Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bermain Peran dalam Panggung Kehidupan untuk Mendapatkan Status Perwalian Nikah

29 September 2024   11:19 Diperbarui: 29 September 2024   11:26 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nikah Batal Tanpa Wali (Hamim Thohari Majdi)

Pertama tidak diangkat ketika petugas menelpon pak mudin, kedua ditolak. akhirnya petugas mengirim pesan melalu WA. tut.. tuut tuut, pak mudin balik yang menelpon, "ya pak ada pak" petugas menjelaskan bahwa wali yang dicari atas perintah pak mudin tidak ada di tempat dan tidak bisa di hubungi "kata mereka sudah menjelaskan ke pak mudin, kalau walinya berada di sumatera dan kalimantan, keduanya tidak diketahui alamatnya dan tidak bisa dihubungi" jelas pak petugas ke pak mudin, "trus apa yang harus kami lakukan" sahut petugas "ooo, maksudnya, saya meminta untuk calon pengantin memastikan keberadaan walinya, dan menelponnya, bukan mendatangi rumahnya" ujar pak mudin

Benar dugaan petugas, ada kesalah pahaman memahami perintah pak mudin, maunya pak mudin calon mempelai memastikan bahwa kedua walinya tidak dapat dihubungi, hanya itu saja, tanpa harus mencari ke tempat domisili aslinya, karena secara jelas tidak ada di tempat.

Calon mempelai perempuan sepertinya malu, merasa salah memahami permintaan pak mudin, dan usahanya mendatangi tempat domisili walinya juga sia-sia. "bahaya, kalau begini keadaan, gak jadi kawin, gagal nikah gue" celoteh calon mempelai laki-laki. Mereka berdua benar-benar sedih, tidak tahu kalau akhir ceritanya serti ini, keduanya saling bertatap pandang, saling berunjuk muka menunjukkan kekecewaan. 

"mas, coba hubungi pak mudin, aku mau ngomong"pinta perempuan kepada calon suaminya tang tampak lebih mudin, "pak mudin,  wali saya tidak ada di tempat" ujar perempuan itu setelah membuka percakapan dengan salam. "bagaimana nasib saya, saya tidak bisa menikah" dengan mimik sedih dan berisak tangis. "pokoknya saya harus kawin, bantu aku pak mudin, bantu aku" ucapan sambung menyambung, membuat pak mudin tidak memilik kesempatan untu menyela, setalah tampak lelah berkata-kata ke pak mudin, perempuan itu menhela napas dan menghentikan ucapaknnya,  ganti pak mudin yang bicara"ya mbak, kemarin kan saya bilang sebelum berkas didaftarkan ke KUA, sekali lagi hubungi dulu, walainya, kalau memang benar-benar tidak diketahui keberadaannya dan tidak bisa dihubungi, nanti ceritakan keadaan yang sesungguhnya kepada petugas" 

Entah apa yang sedang diperankan oleh perempuan ini, atau ada maksud apa yang dipertontonkan di depan petugas, isak tangisnya tak henti sepanjang pencapakapan dengan pak mudin via seluler. seiisi ruangan bengong, diam, tidak ada yang berani komentar, bahkan ada salah satu  karyawan harus keluar ruangan, tidak tahan mendengar isak tangis.

Tampaknya bagi seseorang perlu, membuat cerita di atas panggung yang sedang dijalani, membuat peran di atas lakon yang sedang diperankan, untuk meyakinkan orang lain, dan mengabulkan harapan-harapannya. Peduli amat dengan orang lain, peran yang dipertontonkan itu merendahkan diri atau tidak pantas, karena itu yang diharapkan untuk bisa menguras iba dari orang yang hadapi dan memuluskan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. 

Seperti pertunjukan pada umumnya, baik berupa teledrama, sinetron, novel atau pementasan, meski ceritanya sangat apak dan menarik, para pemain menghayati peran, namun respon para penonton tetaplah berbeda bergantung dari suasana hati dan maksud menonton, bisa jadi cerita sedih justru menjadi hiburan bagi yang sedang gundah, bahkan cerita jenaka bisa menyebalkan karena dianggap penghinaan. 

Bermain Peran Dalam Panggung Kehidupan Untuk Mendapatkan Status Perwalian Nikah

Hamim Thohari Majdi

Lumajang, 29 September 2024

@Surplus   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun