Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perlu Pembiasaan Kesungguhan Jumpa Online

11 April 2023   14:50 Diperbarui: 11 April 2023   15:01 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertemuan jarak jauh, telah didekatkan situasinya oleh teknologi informatika secara audio visual, bertemu muka dan saling sapa.

Bangsa Indonesia adalah anak pelaut dan petani,  Senang dengan perkumpulan dan bergerombol di gerdu kamling, perempatan dan sekarang pindah nongkrongnya di warung kopi dan kafe. Masyarakat Indonesia masih senang bertemu muka secara langsung tanpa perantara teknologi, kecuali anak muda gen Z.

Telah marak pertemuan daring terpisah oleh ruang namun dalam kesatuan waktu. Secara kekinian pola seperti ini sebernanya sangat simple, efesien dan efektif. Dan bagi pribadi yang melek teknologi mereka berucap "sungguh senang, amat senang". Karena bisa melaksanakan banyak hal dalam waktu bersamaan.

Namun bagi generasi old, yang gagap dan "alergi" pertemuan online sangat menjemukan dan lesu perhatian. 

Sebagai konsekuensi dan kelaziman perubahan, maka pelaku-pelakunya harus diedukasi untuk adaptif bisa mesra mengencani suasana teknologi.

Sebuah pertemuan memiliki kadar makna sesuai dengan bentuk dan jenis pertemuan. Bila acarabya mengandung unsur penting bagi audien maka di mana saja dan kapan saja akan diikuti secara sungguh-sungguh.

Oleh karenanya perlu desain pertemuan yang membuat nyaman bagi audien, bukan sekadar pendengar pasif. Bila tidak akan menjadi hiburan dan pembunuh waktu belaka.

Untuk bisa dan terbiasa,  perlu dilatih dan dibiasakan. Sebagaimana karakter terbangun dari bibit yang bernama "pembiasaan" mulai dari rumit menjadi bisa, terampil dan akhirnya menganggapnya biasa saja melakukan hal rumit menurut pandangan orang lain.

Sebagaimana aksi mendebarkan di arena sirkus, memukau dan tampak tenang dalam posisi gawat dan di tempat yang mengancam. Karena mereka berlatih dan berkali-kali jatuh akhirnya mereka menjadi kebal dan terbiasa. Penonton kaget dan berdebar sementara pemainnya "cengar cengir" senang  atas apa yang dilakukan. 

Sama halnya dengan perpindahan generasi dari telepon genggam, menjadi android yang lebih canggih banyak yang belum bisa berpindah, apa penyebabnya ? Mereka amasih cukup hanya dengan telepon genggam dan belum membutuhkan android. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun