Perlulah bersikap cermat, dalam memainkan peran sebagai komika, orang tua harus jeli dalam membangun alur pikir dan memilih kata atau kalimat yang tepat. Seperti yang terjadi, seorang anak meminta sepatu baru "ayah, aku ingin ganti dan punya sepatu baru" dengan penuh kepolosan dan harap berat kepada orang tuanya.
Sebagai komika, maka orang tua bertanya kepada anak  "beli sepatu dua ya, nak" tentu pengucapannya dengan wajah serius dengan tujuan jenaka, "satu saja sudah cukup ayah" jawab anak.
dengan bijaksana sang ayah membawa satu sepatu, ya hanya satu sepatu seperti gambar di atas, "ya, emang ayah mau pakai satu sepatu" pernyataan anak setengah kecewa melihat ayahnya hanya membawasatu  sepatu, "katanya cukup satu, ya ini ayah bawakan contoh satu sepatu.
"oke, kata sang anak, berarti harus beli satu pasang atau sepasang sepatu, lalu sang ayah mengeluarkan sepasang sepatu bentuk dan warna sepatu untuk kaki kanan dan kaki  kiri berbeda, seperti gambar di bawah in
"waduh  ayah, ini sepatunya ketukar dengan siapa?", sahut sang anak mereka dipermainkan oleh ayahnya. Dengan penuh kesabaran ayahnya kembali menegaskan "bukankah tadi meminta sepasang sepatu, arti dari sepasang sepatu adalah untuk kaki kanan dan kaki kiri, bukankah sudah tepat" jelas sang ayah secara diplomasi.
Stand up comedy mengajarkan berpikir secara kreatif dan mengolah kata-kata menjadi kalimat yang akal mudah mencerna, dari yang tidak mungkin menjadi mungkin, dari yang tidak pernah dipikirkan, menjadi biasa berpikir luar biasa. Karena penjual akan megeluarkan satu sepatu kaki kiri saja seperti di atas, kemudian satu sebagai bonus sepatu kaki kanan.
Bukankah saat ini sudah lumrah persangan sandal atau sepatu dengan warna dan bentuk yang berbeda? kenyataan seperti ini harus mampu dijelaskan oleh orang tua kepada anaknya.