Dalam rangka evaluasi penanganan stunting di kecamatan Jatiroto, diselenggarakan mini lokakarya oleh penyuluh keluarga berencana.Â
Disamping melakukan proggres report (laporan kemajuan) diisi pula oleh narasumber yaitu camat, Kepala Puskesmas dan kepala KUA kecamatan Jatiroto.
Ada hal yang menarik yang disampaikan narasumber, bahwa ada indikasi penyandang stunting, anak perempuan lebih banyak dari pada anak laki-laki.Â
Indikasi yang dimaksud adalah adanya distribusi kasih sayang dari ibu kepada anaknya perempuannya mengalami hambatan kejiwaan. yaitu rasa kecemburuan.
"Mengapa dengan anak sendiri cemburu?" tanya salah satu anggota tim pendamping keluarga (TPK).Â
Disadari dan dimaklumi bahwa kasih ibu kepada anak tak kan pernah putus dan takkan berarkhir, namun bagi seorang ibu ada kendala gender, yaitu halangan mengobral kasih sayangnya kepada anak perempuan.
Anak perempuan bagi ibu adalah saingan, seorang suami ketika masih hidup berdua dengan isterinya, tumpahan kasih sayangnya hanya untuk isterinya saja.Â
Ketika anak perempuan lahir disamping rasa bahagia juga menghadirkan rasa kekhawatiran. Memang tidak ada yang merasakan secara nyata kecemburuan, karena tidak pernah ditelisik dan tidak ada ibu-ibu yang mengaku atau sadar dengan keadaan itu.
Bentuk kecemburuan ibu kepada anak perempuannya berupa, rasa "dendam", pelit dalam memberi pujian dan marahnya dilampiaskan hingga zonk. Hal ini sebagai bentuk protes dengan cara lain kepada suaminya yang dianggap terlalu memanjakan anak perempuannya.
Anak perempuan memang lebih patuh kepada bapaknya daripada ibunya. Tapi sebenarnya yang terjadi bukan semata karena ibunya mencemburui, namun ibu seringkali memerintah berulang-ulang, hingga anak merasa risih.Â