, apa adanya dan sudah puas dengan apa yang dimiliki. Bisa jadi  realitas batinnya penuh gejolak, ingin berada di puncak, namun apa daya tangan tak sampai.

Sebuah citra diri perlu dihias sedemikian rupa, agar glowing. untuk siapa ? ya tentu bukan saya untuk orang lain, yang lebih penting adalah untuk diri sendiri, agar dalam menjalani hidup bisa memiliki makna kemanfaatan yang lebih.

Berlomba-lomba untuk menaikkan harga diri sangat dibutuhkan, sehingga kualitas diri akan semakin meningkat. Tentu dengan cara yang tepat, tidak menciderai norma-norma kemanusiaan dan sportivitas. Ini menunjukkan bahwa proses perjuangan penaikan harga diri juga mendapat perhatian dan penilaian, dengan kata lain proses dab pencapaian hasil akhir merupakan satu paket yang tidak bisa dipisahkan, hubungan proses dan hasil secara sederhana dalam dinyatakan bahwa hasil tidak akan mengingkari proses atau proses menuntun kepada hasil.

Harga diri dalam konteks sosial adalah pengajuan banyak orang,  bukan pengakuan diri sendiri. Sebaik apapun narasi yang diuntai tentang diri sendiri, tetapi perilaku atau kenyataannya tidak sesuai dengan fakta yang ada, maka menjadi pribadi seperti pepatah "tong kosong nyaring bunyinya". 

Penting bagi semua orang atas harga diri, dan lebih penting lagi untuk selalu dipoles agar lebih glowing, sederet prestasi akan meningkatkan rasa percaya diri yang mampu dijadikan modal untuk meninggikan harga diri, bukankan "sedikit demi sedikit akan menjadi bukit" jauh lebih mudah dari pada harus membangun istana dalam waktu semalam, hanya orang yang sakti yang bisa mewujudkan, atau dalam dongeng dan film.

Bagi sebuah lembaga, peningkatan harga diri dicirikan dengan banyaknya prestasi, baik secara individual oleh orang-orang yang ada di dalamnya, atau secara kelembagaan yang berarti kultur dan manajerialnya.

Usaha Menghargai Diri Sendiri

Hamim Thohari Majdi

Lumajang, 1 Oktober  2024


  • @SoerPloes

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun