Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Keajaiban Finansial Saat Ramadhan

19 Maret 2024   10:01 Diperbarui: 19 Maret 2024   10:09 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tujuan Berpuasa adalah Taqwa dan buahnya Allah berikan Cukupkan Finansial dari jalan tak disangkanya (Hamim Thohari Majdi)

Ramadhan bagi sebagian orang adalah saatnya berbelanja dengan mudah, bahkan ada yang mengumpulkan mulai bulan Syawwal (pasca Hari Raya) dengan bekerja keras dan mengeliminir pengeluaran, tujuannya adalah untuk berbahagia di saat menjalankan ibadah di Bulan Ramadhan dengan membeli sesukanya.

Tren pengusaha muda, bahkan ada yang off selama bulan Ramadhan, sebagian fokus beribadah, sebagian lainnya menikmati puasa dengan melakukan tour religi umroh selama Ramadhan,  

Fenomena di atas menunjukkan bahwa kesehatan finansial di bulan Ramadhan masing-masing individu berbeda cara pandang, ukuran, dan pengelolaannya. Bila Ramadhan dijadikan titik puncak menikmati hasil kerja (kekayaan), maka ini merupakan salah satu tanda kesehatan finasial, seperti istilah "berkait-rakit ke hulu, berenang ketepian", bersakit-sakit dahulu, bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian. 

Kondisi yang patut diperhatikan adalah, tidak ada sama sekali upaya pengaturan atau menjadualan dalam pengelolaan keuangan, ibarat pipa, uang masuk hanya lewat saja, bahkan yang membahyakan adalah "besar pasak daripada tiang", ini bahaya dan menjadi problem besar dalam kehidupan. Biasanya ini melanda kepada individu yang seleranya selangit, tapi minim duit.

Ramadhan memang harus bisa memberikan hak tubuh secara optimal, namun tidaklah baik kalau terlalu dipaksaan, "maksud hati memeluk gunung , apa daya tangan tak sampai", berpuasa juga menjadi sarana belajar pengelolaan finansial menuju sehat finansial, membelanjakan sesuatu yang benar-benar urgen, menahan atau mengalihkan dari yang kurang bermanfaat. Lebih baik untuk bersedekah atau berbagi, daripada buang uang dengan tujuan dan manfaat yang kurang jelas.

Memang di bulan Ramadhan dalam pandangan psikologi masa, perilaku mudah belanja menjadi menular, bahkan menjadi pemicu satu dengan lainnya, "belumlah lengkap kalau belum sama dengan teman atau orang lain, baik selera makan, pakaian atau tempat nongkrong", inilah kemudian menjadi tantangan masing-masing individu melepas diri dan mengikuti yang viral atau menahan diri secara kokoh agar aman pertahanan finansialnya.

Keberkahan bulan Ramadhan meliputi seluruh aspek, termasuk terjadi keajaiban finansial, seperti tidak bisa dinalar akal sehat, banyak yang menyatakan ketika Ramadhan hampir seluruh kebutuhan bisa terpenuhi, termasuk kebutuhan biaya mudik (silaturrahmi sanak keluarga di kampung halaman), semangat Ramadhan dan keberkahannya ada banyak keajaiban finansial tiba-tiba dihadirkan oleh Allah, hal ini sebagaimana tujuan diwajibkannya berpuasa agar menjadi hamba yang takwa, salah satu buah dari keberhasilan orang bertakwa adalah " Allah memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka"

Untuk itu, mari mensyukuri nikmat finansial dengan pengelolaan yang tepat dengan porsi yang seimbang antara kebutuhan operasional (sehari-hari), tabungan (saving), insidentil, rekreasi dan lainnya, inilah solusi menyehatkan finansial.

Keajaiban Finansial Saat Ramadhan

Oleh : Hamim Thohari Majdi

Lumajang, 19 Maret 2024

Hamim Thohari Majdi @Surplus

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun