Lomba ngliwet dalam rangka Hari Amal Bhakti Kemenag RI yang diselenggarakan oleh Kemenag Lumajang, menyisakan kenangan mendalam tentang makna kerjasama secara praktis dan betul-betul sesuai dengan tujuan kerjasama yang sebenarnua.
Kerjasam, ya harus kerjasama karena pesertanya dua orang dari hasil undian. Sungguh saya kenal dengan nama pasangan saya, tapisaya tidak pernah bermitra dalam giat apapun.
Anehnya tanpa kesepatan awal dan didiskusikan, kami langsung tancap gas, "saya bagian jaga api" kata mitra kami. Â Dalam hati saya "wah cocok banget ini" karena ngliwet menggunakan tumang berbahan kayu bakar "asapnya ke mana-mana"
Memasak nasi dan meracik bumbu berjalan secara oyomatis tanpa berdebat, semua bumbu yang dibutuhkan kami optimalkan untuk mendapatkan aroma dan rasa sempurna.
Berkali-kali para juri menghampiri kami, memperhatikan seakan mereka tidak percaya dengan kelincahan tangan kami ketika memotong dan mengupas bahan.Â
Kami selesai lebih awal, membuat kami lega dan gembora karena tuntas sudah tuntas. Lega bercampur senang yang tak terbilang.
Begitu diumumkan, no meja empat disebut paling akhir, sebelumnya kami tidak punya bayangan mendapat nominasi apalagi juara, waaau.Â
Dan no 4 menkadi juara. Kami tidak pernah mencicipi masakan kami, tapi kata orang "pas rasanya, gurih dan siip lah"
Kerjasama yang dilahirlan dari satu hati dan satu langkah terasa lancar semuanya dan bisa selesai lebih awal, kurang dua puluh menit dari yang dijadwalkan. Inilah krrjasama yang nikmat yang pernah saya rasakan, terima kasih pak Jumadi mitra sejati... hormat saya salam kompak.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H