Suatu hari, mahasiswa KKN dari salah satu perguruan tinggi di Jawa Timur, ngobrol santai di teras kantor, begitu akrab dan saling menyahut percakapan satu persatu, tidak ada moderator dan juga tanpa pembawa acara, ngobrol santai sekenanya.Â
"adik-adik, tanggal 10 bagi kelompok 22 datang ke sini ya" tanyaku kepada perwakilan mahasiswa, "ada konsumsinya tidak?" seisi ruangan menjadi riuh, huuuuuuu.
BAHASA APLIKASIÂ
Anak muda generasi Z memang dididik oleh teknologi dengan bahasa program, melakukan dialog dengan menggunakan logika bahasa, seperti 1 + 1 Â jawabnya pasti 2, tanpa ada tambahan komunikasi atau mempercantik narasi. kaku apa adanya.
Mereka terbiasa berdialog dengan bahasa aplikasi, misal game, tutirial ataupun lainnya. Dalam konteks efesien efektif, memang bahasa aplikasi sangat praktis tepat sasaran dan tepat waktu, tak bertele-tele to the point tanpa harus putar-putar terlebih dahulu.
bahasamya gersang, seperti baju yang dijahit tanpa pola, jadinya kayak karung. atau rumah tanpa asesoris. Bagi para anak muda merasa benar gaya bahasa yang digunakan, karena selama ini komunikasi yang dibangun dengan bahasa applikasi dalam selancar di medsos dan dunia maya tidak menghadapi kendala
TIDAK BERLAKU SINDIRIAN
Akhirnya membuat saya sadar, berkali kali-penggunaan pantun berakhir dengan tepuk tangan dan  ucapan "cakeeppp", begitu pula ketika digunakan bahasa sindiran, seakan bukan ditujukan kepada dirinya.
Betul-betul logis matematis seperti bahasa applikasi, hati mereka tidak lagi mampu mengolah kata dan kaliman yang mengandung sindiran, bahkan hal-hal lucu bisa tertawa setelah memperhatikan dan mendengatkan orang lain tertawa, kasihan sangat kaku sekali.
Kurang komunikasi dengan orang dalam lingkup sosial dan akrabnya mereka dengan gadge membuat dunia dan pikiran mereka terbelenggu dengan singnal yang ada