Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keagungan Tugu Golong Gilig

31 Agustus 2024   18:07 Diperbarui: 1 September 2024   06:29 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu pemandangan mereka ingjn menkadi bagian dari sore tugu golong gilig (Hamim Thohari Majdi)

Jogjakarta sebagai Derah Istimewa menyimpan banyak kisah peradaban di masa lampau dalam koridor kerajaan. Monumen yang bisa dikunjungi dan dinikmati keindahannya masih sangat banyak, seoerri keraton, tamansari, dan tugu golong gilig sebagai tetenger untuk pemantauan gunung merapi.

Di sore hari tugu golong gilig memilik daya tarik luar biasa dahsyatnya, empat penjuru jalan yang mengitari dipadati para pengunjunvg. Terutama para mahasiswa dan wisman. Entah magnit apa yang menriknya, secara kosmos tidak ada peristiwa yang membedakan dengan tempat lain, kecuali keagungan kota Jogjakarta.

Suasana tugu golong gilig di sore hari seoerti ngabuburit di bulan puasa selalu ramai (Hamim Thohari Majdi)
Suasana tugu golong gilig di sore hari seoerti ngabuburit di bulan puasa selalu ramai (Hamim Thohari Majdi)

Jogjakarta atau Yogjakarta atau jogjamemiliki tempat wisata hingga pesisir selatan di kabupaten gunung kidul yang terkenal dengan sebutan Jogja lantai dua menjadi tempat wisata yang menarik, terlebih ada jalan Maribolo yang legendaris tanpa Marioboro belum ke Jogja.

Deretan perguruan tinggi bertebaran dari ujung ke ujung ada universitas tertuanya yaoti UII, ada Universitas Gajah;mada (UGM) dan banyak lainnya, sehungga menjadikan Jogjakarta berjukuk kota pelajar. Menjadikan banyak perantau yang menjadi penduduk musiman.

Salah satu pemandangan mereka ingjn menkadi bagian dari sore tugu golong gilig (Hamim Thohari Majdi)
Salah satu pemandangan mereka ingjn menkadi bagian dari sore tugu golong gilig (Hamim Thohari Majdi)

Dunia digital telah menyeret manusia ke dalam satu titik yang bernama viral, tak ingin tertinggal  kereta senja berangkatnya mentari menemui rembulan. Entah apa yang mereka cari, dari bisik bisik kedai kopi hingga emperan perguruan tinggi cerita tuhu golong gilig menjadi judul pengantar di setiap aktifitas.  Biarlah anak muda menikmati dan mencintai sejarah. Jangan biarkan sejarah terhempas oleh berita angin lalu. 

Di tugu golong gilig anak muda ingin menjadi sejarah dan menulis sejarah dalam beranda media sosialnnua,  Jogjakarta berjubel manusia, berjuta kepala, entah apa yang ada di kepala mereka, sebagian ada yang siap diisi untuk memperkaya pengetahuan, sebagian dituang agar penat lenyap perlahan-lahan. Tigu, sekali lagi tugu entah pernama golong gilig atau pahlaman dan nama-nama lainnya, adalah keagungan bagi masyarakatnya.

Di salah satu sudut namun tidak disudutkan (Hamim Thohari Majdi)
Di salah satu sudut namun tidak disudutkan (Hamim Thohari Majdi)

JOgjakarta, 31 Agustu 2024

Hamim Thohari Majdi @Surplus

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun