Semeru kembali menjadi tranding topic. Ini berarti semeru memiliki daya tarik dan daya ungkit yang luar biasa. Di tahun 2021 semeru menjadi terkenal ketika erupsi berdampak korban jiwa, harta dan lingkungan. Erupsi semeru menjadikan Lumajang terkenal. Dan yang lebih hebat lagi erupsi semeru menjadi pintu terbukanya wisata pasca pandemi covid-19.
Nama semeru kembali meroket, namun bukan berkaitan dengan aktivitas sebagai gunung berapi, kali ini nama semeru diajak dalam bagian lirik lagu "Mangku Purel".
Sebagai karya seni, lagu mangku purel mendapatkan ruhnya ketika populer dan di banyak ruang hiburan lagu ini diperdendangkan. Menjadi menarik ditulis, karena sampai saat ini lagu tersebut justru dengan enteng dinyanyikan oleh anak-anak, sambil jalan dan menyanyikan sekenanya.
Tragedi semeru tidaklah terjadi secara tiba-tiba. Sebagaimana erupsi yang melanda tanpa kabar dan tanpa sakwasangka. Namun ada tahapan dan ada jalan yang harus ditempuh. tentu saja dalam konteks peristiwa lagu mangku purel.
Berawal di tempat karaoke, tentunya banyak tujuan bagi pengunjungnya, namun inti dari tujuan-tujuan yang ada adalah untuk mendapatkan kesenangan dengan cara menghibur diri atau menikmati hiburan.
Para purel sebagai pelantun lagu menjadi daya tarik tersendiri, menerima permintaan layanan tak sekadar mendendangkan lagu. Atau dari hasil berpikir terbalik, ada profesi tambahan (terselubung) selain penyanyi atau bernyanyi di karaoke.
Dalam tulisan ini tidak bertujuan menghakimi profesi purel, ada perhatian yang terjadi di lingkup sosial dengan penggunaan istilah semeru dalam mangku purel.
MENAWARKAN SELANCAR
Ketika lagu mangku purel viral, kemudian banyak dilantunkan (dihafalkan) di semua kalangan, perlahan ada yang membacanya kata demi kata, ada kata yang sulit dimengerti dengan istilah semeru.
Namun perlu diperhatikan sebelumnya sudah diberikan gambaran tentang "mangku" yang berarti meletakkan sesuai di paha dalam keadaan duduk. Ketika dilakukan perenungan atau pengambilan arti wujud atau visual. Â
Semakin menjurus ketika pada lirik "ndemek pupu sampai munggah nang semeru", masih mudah untuk dipahami kata "pupu" yang berarti paha dan menjadi bingung ketika sampai di semeru.
Bagi anak-anak atau yang belum dewasa cara berpikirnya, mungkin sangat jauh atau tidak ada relevansinya paha dengan semeru, apalagi tempatnya di karaokean dan bukan di Lumajang, semakin jauh dan jauh hubungan pupu dan semeru.
HAMPIR SAMA DENGAN CUCAK ROWO
Lagu mangku purel sejatinya tidak jauh  berbeda dengan lagu cucak rowo, dulu cucak rowo awalnya tabu ketika dinyanyikan, namun setelah viral yang menjadi biasa dan tidak lagi memberi makna negatif, ya sekadar istilah sebuah "burung" berjenis cucak rowo.
Namun kali ini Semeru dalam lagu mangku purel menjadi menjurus, sekali lagi karena diawala]i dengan "pupu" ah tak tahu apa yang dibayangkan ketika menjalar hingga semeru.
Untung saya orang Lumajang sehingga tidak begitu sulit memahami kata "semeru" yang berarti gunung dan saya bisa membayangkan gunung semeru yang ada di Lumajang secara gamblang.
Biarlah waktu yang akan menilai keabadiaannya, biarlah lagu mangku purel sampai kepada pesan yang diharapkan penciptanya, dan apakah kata "semeru" memiliki makna tertentu bagi penciptanya? dan biarkan netizen memberi makna semeru secara bebas.
Ya semeru nama Gunung yang menjulang tinggi, sulit dan hanya orang tertentu yang bisa menggapainya, untuk menuju puncak semeru dibutuhkan paha (pupu) Â yang kuat, karenanya keagungan semeru baik dalam arti yang sesungguhnya atau sekadar majas adalah sakral dan bermahkota. maka tetaplah ada manfaat munculnya semeru dalam lagu mangku purel
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H