Titik tekan dalam konsep modeling adalah pengamatan terhadap perilaku model baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung berarti bertemu muka atau memperhatikan tanpa bantuan media lain. Sedangkan pengamatan tidak langsung melalui media masa, film, video dan dokumentasi. Tentu saja pelibatan emosi dalam pengamatan langsung dan tidak langsung memiliki perbedaan dan intensitas.
Albert Bandura menyebut ada tokoh yang bisa dikenakan dalam teknik modeling ini, yaitu ; tokoh nyata (betul adanya dan masih dalam hidup), contoh Rhoma Irama, Gus baha', tokoh dalam film (yang diperankan oleh orang lain dalam sebuah film) panglima sudirman, raja Majapihit, Â dan tokoh imajinatif (tokoh yang dibuat dalam sebuah cerita), misal si Unyil.
Pada tahap akhir konsep modeling ini adalah upaya untuk meniru perilaku orang-orang yang dianggap patut ditiru untuk dirinya, tentu dengan mempertimbagkan berbagai konsekuensi bagi penirunya.
Komalasari menyebut ada empat tahap dalam modeling, yaitu ; perhatian, representasi, peniruan tingkah laku model dan motivasi. Empat komponen ini memiliki peran penting berkaitan dengan peniruan.
Pertama, attention atau perhatian, merupakan aktivitas jiwa dengan pelibatan otak dan indera. Tidak semua perilaku orang menjadi bahan perhatian atau menarik perhatian, bila perilaku itu terjadi sebagaimana umumnya.
Istilah jatuh cinta dengan peribahasa "dari mana datangnya lintah dari sawah turun ke kali, dari mana datangnya cinta dari mata turun ke hati", sebagai gambaran bagaina proses perhatian itu terjadi. Sebagaimna teori modeling perhatiannya bisa secara langsung dengan tokohnya, melalu film-film atau tokoh imajinatif. Maka ketika seseorang tertarik dengan seorang tokoh, tentu akan meusatkan perhatiannya untuk mendapatkan informasi lebih banyak dengan cara memperhatikan dari berbagai sumber.
Kedua, retensi yaitu kemampuan seseorang untuk menyimpan hal yang baru atau menarik perhatian. Seseorang tidak akan mudah meniru bila tidak disimpan kesan-kesan yang didapat atau hal-hal yang menarik dari model. Proses retensional dalam dua bentuk yaitu imajinatif (mencakup pengalaman dalam pengamatan model) dan verbal (gambaran yang hiduop berkaitan dengan perilaku model). Oleh karena itu pengamat perlu melakukan dua hal, berkaitan dengan kinerja model dan merepresentasikan kinerja model dalam memori pengamat.
Ketiga, reproduksi motorik atau proses reproduksi motor, tahap ini adalah tahapan yang mengasikkan, melakukan pengkhayalan dari tokoh atau seseorang yang diidolakan (model), masa kegila-gilaan, sembari duduk membayangkan diri sebagai model, baik dalam sisi performance ataupun kinerjanya. Proses reproduksi motor ini akan menjadi sempurna ketika informasi yang didapat dari model melalui pengamatan sanagt lengkap, sehingga memudahkan untuk berimajinasi dan mempersiapkan diri beraktualisasi. Tahap yang lebih serius adalah penerapan melalu trial and eror, upaya mengikuti perilaku model dengan memperbaiki kesalahan dan kekurangannya.
Keempat, motivasi sebagai motor penggerak seseorang melakukan sesuatu, Albert Bandura berpendapat bahwa seseorang melakukan sesuatu harus ada insentif darinya, ada perhitungan untung rugi, kesenangan  kesengsaraan. Motivasi kian menguat bila prose modeling ini akan memberikan keuntungan bagi dirinya.
Teori yang diajukan oleh Albert Bandura dengan nama pembelajaran sosial ini menegaskan bahwa perilaku seseorang tidak semata-mata dipengaruhi oleh model tertentu, tetapi juga memiliki kemandirian berupa self efficacy.
Memang bila dikaji lebih mendalam seseorang lebih mudah meniru perilaku orang yang diidolakan (model) dari pada harus membangun karakter diri melalui tahapan uji coba dan perumusan, dengan melakukan modeling seseorang lebih mudah, terarah dan terbimbing untuk menjadi pribadi yang dicita-citakan. teori pembelajaran sosial ini banyak digunakan di dunia pendidikan