Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kata-Kata Ini yang Membuat Pengunjung Rumah Makan Tidak Membantah

2 Mei 2023   22:07 Diperbarui: 2 Mei 2023   22:11 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sajian makan malam di rumah makan Legendari (Hamim Thohari Majdi) 

Rumah makan di sangat legendari berada di Jember, usianya sekitar setengah abad, dengan  gspuro joglo dan menempatkan diri sebagai warung apung. Kami ragu karena halam parkir hanya ada satu mobil, perkiraan milik owner rumah makan. Kami ragu antara melangkahkan kaki menuju ruang pengajian atau tetap berhenti di samping mobil.

Salah satu alasan kami memilih rumah makan legendaris ini adalah rekomendasi dari seorang te,am, "makanannya enak, walau harganya mahal tapi sajiannya jumbo bisa digunakan dua atau tiga kali lipat dari sajian makanan pada umumnya. 

Dengan ramah dua pramusaji mendekat atau menyambut kedatangan kami, "silahkan bapak ibu, mau pilih duduk di mana" sementara pramusaji lainnya menanyakan "untuk berapa orang" saya menjawab "lima orang".

Kami dipersilahkan duduk di dekat pintu masuk dan persis depan panggung. Belum sempat memilih menu, lelagi agak tegap mendekati kami dan menyatakan, "lebih baik  duduk di sebelah sana, agak jauh dari sound, karena sebentar lagi ada pertunjukan menyanyi". 

Tidak perlu kami menjawabnya, cukup langsung melangkah mendekati tempat duduk yang ditunjuk pramusaji tadi. Awalnya hanya saya beserta keluarga yang mampir makan malam di rumh makan ini. Setelah menu hidangan sudah lengkap disajikan, ada dua mobil rombongan, sepertinya turis dari Cina atau Thailan, terlihat dari wajah dan tubuhnya serta bahasa mandarin yang sangat kental dan ori.

kehadiran rombongan didampingi oleh penunjuk perjalanan, terlihat  sangat intens koordinasi dengan pramusaji dan sesekali menanyakan kepada tamu rombongan, seperti  "pesan apa"  dan "duduk di sini boleh atau di belakang juga bisa"

Begitu rombongan sudah komplit pertunjukan musik dimulai dengan biduan tunggal dan didampingi pemain elekton, membuat suasana lebih hidup dan semakin meriah.

Saya berpikr setelah melihat ruangan penuh tamu dan penyanyi melantunkan lagunya, lalu saya  berguman dengan diri sendiri "ooo ini maksudnya, kami dimta untuk pindah tempat duduk", tidak sekadar alasan karena kami membawa bagi akan terasa terdenganr keras, kalau tetap dekat panggung.

Tampaknya ada keterlambatan komunikasi antara penata ruangan dengan para pramu saji. hingga kami dipersilahkan dengan luluasa memilih tempat duduk, padahal tempat duduk yang ditawarkan kepada kami sudah ada yang memesan. Sehingga seseorang datang untuk memberi tahu tempat duduk yang cocok dengan kularga yang ada bayinya.

Penata ruangan tahu kalau ada yang memaki ruang dekat panggung sudah ada yang memesan, namun karena tidak ada tulisan, sehingga dengan bebas penerima tamu mempersilahkan pengunjung untuk memilih tempat duduk.

Anda saja kami tahu mulai awal bahwa meja-meja ini sudah ada yang memesan, mungkin ada sedikit kekuatan berargumen atau menolak perintah sang penata ruangan. Perhatikan kata-kata yang disampaikan oleh penata rumagan "mohon maaf bapak ibu, lebih baik duduk di belakang, di sana tidak begitu gaduh dan bayinya tidak terganggu.

Penata ruangan secara ajaib memilih pernyataan yang tepat "supaya bayinya tidak terganggu", andai beliaunya bilang "mohon maaf tempat ini sudah dipesan silakan cari yang lain" maka kami akan menolak.

Pernyataaan penata ruangan lebih memilih alasan yang benar-benar mengena atau dibutuhkan oleh kami membuat kata mu'jizat "adik dan bayi tidak terganggu", inilah yang membuat hati kami takluk dan angkat jempol kepada penata ruangan. Walau kami baru tahu maksud penata ruangan agar kami pindah dan tamu bisa menempati meja kursi  yang ada. Setidaknya kata-kata itulah yang membuat kami mengalah dan pasarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun