Di setiap perjalanan membutuhkan jeda, mengembalikan fokus dan gairah, utamanya perjalanan jauh. Banyak sudah tempat peristirahatan (rest aeea) yang tersedia, seperti di SPBU, masjid, mushola, warung dan lainnya.
Keberadaan rest area sangat membantu bagi mereka yang berada dalam perjalanan, sekadar berhenti dan melemaskan otot, menyantap makanan, meneguk minuman, apa saja aktifitasnya sesuai kebutuhan masing-masing.
Suatu hari seirang teman menceritakan, terpaksa harus membawa bekal untuk sarapan, waktu menuntutnya berjalan cepat, hingga kendaraan melaju di atas rerata kecepatan biasanya. Bekal yang dibawa memunculkanndilema, bila disantap di tempat kerja, mungkin akan mengganggu ketenangan dan menggugah selera maka mitra kerja, maka diputuskan untuk mencari rest area.Â
Jalan yang dilalui adalah jalan desa, tidak banyak kendaraan besar mekintas, hingga jalananpun tampak lengang. Ia teringat pada suatu tempat yang biasa dijadikan tempat sarapan para pekerja perkebunan, "semoga mereka sudah selesai" gumannya dalam hati.
Berayukur adanyavrest area yang diadakan secara saadaya, tanpa tendensi dan pilih-pilih pemanfaatnya, siapa saj dipersilahkan, asal nerekanan dan sopan.
Pada sisi lemanusiam, hal ini merupakan perbuatan terpuji, melahirkan pun-pundi ganjaran yang bisa melancarkan aktifitas dan keberhakan hidup. Kebaikan para penyedia rest area secara mandiri, telah menyelamatkan banyak pengendara dari gangguan perjalanan karena kelelahan. Â Beta kelak akan dipetik tanpa musim karena tiada henti balasan kebaikannya.Â
Apalagi ketika mereka bertesuh dari terik matahari atau hujan, pasti merasa senang, di sinlah alam mengirim kode kebajagiaan.
Menanam Kebaikan di Jalanan
Oleh : Hamim Thohari Majdi
Lumajang, 23 Januari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H