Lontaran ide menteri BUMN Etic Thohir tentang pemberian tambahan Cuti di hari Jumat, patutlah direspon dengan baik, sebagaimana tujuannya agar jiwa karyawan bisa sehat, kerja giat dan kinerjanya bisa optimal.
Permasalahan karyawan di Indonesia bukan hanya terletak kepada beban atau lamanya waktu bekerja, karena hal ini sangatlah teknis, sebab dalam teori motivasi seseorang akan memiliki motivasi kerja bila ada stimulus yang menurut karyawan sebagai sesuatu yang berharga, misalnya tambahan gaji atau bonus, pemberian ijin yang mudah ketika ada keperluan. Sehingga cuti bukanlah menjadi satu-satunya pintu untuk menyehatkan jiwa karyawan.
Kesehatan jiwa bagi karyawan sangat ditentukan oleh kondisi yang melingkupi, tidak saja situasi kerja, rumah tangga, keuangan atau tekanan-tekanan dari pihak tertentu bisa membuat karyawan depresi.
Solusi keluar dari depresi inilah yang harusnya dicari, jangan sampai pemberian tambahan cuti, semakin membuat karyawan depresi karena hak-haknya hilang, atau ketika cuti tidak ada yang dikerjakan.
Budaya kita, ketika cuti belum memberikan nilai keseimbangan untuk kesehatan jiwa, masih banyak yang konsumtif, karena memiliki finansial yang cukup, maka waktu cuti digunakan untuk ke tempat wisata atau menyalurkan hobi dengan mengeluarkan keuangan "semau gue", seperti orang sembuh dari sakit, menyantap apa saja, tanpa memperhatikan kondisi ketika sakit. Artinya, bahwa ketika karyawan memiliki dana yang cukup dan itu didapat dari peras keringat usahanya, maka tidak terlalu berpikir lebih jauh untuk investasi di masa depan, "nanti kalau habis ya kerja lagi", begitu mudahnya membelanjakan untuk memenuhi rasa puas dan senang.
Memenuhi kebutuhan jiwa, alangkah lebih baik bila perusahan memiliki strategi penciptaan lingkungan yang bersahabat dan kekeluargaan, yaitu membangun komunikasi terhadap pelaksanaan tugas-tugas, membantu mengurasi masalah dan mencarikan solusi serta tindak lanjutnya. Dengan pola kerja seperti itu akan tercipta suasana kerja yang menyenangkan.
Bukankah di sebagian perusahaan mengabaikan peri kemanusiaan ? atau jarang sekali memahami kebutuhan jiwa karyawan dalam lingkungan kerja. Seperti anak-anak dari keluarga broken home, tidak betah di rumah, lebih senang di luar karena menemukan ketengan dan mendapatkan penghargaan.
Menghilangkan toksin di tempat kerja menjadi penting agar kinerja karyawan bisa meningkat dan produksi atau outputnya semakin berkualitas. Belum saatnya mengurangi hari kerja, alias pemberian tambahan cuti, bila tidak diiringi dengan peningkatan kesejahteraan karyawan, jangan-jangan karena pemberian cuti, lalu tidak melakukan hal yang produktif, membuat mereka (para karyawan) semain resah. Patikan bahwa para karyawan yang mengambil cuti di hari Jumat betul-betul terarah sesuai kebutuhan masing-masing individu, dengan harapan pemberian keleluasaan untuk memanfaatkan cuti benar-benar menjadikan karyawan sehat jiwa raganya.
Tambahan Cuti Hari Jumat dan Kesehatan Jiwa Karyawan
Oleh : Hamim Thohari Majdi
Lumajang, 14 Maret 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H