Guru lebih suka membahas kenakalan anak dan tidak adanya motivasi belajar sebagai fenomena yang ada di lingkungan sekolahnya. Maka pada Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh Badang Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan (DIKLATBANG) Yayasan Bahrusysyifa Lumajang, salah satu tema yang diangkat bagaimana membangun karakter peserta didik menjadi lebih smart dan smooth (cerdas dan lembut).
Pendidikan tidak saja mengembangkan nalar supaya anak pandai, hal penting adalah membangun kebiasaan untuk menuju karakter anak yang tangguh dan bersemangat dalam mengerjakan kebaikan.
Bahasan karakter anak menjadi lebih penting bila menginginkan anak yang dicetak menjadi anak-anak yang mampu memahami dirinya sendiri, diri orang lain, lingkungan dan Tuhannya.
Lembaga pendidikan tidak  diragukan lagi telah mampu mengubah dan mengeisi pengetahuan peserta didiknya, karena alat ukurnya jelas yaitu bisa membaca, menulis dan berhitung dengan segala pengembangannya.
Namun penanam karakter ada sebagaian gur yang masih belum memiliki kepedulian penuh, belum sungguh-sungguh memahami bahwa karakter adalah urusan setiap guru bukan hanya guru agama dan kepal sekolah.Â
Sehingga bagi mereka yang tidak memiliki kepedulian dan kesadaran akan pentingnya membangun dan membentuk karakter yang baik, tidak ada usaha-usaha untuk mendorong peserta didiknya berkebiasaan baik, bahkan dirinya (guru) sendiri tidak mampu berbuat baik dan menjadi role model bagi siswanya.
Ketika diurai tentang perilaku anak di FGD SD QUBA juga di lingkungan Pondok Pesantren, salah satu nara sumber mengatakan bahwa :
1. Bila ada anak yang perilakunya tidak baik, pasti ada guru yang berperilaku tidak baik
2. Bila didapati  siswa merokok pasti ada guru yang merokok walau sudah ada papan dan peraturan tidak boleh merokok
3. Kalau ada siswa yang pacaran, maka pasti ada guru yang melakukan itu.
 Saya tersentak dan membuat pandangan saya terarah kepada sang nara sumber, awalnya saya tidak langsung menerima dan saya masih tetap meyakini bahwa guru-guru tidak ada yang melakukan seperti pelanggaran yang dilakukan oleh para siswa.
Kemudian alam bawah sadar saya mengirim pesan tentang teori perembesan dan pantulan cermin.
PEREMBESAN TIDAK HANYA AIR
Teori perembesan memang berasal dari air yang merembes dari lalu menetes dan membasahi sekitar. Hal ini disebabkan banyak celah yang memungkinkan air mengalir dari celah-celah yang kurang rapat.
Dalam kontek pendidikan perembesan berlaku kepada apa saja yang dikatakan dan dilakukan oleh guru. anak-anak lebih mudah diingatkan oleh guru dan dinasihatinya dari pada orang tuanya.
Ucapan guru akan mematri dalam memori peserta didiknya, karena hindari guru bercerita tentang hal-hal yang tidak baik, atau kadang tujuannya baik, misal memberi semangat dan bangga dengan masa lalunya. Maka berhati-hatilah guru dalam memotivasi anak serta bercerita masa lalunya.
Memang tidak banyak yang disadari bahwa apa yang dilakukan oleh guru dipraktekkan juga oleh murid.
Teori perembesan ini bisa berjalan dengan lancar, karena ketika ada pelanggaran yang dilakukan oleh siswa bersamaan dengan itu pula guru melakukan hal yang sama (walau sembunyi-sembunyi), maka otomatis guru tidak akan berdaya menegakkan peraturan apalagi memberi sangsi.
Perembesan ini sejatinya sudah bisa dirasakan dalam situasi yang ada di sekolah, para guru yang baik akan memancarkan aura yang terang dan kelihatan cerah dan seterusnya.Â
MURID BERCERMIN KEPADA GURU
Ada yang diidolakan dan ada guru yang kurang memberi pesona, keduanya akan memantulkan cahaya yang berbeda, betapa para siswa akan melihat sosok guru sebagai cermin untuk diterapkan pad diri anak itu sendiri.
Sisi-sisi yang menarik bagi siswa tidak saja kebaikan perilaku guru, hal-hal yang negatif kadang menjadi penguat bagi siswa bersemangat meniru.
Guru yang sadar menjadi cermin bagi murid, maka harus menampilkan sosok sejati seorang guru, hadirkan keramahan untuk mengambil hati murid, ajak berselancar dalam pengembaraan pengetahuan, tentu kepada hal kebaikan.
Ketika cermin itu bersih, pantulannya jelas terang dan berkilau, namun bila buram cerminnya akan terlihat gelap dan menakutkan, artinya penuh dengan hal-hal negatif dan tidak menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H