Baru saja pemilihan Umum dilakukan, pencoblosan di luar dan di dalam negeri, artinya kewajiban warga negara (rakyat) sudah ditunaikan, mendatangi Tempat Pemungutan suara (TPS) untuk menentukan pilihannya, di antara pasangan calon presiden dan wakilnya, calon legeslatif pusat, propinsi dan kabupaten serta Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
Di masa kampaye, hiruk pikuk sangat dirasakan antar pendukung, saling mengagungkan dan memuja, saling serang karena sayang, semuanya merupakan dinamika dalam demokrasi bebas dalam mengidolakan pilihannya.Â
Nyata sekarang pemilu sudah selesai dilaksanakan pemungutan suara, saatnya menunggu hasil perhitungan final, hingga ditetapkan perolehan suara oleh KPU, sambil menikmati hasil sedap lembaga survey atai quick count. Mari bersama-sama menunggu sambil ngopi, namun jangan terlalu jauh  "ngrumpi"  senggol kanan senggol kiri, "gak bahaya ta".
Ikhtiar masing-masing untuk menjadikan idolanya mendapat suara terbanyak telah dilakukan, mari kembali ke rumah masing-masing, menyapa keluarga dan sanak saudara, bahwa kita adalah satu bangsa dan setanah air, jangan biarkan air mata mengalir karena kesedihan, dan janganlah terlalu hokya hokya meluapkan kegembiraan, biasa-biasa saja.
Bila kemarin beda pilihan, mari hari ini semua diikhlaskan, beda pilihan tidak harus memisahkan persaudaraan, kini saatnya menunggu hasil perhitungan, dan bersiap menerima siapapun yang mendapat banyak pilihan, menuju indonesia maju
Manisnya rasa di saat kampanye hingga saat coblosan, bagian dari keindahan demokrasi dan harus saling menghormati, yang perlu dijaga adalah kehormatan bangsa.  Â
Kisah Pemanis Pemilu, Kau Tetap Saudaraku
Oleh : Hamim Thohari
Lumajang, 14 Pebruari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H