Nyatanya masih banyak mengalami kesusahan untuk berkata "ya" dalam berkomunikasi inter personal. Pelibatan emosi yang berlebihan menghambat dan menjadikan lidah kelu, sulit menjawab "ok, setuju atau mau".Â
Hal ini berkaitan dengan watak yang lebih dikenal dengan istilah stereotip yang melekat pada diri seseorang. Begitu juga prasangka atau prajudice terhadap seseorang menjadikan komunikasi berada dalam selimut atau maksud tersembunyi dan dengan cara mencurigai. Karena kecurigaan sama halnya telah menutup kesucian hati, semakin banyak noda hitam semakin gelap hatinya.
Padahal seseorang harusnya belajar untuk membiasakan berkata "ya:, karena dengan mengatakan "ya" tidak dibutuhkan alasan pendukung. Beda ketika mengatakan "tidak" yang berarti menolak bahkan bisa ditafsiri menentang.Â
TIDAK SEMUA PERNYATAAN HARUS DITANGGAPI
Setiap pertanyaan membutuhkan jawaban, baik melalui bahasa verbal atau non verbal. Hal ini dibutuhkan dalam upaya memperlancar komunikasi diujung hirarkirnya, menjadi senang dan puas dalam prakteknya.
Dalam komunikasi ada pertanyaan dan pernyataan, di setiap pernyataan tidak semuanya harus direspon atau disiapkan jawaban, boleh jadi hanya didengar saja sudah cukup atau dengan anggukan kepala sebagai persetujuan menjadi lega.
Pernyataan yang tidak perlu direspon atau dijawab adalah pernyataan yang tidak ada hubungan dengan maksud pembicaraan, atau pernyataan yang berbelit dan terkesan membela diri.
Maka komunikasi yang efektif bukan saja saling memahami, harus disertai setia kepada tujuan. Juga memahami karakter bertujuan agar tahu gaya bicara dan bahasa tubuhnya.
KOMUNIKASI ABNORMAL
Komunikasi abnormal adalah upaya mengarahkan hal positif memiliki makna negatif, atau suasana yang menyenangkan menjadi tegang dan berakhir sedih serta menyisakan bibit konflik.
Pada poros kiri, komunikasi abnormal menjadikan suasana penuh curiga bertujuan jahat, kemudian berubah menjadi gembira ria, tiada hambatan bahkan sangat lancar dari ekspektasi.