Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perceraian Upaya Maju Mundur Cantik

9 Februari 2023   12:14 Diperbarui: 9 Februari 2023   12:18 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perceraian adalah pintu darurat dalam rumah tangga (sumber gambar: Hamim Thohari Majdi)

Para pelatih terpaksa melempar handuk ke arena atau lapangan setelah melihat suasana yang kritis dan tidak memungkinkan untuk dilanjutkan pasa sebuah pertandingan.

Seperti itulah hal yang harus dilakukan ketika badai menerpa rumah tangga, namun bukan mengikuti pola pertandingan dengan perjuangan yang berdarah-darah, cukup dengan smart dan smooth.

Lakukan perundingan, ambil jarak untuk menata emosi. pertimbangkan secara matang langkah yang akan ditempuh, sehingga tidak terjadi sesal kemudian. Pengambilan keputusan secara emosional adalah memaksa sang pasangan megikuti kehendak diri sendiri tanpa mau memahami pasangannya.

Gunakan handuk untuk mengusap peluh pasangan, lakukan bersama-sama, usaplah air matanya dan pandang lebih dalam apa yang dirasakan, apa yang diharapkan apa yang harus dilakukan bersama.

Terlalu cepat melempar handuk, adalah sikap kekanak-kanakan, seperti lempar batu sembunyi tangan, melepas tanggung jawab dan tidak ada upaya untuk mempertahankan. 

Jadilah pemain yang tangguh, nikmati permainan dengan segala lekuknya, berselancarlah dalam ruang-ruang asing yang belum terjamah dan remang. Maka akan mengayakan pengetahuan dan membuat semakin terampil.

MAJU MUNDUR CANTIK

Pada umumnya banyak orang yang menyembunyikan badai dalam rumah tangganya. karena kegagalan dalam perkawinan dianggap sebagai aib dan tidak berlu dipublish. 

Mau melanjutkan ikatan pernikahan yang sudah dirajut, tampaknya terlalu berat dan mendekati aus serta terputus. Ada harapan- harapan yang mulai sirna, ada angan-angan yang menguatkat gamang, Namun berhenti pada sebuah kata "haruskah maju dan putus"

Terus maju haruslah cantik, diambil dengan keputusan yang masak dan disetujui oleh kedua belah pihak, tidak akan menyisakan kenangan pahit dan saling memendam dendam. Sehingga semuanya lega dan tidak terhantui rasa kecewa.

Begitu pula ketika memutuskan mundur, "mundur alon-alon" jangan sampai sikap bertahan didasari oleh rasa malu, karena hal itu  akan menambah beban hati dan semakin hari beban itu semakin berat dan pada puncaknya harus diturunkan, dilepas dan dibiarkan terhampar, rumah tangganya terdampar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun