Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Sekolahnya Orangtua sebagai Panduan Mendidik Anak

27 Oktober 2023   20:03 Diperbarui: 28 Oktober 2023   10:45 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekolahnya Orangtua Sebagai Oanduan Mendidik Anak (Hamim Thohari Majdi)

ORANGTUA BAGIAN KONSUMEN SEKOLAH

Karena tidak mahiran orangtua, keterbatasan keterampilan, maka orangtua menitipkan pengasuhannya kepada sekolah, harapannya sang anak menjadi lebih baik dan bisa meraih apa yang dicita-citakan.

Orangtua yang beranggapan bahwa sekolah sebagai bengkel, maka pandangan terhadap anaknya sudah pasti sebagai insan yang perlu diperbaiki. Padahal hal ini tidak sesuai dengan cita-cita pendidikan, yaitu mendampingi atau mengantar anak kepada kedewasaan yang paripurna, tumbuh secara optimal jiwa dan badannya.

Sekolah sebagai bengkel dan konsumennya adalah orangtua, sementara anak dianggap sebagai barang yang sedang diperbaiki, maka tentu orangtua akan selalu menuntut optimalisasi proses dan hasil yang ajaib. Tanpa harus membangun komunikasi yang baik dengan pihak-pihak yang terkait, bila diterapkan dalam sekolah yaitu kepala solah dan guru.

Sebelum orangtua memastikan pilihan sekolah bagi anaknya, haruslah mendapatkan informasi yang lengkap, meliputi tenaga pendidik atau guru, tenaga kependidikan atau karyawan, lingkungan secara fisik dan kulturnya.

Hal utama di samping hal-hal di atas, orangtua harus memiliki paradigma yang sama dengan pihak sekolah dalam proses pendidikan. Sekolah yang baik akan selalu mensosialisasikan kepada orangtua tentang hal-hal yang berlaku di sekolah.

Begitu juga orangtua yang baik adalah memahami dan menyetujui apa yang telah ditetapkan oleh sekolah dalam melayani dan mendampingi peserta didik atau siswa. Lalu membuat komitmen diri untuk mematuhinya.

Paradigma sama antara orangtua dan sekolah bertujuan agar tidak menimbulkan masalah dan konflik, utamanya ketika ada masalah yang dialami oleh siswa, orangtua dengan serta merta menyalahkan guru, sementara apa yang disampaikan ihwal keadaan anak, orangtua tidak mau tahu dan tidak memedulikan, poknya sang anak dianggap tidak salah.

Perbedaan paradigma dalam pendidikan dan penerapan tata tertib yang ada, akan menjadikan anak sebagai korban. Di sekolah anak-anak tidak bisa bersosialisasi secara baik, sementara di rumah dituntut oleh orangtuanya melakukan hal yang berbeda dengan yang diterima dari gurunya.

RUMAH SEBAGAI TRAINING CENTER

Rumah adalah sekolah kedua bagi anak-anak, dan sekolah adalah rumah kedua bagi anak, artinya di rumah dan di sekolah harus sama-sama menerapkan nilai-nilai yang sudah dibangun secara apik dalam proses pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun