Ada peribahasa "manusia mati meninggalkan nama, harimau mati meninggalkan belang dan gajah mati meninggalkan gading" arti dalam kehidupan ini akan meninggalkan jejak, sesuai dengan amal perbuatan dan karakter masing-masing.
MENINGGALKAN DALAM RUANG DAN WAKTU
Tentu pembahsan ini fokus kepada manusia. Sebab dalam konteks kehewanan karakter hewan, misal gajah tidaklah dipermasalahkan akan sifat jeleknya, karena gadinglah yang akan dikenang dan dipajang sebagai hiasan bahkan dikeramatkan.
Maka bentuk perpisahan manusia secara ruang dan waktu adalah kematian, berpisah secara abadi. Di sinilah kemudian manusia akan dikenang namanya dalam konteks yang dibutuhkan dan dalam komunitasnya, misal ahli para ahli  dikenal  dengan nama Al-Ghozali, Ibnu Taimiyah, imam Nawawi, Ahmad Dahlan, Hasyim Asy'ary dan lainnya. Begitu ahli lain seperti karl Max, Aldoh Hitler, einstin.
Saat ini manusia yang tinggal di era sekarang tidak pernah bertemu dengan mereka, tapi namanya sering disebut-sebut dan pendapatnya dijadikan sebagai rujukan dalam konteks yang dibutuhkan.
KUTUB KEJAHATAN DAN KEBAIKAN
Dua kutub nama yang dikenang bagi manusia, yaitu kutub kejahatan dan kutub kebaikan. Dominasi berbuat baik, menjadikan manusia dinamakan sebagai manusia yang baik, sebaliknya bila kejelekan yang ditanam, maka manusia akan menuai kejelan itu dan dinamakan manusia yang jelek.
Namun yang hal perlu disadari bahkan sejahat-jahat apapun manusia, pasti ada sisi kebaiknya, hanya saja kebaikan itu tertutupi oleh silai keankeran dan keangkuhannya. Begitu halnya orang yang baik, pasti ada ruang ketidak baikan yang kalah pamor dengan kebaikannya. Kemasan akan menentukan harga dan labelnya.
Berkaitan dengan kebencian dan kecintaan, orang yang dibenci banyak orang, tetap saja dan pasti masih ada orang yang mencintai. Sebaik-baik orang yang dipuja dan dicinta, tentu ada orang yang membencinya.
Dua kutub sifat melekat dalam diri manusia tidak bisa dikumpulkan dalam satu titik di tengah, duanya akan terkalahkan dengan sifat yang menonjol, itulah kemudian menjadi sebutan bagi diri manusia.
PUSATNYA ADA DI HATI
Kebaikan dan kejahatan manusia bersumber dari hatinya, bula hatinya sehat maka akan memancarkan cahaya dan mengarahkan perilakunya kepada hal-hal baik. Sedang hati yang kotor akan mengotori diri, mengakibatkan sakita yang kian menjalar ke seluruh tubuh.Â
Untuk itu perlu melatih diri agar hatinya tetap sehat, sehingga tetap bening dan dijadikan bercermin dengan bayangan yang sempurna.
Krak-kerk yang menempel dalam hati perlu dibersihkan dengan cara memperbanyak kebikan, karena kebaikan mampju menghancurkan kerak dan noda dalam badan.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H