Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Modus Memberi Bantuan Mengatasnamakan Pejabat

12 Januari 2023   16:09 Diperbarui: 12 Januari 2023   16:18 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Era digital melahirkan dunia baru yang bernama dunia maya, sebagaimana maknanya "maya" hanya tampaknya ada, tetapi nyatanya tidak ada. tampak di layar monitor tetapi tidak tahu secara nyata apakah ada atau fiktif. sehingga sulit didetiksi keaslian dan keakuratannya.

Seperti halnya aksi kemanusiaan dan pengumpulan donasi yang dilakukan secara virtual, penerima dan pemberi tidak sedang berhadapan langsung. Namun nyatanya banyak yang tertarik untuk berdonasi. Kabar buruknya bahwa ada beberapa pengumpulan donasi tidak sesuai dengan tujuan, padahal hanya untuk kepentingan diri sendiri.

Pengemis online mengalami puncaknya ketika virus covid-19 sedang mewabah di Indonesia. sebagaimana dilansir katadata.co.id "sejak pandemi corona masuk di Indonesia, pengemis online marak beredar di media sosial", betapa akibat corona  banyak terjadi PHK dijadikan alasan untuk mengemis online.

NIKMATNYA MENGEMIS ONLINE

Seru memang menelusuri dunia maya, terbawa halusinasi dan mampu menguras emosi terhadap hal-hal atau seseorang yang dirundung duka. Maka wajarlah bila seseorang langsung berempati memberi bantuan, tanpa harus melakukan lacak jejak kepada penerimaya.

Begitu pula pelaku yang sedang mengemis online tidak perlu menampakkan diri, bahkan bisa memampang gambar orang lain atau situasi yang penuh haru biru untuk memberikan gambaran tentang suasana yang membutuhkan pertolongan. 

Para pengemis online tidak perlu malu karena tidak berhadap-hadapan dengan pemberi, atau tidak sedang bertemu muka dengan seseorang yang sedang diratapi. Begitu nikmat menjalani profesi sebagai pengemis online, mengemis tanpa harus menjual muka.

MEWASPADAI MODUS MEMBERI BANTUAN

di samping mengharap uluran tangan, di sisi lain terdapat modus mengemis online dengan dalih "memberi bantuan" apalagi mencatut nama pejabat publik yang memiliki pengaruh kuat. 

Berkedok memberi bantuan dengan mengatas namakan wakil bupati Lumajang (sumber gambar: Hamim Thohari Majdi)
Berkedok memberi bantuan dengan mengatas namakan wakil bupati Lumajang (sumber gambar: Hamim Thohari Majdi)

Di awal tahun 2022 banyak beredar di medsos melalui WA pemberian bantuan untuk tempat ibadah dan panti sosial, tidak tanggung-tanggung nama yang dicatut adalah bunda Indah Masdar, wakil bupati Lumajang.

bagi orang awam, menerima WA dari wakil bupati adalah sesuatu hal yang luar biasa, sehingga tanpa panjang pikir langsung merespon, padahal kalau dicermati ada hal aneh yaitu bertanya "dengan bapak atau ibu" mestinya kan sudah tahu nama yang dituju.

Perlu diperhatikan kalimat
Perlu diperhatikan kalimat "dengan bapak atau ibu" (sumber gambar: Hamim Thohari Majdi)
Menghimbau kepada para warga harus selalu berhati-hati bila menerima WA dari nomor yang tidak dikenal, apalagi mengkhabarkan akan memberi bantuan atau sejenisnya. Maka hal yang perlu dilakukan adalah menanyakan kepada nomor-nomor yang sudah diedarkan secara resmi oleh mereka (Bunda Indah - wakil bupati Lumajang).

MODUS MENGEMIS, MEMINTA DAN MEMBERI BANTUAN 

Mengemis online dengan segala kepura-puraannya di media sosial, tidak ubahnya sama dengan meminta bantuan suatu kegiatan atau pembangunan untuk digunakan sebagai sarana umum, tetapi akhirnya digunakan untuk kepentingan pribadi. Juga memberi bantuan dengan berjuta iming-iming, lalu diminta untuk mengirim uang sebagai "mahar", ya hampir samalah.

Berbagai modus untuk mendapatkan financial melalui media sosial memang bergantung pada pemberinya. Namun sebagai bentuk kepekaan sosial kita kepada masyarakat (utamanya masyarakat awam) perlu dilakukan edukasi, bahwa memberi di sekitar lingkungan tempat berdiam dan beraktivitas sangat mulia karena langsung bisa dilihat penerima dan manfaatnya.

Apalagi bila sudah menamakan pejabat, harus dan wajib untuk mengklarifikasi kepada pihak terkait. Beberapa kejadian telah memberi pelajaran seperti yang dialami yayasan Bahrusysyifa Lumajang terkait pemberian sumbangan, donatur menunjukkan bukti transfer sebesar 5 juta, tidak berselang lama mengirim WA "mohon maaf, beribu-ribu maaf, barusan teman saya masuk rumah sakit, butuh bantuan keuangan, maka sebisanya yang dua juta satu tarik kembali untuk membantu teman saya". 

Bukti transfer harus dipastikan sudah masuk, nilainya. sebab sangat mudah untuk membuat bukti transfer dengan tanpa melakukan transaksi atau dengan cara lain. Maka sebelum memberikan jawab kepada kasus di atas perlulah untuk dicek dulu saldo akhir adakah perubahan (penambahan) bila tidak maka dipastikan itu adalah penipuan atau mengemis online

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun