Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hormati Para Perokok dalam Dimensi Maskulinitas dan Feminitas

3 Juni 2023   18:40 Diperbarui: 3 Juni 2023   18:49 2135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perihal merokok pembahasannya mulai bergeser, dari larangan merokok menuju kepada perokoknya. Dalam dimensi sosial merokok lebih dibenarkan bagi kalangan laki-laki atau para maskulin ketimbang para perempuan, pun tidak ada larangan yang dialamatkan secara khusu bagi para perempuan untuk merokok kecuali bagi yang sedang haml

MEROKOK ADALAH PILIHAN

Ada label bagi perokok, "belum sempurna kelaki-lakian, bila belum merokok", maka dalam memaknai hal tersebut adalah berkaitan dengan kedewasaan seseorang dan pilihan untuk merokok atau tidak.

Bergantung teman dan keluarga, bagi keluarga perokok (orang tua atau saudara yang merokok), maka pilihan merokok jauh lebih mudah, mengingat anak-anak sudah memiliki figure atau role model perokok dalam lakon kehidupannya.

Sedang bersama teman adalah pengaruh yang dipaksakan dari pembiasaan, sama-sama membangun nyali berani untuk mengenal, mencoba secara tersembunyi hingga menuju lingkup yang lebih luas.

MEROKOK DAN NILAI BUDAYA

Kebiasaan merokok memberikan nilai dalam budaya suatu masyarakat, artinya tidak ada lingkungan yang benar-benar bersih seratus persen dari perokok.

Ada pada kalangan atau usia tertentu dalam masyarakat, penduduknya yang merokok.  Sehingga dalam konteks sosial komunitas terbangun dengan kelekatan melalui merokok, menyuguhkan rokok sebagai umpan pemantik obrolan, mengepul dan berbicara baik secara formal ataupun tanpa protokoler sesuai dengan tujuan.

Rokok terbukti bahwa mampu membangun empati antar para perokok, saling menanyakan bagi yang tidak membawa (tidak punya) dan saling menyodorkan menawarkan untuk merokok yang ada di hadapannya.

Merokok dalam dimensi budaya telah mengeratkan waktu kosong dalam pertemuan, juga menjadi perantara berkomunikasi secara verbal dalam jeda. 

Peran menggurita rokok dalam budaya bukanlah hal kecil, nilai yang disumbangkan sangat besar meluas bagi para perokok. merokok mampu melahirkan inspirasi, merokok mampu menyemangati  berpikir kreatif, merokok mampu mendampingi berinovasi.

FEMINITAS MEROKOK

Tidak semua negara memandang sebelah mata perokok wanita, ada yang memberi ruang dalam budaya bagi wanita untuk menyisap asap, bukan tentang kepantasan atau gaya hidup, sudah meletakkan kepada kebutuhan hidup.

Bila berbicara tentang kepantasan, merokok tidak lagi berkaitan dengan jenis kelamin, kejantanan dan kewanitaan, lebih dari itu anjurantidak  merokok berlaku untuk umum, meski banyak efek negatifnya sebagaimana dalam label kemasan rokok

Ruang khusuk merokok telah tersedia, berarti budaya merokok tidaklah akan enyah dalam peradaban manusia, terlebih bahan baku rokok telah diperbaharui sesuai dengan kebutuhan zamannya.

HORMATI PARA PEROKOK

Para gen Z yang merokok telah mendapatkan sarana sesuai dengan seleranya, rokok elektrik dengan kemasan yang sangat simpel dan menambah nilai diri sebagai asesoris, membuat mereka nyaman.

Rokok elektrik bukan lagi bicara tentang rokoknya, namun asap yang ditimbulkan itulah yang menyebar masalah bagi lingkungan sekitar. 

Perlu ada gerakan penghormatan kepada para perokok, karena larangan sudah tidak lagi ampuh, sehingga setiap ruang publik menyediakan smoke area, memberikan penghormatan kepada para perokok, agar mampu mendapat kenikmatan seratus persen.

Tentu saja penghormatan kepada para perokok bukanlah mendukung penyebaran asap seliar-liarnya, mari membantu mereka para perokok agar merokok di tempat yang benar dan di saat yang tepat.

Candu adalah istilah  yang lahir dari perokok, sehingga para pecandu rokok tidak mungkin menahan hasratnya terlalu lama, bahkan ada imbas rasa baik di lidah ataupun di alam pikirnya "kecut" sekecut kehidupan yang dipikirkan.

Memperbanyak area merokok di fasilitas umu merupakan penghormatan para perokok agar berada dalam kounitasnya, melakukan hal yang sejenis dalam lingkup kesamaan.

Menghormati para perokok, lambat laun akan menertibkan perokok dan menciptakan area bebas rokok yang sesungguhnya, penghormatan kepada perokok adalah mengurangi perokok di area publik, menjauhkan dari anak-anak dan ibu hamil.

Harapan pemberian kehormatan bagi perokok adalah muncul kesadaran, bahwa tidak semua orang senang dengan asapnya dan bahkan sebagian merasa terganggu, memunculkan rasa malu bila mereka ada yang terganggu baik secara langsung ataupun tifak.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun