Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hanya ODGJ Manusia yang Paling Waras

10 Oktober 2022   20:29 Diperbarui: 11 Oktober 2022   04:45 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hanya dia yang tahu apa sedang dilakukan (Sumber Gambar : Hamim Thohari Majdi)

Dalam kontek Keindonesiaan perlulah dihayati nukilan lagu Indonesia Raya "bangunlah Jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya", ada secercah harapan para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahwa hal yang utama adalah membangun jiwa diiringi dan diimbangi dengan badan.

Bisa jadi para perintis kemerdekaan memandang pentingnya pembangunan jiwa sebagai bentuk mengisi kemerdekaan adalah membebaskan diri dari belenggu penjajahan berupa belenggu kebebasan berpendapat, kebebasan berserikat dan kemenadirian sikap. Hal ini dapatlah dimaklumi betapa penjajahan telah memasung jiwa anak bangsa lalu lumpuhlah badannya.

Seperti halnya gajah sirkus, jinak dengan pawang dan gelang besi yang dilingkarkan di kaki, bila dibandingkan berat gelang besi deng an tenaga gajah, harusnya langlah gajah bisa bebas dan berlari kencang, tetapi mengapa gajah langkahnya tertatih tatih.

Kesadaran gajah telah dipasung, gajah kecil merasa berat memakai gelang besi, lingkarang gelang besi beriringan dengan tumbuh besarnya kaki gajah, seperti para penjajah menina bubukkan bangsa Indonesia, mengintimidasi dan mempersempit ruang gerak, karenanya tugas berat pasca kemerdekaan adalah memulihkan kewarasan jiwa anak bangsa menjadi negeri yang kuat dan bangsa yang terhormat.

Pembangunan jiwa hasilnya tidaklah tampak, bisa dilihat secara kasat mata, begitu pula kewarasan jiwa seseorang tidak bisa serta merta diketahui tanpa melakukan diagnosa secara tepat. Para seniman konvensional, orang-orang yang sedang mengamalkan laku, para pengamen, pemulung dan pengemis pakaiannya sederhana bahkan cenderung kumuh, tetapi mereka memiliki kewarasan dalam tingkat kesadaran sejati. Tidak mengganggu hak orang lain dan tertib dalam lingkungan sosialnya.

Di sisi lain, para pemuja fisik dan kemasan (bungkus), selalu berpenampilan climis atau glowing, baju-baju terkini dan modelnya aduhai, sementara hatinya rapuh, badannya ringkih karena beratnya beban yang dipikul dan kebesaran nama yang disandang.

Lalu siapakah di antara keduanya yang memiliki derajat kewarasan lebih tinggi ? sayangnya mereka yang berpakaian rapi memandang gembel-gembel sebagai orang yang tidak waras, penyakit sosial dan sampah masyarakat.

Beberapa pekan terakhir dunia birokrasi sedang disibukkan oleh pendataan pegawai, ada cerita yang patut disimak sebagai bahan kajian sadar kesehatan jiwa "dua hari ibu yang usianya genap lima puluh tahun tidak masuk kerja, ijin sakit sesak nafasnya kambuh" selidik punya selidik ternyata sang ibu ini sedang memikirkan nasibnya sebagai penerima honor dari pemerintah dan sedang meminang jabatan pengawas pemilihan umum, bila diterima ibu ini harus memilih, dipikirlah dari waktu ke waktu, bila dilepas honorernya, di Bawaslu hanya sementara waktu, tapi gajinya cukup menggiurkan.

Pegawai di sebuah instansi pemerintah ini menjadi tenaga honorer selama dua puluh empat tahun, dalam data pra finalis ia tidak menemukan namanya, padahal seluruh syarat telah dipenuhi, berulang dipandangi nama-nama yang mirip atau sama dengan namanya, sekali lagi namanya selalu menghilang secepat kilat. Pegawai ini tidak mau menyampaikan masalah ini kepada teman-teman atau pihak yang berkompeten, dipendam sendiri, seperti ibu di atas, penyakit sesaknya kambuh dan disertai vertigo, seakan tidak ada lagi harapan, pupuslah semua usaha.

Hanya orang-orang yang sadar kesehatan jiwa yang merasakan rumit dan pelik ketika hidup ini dijumpai masalah, terlebih lambat dalam menemukan solusi atau selalu bertemu dengan jalan buntu, sehingga sadar kesehatan jiwa berubah menjadi tidak sadaran dan berkurang kesehatan jiwanya.

Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dengan istilah populernya "gila" karena ada penghambat untuk memerankan diri sebagai manusia, memilik segudang masalah, lalu hiduplah dalam dunia yang diciptakan untuk bermain sandiwara, sebagaimana nyanyian hmad Albar "dunia ini panggung sandiwara"

Maka ODGJ hidup dalam panggung impian dari narasi-narasi yang ciptakan sendiri, sebagai cerita lanjutan dari derita yang dialami dan seakan-akan bisa terselesaian dalam alam "kegilaannya", mereka hidup sehat fisiknya, terbukti tidak mudah (tidak ada) yang masuk angin di malam yang dingin, makan sisa-sisa (sampah) tidak membuat sakit peritnya atau keracunan.

Sebab ada hubungan pikiran dengan lambung, pikiran yang selalu gelisah asam lambungnya tinggi (naik) membuat neg, tidak gairah dan buntu pikir. ODGJ  baginya tidak pernah sakit, sajar kesehatan jiwa, jiwanya tidak terancam.

Zamane jaman edan, sing ora edan ora kumanan (jamannya sudh gila, yang tidak ikut gila tidak kebagian atau tidak bisa menikmati kebahagiaan hidup. Hidup ini dicitakan berpasangan dan seseorang selalu mencari yang sejenis, bagi yang sadar kesehatan jiwa "sehat jiwanya: hanya mampu berkomunikasi dengan sesama sadar kesehatan jiwa,

Namun untuk bisa masuk ke dalam dunia ODGJ tentu memakai logika mereka, walau sepertinya utopis atau khayali, memang itulah kenyataannya, mereka manusi-manusia paling waras dalam dunia, itulah pengakuan. Hanya orang yang menyederatkan berpikir gila yang bisa menangkat tanda-tandanya.

Sadar kesehatan jiwa adalah sadar dengan tanda-tanda ODGJ, melakukan chek up atas tanda-tandanya, bisa jadi penampilan saja yang terkesan gagah, tetapi sadar kesehatan jiwanya dipertanyakan.

Sadar kesehatan jiwa menjadikan selalu membatasi volume dan kapasitas yang dipikirkan, pikir keri, ra kuat ditinggal ngopi (dipikir kemudian sambil menjalani masa inkubasi, bila terasa berat santai dulu sambil menikmati kopi).

Tiada manusia yang tidak memiliki masalah, karena masalah dan manusia adalah saudara kandung, sadar kesehatan jiwa menjadikan masalah adalah peluang diberi batas waktu untuk diam di dalam hati asal tidak menetap, bila terpenuhi tanda-tanda ODGJ ringan dan taraf kenormalan, segera mencari orang atau para ahli.

Jangan terlambat dan pilihlah orang yang tepat dan tempat pelarian yang bersahabat sebelum akhirnya menjadi bagian dari komunitas  ODGJ dan menyatakan diri sebagai manusia yang paling waras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun