Bagi orang yang tergesa-gesa dan tidak ada lagi pilihan yang paling dekat dalam mememuhi sesuatu, maka keterpaksaan menerima yang ada, adalah pilihan terbaik. Maka perlu ada kesadaran diri bahwa segala yang berada dalam situasi darurat menjadikan segala sesuatunya mahal.
Pagi ini, kali kesekian saya menggunakan jasa penjual BBM eceran, padahal rute perjalanan melewati POM. Namun saya sering memilih untuk membeli di pengecer. Alasannya :
- Cepat di sini didapati situasi yang sering saya hindari adalah antrian bila harus mengisi BBM Â di POM , apalagi pada pada jam-jam rawan kemacetan Pergi atau pulang sekolah dan tempat kerja, Â minta ampun antriannya bahkan hingga sampai bahu jalan, puhulan motor. Sementara di jalanan tinggal memilih pengecer dan dipastikan langsung dilayani.
- Saya membutuhkan mereka, prinsip ini yang menyadarkan saya, bahwa keberadaan penjual BBM eceran pada prinsipnya adalah membantu kelencaran pengendara, termasuk saya. Alasan ini sebenarnya lebih pada bersifat pilihan. Namun berkali-kali saya lakukan dalam rangka mengurangi keterlambatan dan kelambanan perjalanan, ketika saya sudah mengisi BBM akan membuat nyaman dan menghilangkangkan keraguan, bisa jadi ketika posisi BBM sudah pada peringan E (empety) tentu harus waspada. Maka konsentrasi perjalanan adalah menjadi POM, maka penjual eceran adalah alternatif yang tepat untuk menyelamatkan waktu dan perjalanan.
- Pemberdayaan ekonomi, walau ada pengecer sebagai pengembangan dan penambah usaha. Namun yang paling banyak adalah para pengecer ini hanya menjual BBM saja dengan jumlah yang terbatas. Boleh jadi bagi mereka hasil usahanya ini untuk melengkapi  kenikmatan hidup, misal terpenuhinya makanan sehat dan bergizi, bisa memenuhi kebutuhan sekunder bahkan tersier meski pada skala miniminal.
Betapapun keberadaan penjual BBM yang mulai terkikis dengan munculnya POM mini yang diluncurkan oleh Pertamina atau perusahan penyalur BBM lainnya, mereka adalah pelopor usaha penyediaan BBM untuk memenuhi kebutuhan pengendara motor, mobil dan truk. kemudian seiring dengan banyaknya pengendara peluang ini ditangkap oleh pemilik model besar, tanpa menghiraukan keberadaan mereka.
Para penjuan BBM eceran sebagaimana yang saya jumapai ada kakek nenek, ibu muda yang memiliki bayi dan secara kasat mata, mereka betul betul untuk menambah pendapatan.
Semua bergantung kepada cara pandang dan penyadaran diri, khsusunya dalam memahami keberadaan pengecer BBM, bila didarkan pada nilai transaksional, maka hanya untung dari masing- masing pihak. Akan lebih indah lagi kalau proses transaksi ini bukan sekadar jual bela, menambahkan nilai kemanusiaan dengan asas tolong menolong dan berbagi bahagia, maka akan semakin indah dunia ini dan hati semakin damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H