Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Berhati-hatilah Bersikap Pahami Teori Perembesan Pantulan Cermin

25 Juni 2023   10:21 Diperbarui: 25 Juni 2023   10:28 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru lebih suka membahas kenakalan anak dan tidak adanya motivasi belajar sebagai fenomena yang ada di lingkungan sekolahnya. Maka pada Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh Badang Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan (DIKLATBANG) Yayasan Bahrusysyifa Lumajang, salah satu tema yang diangkat bagaimana membangun karakter peserta didik menjadi lebih smart dan smooth (cerdas dan lembut).

Pendidikan tidak saja mengembangkan nalar supaya anak pandai, hal penting adalah membangun kebiasaan untuk menuju karakter anak yang tangguh dan bersemangat dalam mengerjakan kebaikan.

Bahasan karakter anak menjadi lebih penting bila menginginkan anak yang dicetak menjadi anak-anak yang mampu memahami dirinya sendiri, diri orang lain, lingkungan dan Tuhannya.

Lembaga pendidikan tidak  diragukan lagi telah mampu mengubah dan mengeisi pengetahuan peserta didiknya, karena alat ukurnya jelas yaitu bisa membaca, menulis dan berhitung dengan segala pengembangannya.

Namun penanam karakter ada sebagaian gur yang masih belum memiliki kepedulian penuh, belum sungguh-sungguh memahami bahwa karakter adalah urusan setiap guru bukan hanya guru agama dan kepal sekolah. 

Sehingga bagi mereka yang tidak memiliki kepedulian dan kesadaran akan pentingnya membangun dan membentuk karakter yang baik, tidak ada usaha-usaha untuk mendorong peserta didiknya berkebiasaan baik, bahkan dirinya (guru) sendiri tidak mampu berbuat baik dan menjadi role model bagi siswanya.

Ketika diurai tentang perilaku anak di FGD SD QUBA juga di lingkungan Pondok Pesantren, salah satu nara sumber mengatakan bahwa :

1. Bila ada anak yang perilakunya tidak baik, pasti ada guru yang berperilaku tidak baik

2. Bila didapati  siswa merokok pasti ada guru yang merokok walau sudah ada papan dan peraturan tidak boleh merokok

3. Kalau ada siswa yang pacaran, maka pasti ada guru yang melakukan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun