Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Peringatan Keras Buat Orangtua: Inspirasi Putri Ariani di Panggung AGT

9 Juni 2023   16:00 Diperbarui: 9 Juni 2023   16:10 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama Indonesia bertambah keharumannya, atas aroma si tuna netra Putri Ariani. Gegara putri mendapatkan Golden Buzzer di ajang America's Got Talent (AGT). Gemuruh sorak sorai dan pujian dari juri tidaklah keterlaluan atau berlebihan, sebanding dengan kompetensi dan penampilan gemilang putri. Saya turut mengucapkan selamat untuk Putri Ariani, kerasnya kemauan dan gigihnya perjuangan tertebus dan lunas.

BIASA YANG TERJADI

Biasa didapati dalam dunia pendidikan, orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus (ABK) ada beberapa yang mengingkari, entah karena gengsi atau betul-betul tidak mengerti. Di beberapa sekolah ada orang tua yang tidak terima anaknya disebut sebagai ABK. orang tua mengatakan "makanya, anak  disekolahkan supaya tertib dan mudah diatur".

Lembaga pendidikan (sekolah dan sejenisnya) merupakan mitra orang tua dalam mengantarkan anak-anak menjadi dewasa jiwa dan raga sesuai pertumbuhan usianya.   Kunci keberhasilan pendidikan seorang anak adalah bergantung dari jalinan kerjasama antara orang tua dan guru, termasuk di dalamnya adalah menyepakati karakter dasar yang ada dalam diri anak.

Sulit rasanya bila orang tua tidak mau menerima keadaan anak secara apa adanya, karena dampaknya adalah anak itu sendiri menjadi sasaran amarah dan  tumpuhan kesalahan bila terjadi hal-hal yang tidak diingini orang tuanya. Atau menuding guru tidak melakukan usaha maksimal atau memberi perhatian khusus.

ANAK ADALAH CERMINAN ORANG TUA

Keberadaan seorang anak baik tingkah laku, cara berpikir dan sikapnya sangat erat dengan kepedulian dan pola asuh dari orang tuanya. Seperti kertas kosong di saat bayi lahir, kemudian menjadi tulisan berisi cerita, kabar, puisi atau karya tulis lainnya bergantung dari narasi yang dicipta orang tua. Juga wujud gambar apapun juga akibat lukisan yang dibuat orang tuanya.

Orang-orang yang memiliki perhatian khusus kepada perkembangan buah hatinya, menjadikan keeratan hati anak dan orang tua semakin lekat. Maka lahirlah komunikasi yang efektif dan dengan mudah semuanya tersampaikan serta timbal balik yang diberikan.

Sedang anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian penuh dari orang tuanya, anak-anak akan keluar kandang mencari suasana yang membuatnya senang, tenang dan menyenangkan, Entah situasinya itu baik atau tidak, yang dibutuhkan anak adalah ketenangan dan kenyamanan.

Maka orang tua harus selalu bercermin diri terhadap tahap perkembangan anak-anaknya, masihkah bening dan pantulannya terang ?, segera evaluasi diri terhadap pola asuh, perhatian dan pendampingannya.

Sikap anak yang tidak baik jangan lantas gegabah menyalahkan anaknya, sekali lagi perlu menahan diri dan mawas diri. Ketika satu ikan keluar dari kolam, bolehlah menganggap ikannya yang terlalu banyak tingkah. Namun bila berulang-ulang bahkan ikan-ikan lainnya turut serta, maka bisa dipastikan pemilik ikannya tidak peduli dan tidak mencari solusi, membiarkan hingga pasrah ikan-ikan itu keluar dari kolam.

Begitu halnya dengan anak-anak, pengulangan perilaku atau perilakunya diulang-ulang dikarenakan tidak ada yang mengingatkan atau menghentikan sifat jeleknya, sehingga anak menemukan kenyamanan dan pembenaran perilakunya. Ketika orang tua mendapati anak dalam posisi nyaman atas kejelekan sikapnya, seperti mobil pemadam kebakaran menyemprot api dengan air yang bertekanan tinggi, marah dan menghujat sikap anak.

Orang tua mengelak "aku tidak mendidikmu seperti itu", ada yang demikian sanggahan orang tua kepada anaknya, "keluarga bapak dan ibumu tidak ada yang begitu" lanjut orang tua.

Anak polah bapak kepradah, ketika anak membuat ulah maka orang tuanya lah yang harus bertanggung jawab, turut serta mendapat aroma yang tidak nyaman. Buah apel tidak jatuh jauh dari pohonnya, merupakan titisan sikap yang ada dalam diri orang tua lalu menurun kepada anaknya.

TIDAK CUKUP HANYA MEMUJI ORTU PUTRI

Semua sepakat keberhasilan Putri Ariani terdapat sosok yang luar biasa tangguh dan disiplin yaitu orang tua, orang tua mampu mengukur kemampuan anak dan memahami cita-cita serta memotivasi untuk bertindak. Dunia mengenal Putri setelah berada di panggung kemenangan, tidak banyak yang tahu bagaimana keluh kesah orang tua dalam menyemangati Putri dari gelapnya kehidupan, itulah rahasia yang seharusnya diburu oleh para orang tua.

Kesadaran atas peran penting orang tua, menjadi peringatan keras buat orang tua, bahwa anak adalah tanggung jawab kedua orang tuanya dalam menyusuri masa depannya. Anak belum mampu memilih jalan kebaikan untuk dirinya,  anak belum mampu menyusun rencana-rencana baiknya, maka orang tualah yang mengarahkan, membimbing dan menemani di kala duka dan dalam kegagalan.

Menemani anak di kala galau dan gagal adalah momen penting bagi anak, agar bisa melewati semuanya dengan kuat dan semakin tangguh atas terpaan angin yang menghalangi kesuksesan. 

LEPASKAN EGO ORANG TUA

Ketika seseorang memiliki anak, dunianya semakin komplek dan harus membelah diri untuk kepentingan diri dan anaknya, dari kebutuhan pasangan bertambah kebutuhan anak. Perhatiannya semakin banyak, berarti dibutuhkan lebih banyak energi untuk peduli.

Redupnya orang tua dalam memberikan perhatian kepada anaknya, dikarenakan fokus kepada diri sendiri sebagai orang tua sebagai pribadi dan sebagai diri sendiri bukan sebagai orang tua yang memiliki anak dan wajib bertanggung jawab atas kondisi anaknya.

 Di masa awal memanglah sulit untuk melepas ego sentris, lalu fokus kepada anak, bagi beberapa orang tua yang kurang siap, apalagi anak yang kurang diharapkan kehadirannya. Sebagai konsekuensi moral saatnya untuk menjadikan penting dan utama memberi perhatian kepada anak.

Memenuhi kebutuhan kognisi dan hati tidaklah mudah karena tidak tampak dan sulit mengajarinya, untuk itu bekerja samalah dengan orang-orang yang sudah berpengalaman, misal guru. 

perkembangan emosi anak seperti gelombang di samudera, menggelora bila ada terpaan angin kencang, orang tua harus memahami gejolaknya dan mampu memberi kebanggaan diri dan menenangkan. Tunggu apalagi senyampang masih ada kesempatan, raih peluangnya dan nantikan hasilnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun