Pertandingan Arema dan Persabaya di stadion Kanjuruan Malang, sabtu malam 1 Oktober  2022 menjadi catatan lebih kelam dalam dunia persepak bolaan nasional. Biasanya, tragedi terjadi kericuhan antar suporter yang sedang berlaga. Saling memancing emosi dan unjuk kekuatan.
Pertandingan tadi malam sejatinya suasananya aman nyaman sepanjang, terbukti  jalan di perkotaan malang tampak lengang, hanya berseliwuran kendaraan bermotor roda dua dan roda empat dengan membawa identitas "Ongis Nade" (Singo Edan).Â
Tak tampak satupun identitas bonek, suporter fanatik Persebaya, ternyata ada penangkalan secara dini  pembersihan zona dari bonek dan arek Suroboyo, kali ini bonek patuh tidak mendekat kota malang apalagi masuk di stadion kanjuruan. Artinya kanjuruan sudah dibirukan oleh identitas Aremania, harusnya satu suara satu bahasa menikmati sepak bola.
Seperti halnya filosofi bola adalah bundar tak bisa diprediksi tanpa sisi yang bisa di antisipasi. Di luar lapangan bahkan di beberapa media sosial marak postingan yang intinya "Arema tidak boleh kalah di kandang", dalam kontek firasat adakah suatu pertanda khusus ? Akal sehat tidak mencerna hanya sebuah kata penyemangat pasukan singo edan agar gigih mempertahankan sandangan sebagai jago kandang.
Wal hasil skor akhir Arema kalah satu gol dengan Persebaya ( 2 -3). Selama pertandingan suasana dalam stadion terlihat aman dan tidak ada gesekan antar suporter.Â
HARGA DIRI
Keberadaan komunitas atau perkumpulan sangat dipengaruhi oleh sebuah harga diri, seseorang mau bergabung karena akan menambah dan menaikkan harga diri, ada nilai tambah ketika harus bergabung dan menjatuhkan pilihannya.Â
Semakin banyak yang bergabung, semakin tinggi harga diri sebuah komunitas, karena memiliki banyak pasukan dan amunisi. Seperti halnya persepak bolaan melahirkan penggemar yang fanatik siap menjadi garda terdepan dalam setiap suasana.
Kewajiban anggota komunitas adalah merawat dan meningkatkan harga diri kelompoknya, sesuai dengan potensi dan kapabilitas yang dimiliki, maka suporter di samping penyemangat di tepi rumput hijau pada setiap pertandingan, juga menjadi aset ketika identitas komunitas seperti player, kaos, bendera dan lainnya dikomersialkan untuk menyuntik imunitas komunitas.
Harga diri sebagai anggota komunitas diperjuangkan dan mendarah daging bahkan menjadi bagian dari nafas hidupnya. Tanpa suporter sebuah klub tidak memiliki makna istimewa.