Kata "terima kasih" bukanlah hal yang baru, alias sudah ada dan sudah dikenal seiring seseorang mulai bisa mendengar, bahkan masa kanak-kanak orang tua selalu mendorong sang buah hati mengucapkan terima kasih setelah menerima sesuatu dari seseorang, baik berupa materi atau jasa.
Biasanya orang tua akan meninta kepada anaknya dengan mengajukan sebuah pertanyaan "bilang apa?" Â sering kali anak tidak segera menjawab lalu orang tuanya menuntun "bilang, terima ka sih", sang anak mengikuti dan menirukan apa yang diucap oleh orang tuanya, kemuadian orang tua memuji "pintar ya anak bunda".
Di masa kanak-kanak ucapan terima kasih begitu mudah diucap dan dilakukan secara spontan, polos dan kadang lucu bergantung dari kejelasan kata yang diucap oleh anak-anak. Ingat, bahwa kesalahan ucap yang dilakukan oleh anak balita bisa menghadirkan tawa yang mendengar, bayangkan bila kesalahan itu dilakukan oleh orang dewasa, justru menjadi bahan tertawaan (ejekan atau hinaan).
Bila dipenggal setiap kata, maka ada dua yaitu terima dan kasih, arti terima adalah menerima dan kasih adalah penuh kecintaan. Â Di mata anak-anak menerima sesuatu yang membuatnya senang, menyebabkan anak mengucapkan terima kasih kepada si pemberi karena dianggap mencintai dan menyayangi dirinya.
Kata terima, menunjukkan masih ada tempat guna meletakkan dan menyimpan sesuatu, dalam hal materi berarti tersedia ruang untuk menambah kekayaannya. Sedang dalam ruang batin yaitu menyediakan diri untuk membuka hati mempersilahkan orang lain menambah isi dan merasuk dalam batinnya.
Sebagaimana makna gabungan terima kasih, maka ada nuansa batiniah (rasa) yang menyertai dalam proses transaksi. Pertama, bagi pemberi (materi atau jasa) berarti yang bersangkutan tidak membutuhkan barang yang diberikan,. Kedua, merasa ada pihak lain saat itu yang lebih membutuhkan.
Pemberian yang didorong oleh rasa sayang dan cinta akan melahirkan perasan suka cita bagi penerima, merasa dimuliakan dan dihargai. Bukan  sebaliknya, pemberian membuat orang lain semakin 'neg" karena merasakan ada udang di balik batu, ada maunya baik tersembunyi atau terang-terangan, sehingga penerima tidak tegas (ragu) mengucapkan terima kasih.
AZIMAT KATA TERIMA KASIH
Kata terima kasih adalah ungkapan rasa suka cita atas kebaikan orang lain. Hal ini bisa terwujud bila keduanya (pemberi dan penerima ) dalam satu frekuensi hatinya, situasi riang gembira dan tanpa tendensi (modus) yang menyertai.
Tidak semua orang bisa memberi walau sekadar jasa misal membantu menyeberang jalan, membawakan barang, menunjukkan arah, menjelaskan sesuatu, menemani barang sejenak menunggu angkutan dan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa mereka kurang memiliki kepedulian tiada simpati dan tidak mau berempati.
Begitu juga seseorang yang telah menerima sesuatu dari orang lain dan tidak mau mengucapkan terima kasih, berarti rasa  cinta kasihnya sudah berkurang, mungkin cinta kasihnya hanya diberikan kepada orang-orang tertentu dan pilih kasih dalam menuang rasa cinta kasihnya.
Bagi yang tidak mau berterima kasih akan mengurangkan makna dari hal-hal yang diterima, misal karena merasa terlalu sedikit makanan yang diberikan kepadanya, maka ia menerima tanpa semangat dan terlihat wajahnya muram.
Contoh lain, ada anak meminta dibelikan sepatu warna merah muda, tetapi orang tua mendapatkan warna merah tua, si anak tidak begitu senang ketika menerima, bahkan sepatunya tidak disentuh sama sekali. Padahal orang tua sudah mencarikan hingga di seluruh sudut kota.
Atau ketika si anak titip pesan lima macam barang kepada kakaknya, namun sang saudara hanya bisa mendapatkan empat, kemudian si anak menggerutu "biasa, kakak tidak mau keliling carikan pesananku". Pernyataan si anak tidak mengenakkan sudah tidak mau berterima kasih, justru memberi hujatan atau menggerutu.
Sepertinya sepele, hanya mengucapkan  terima kasih, tapi hasilnya luar biasa, bisa mengembangkan hati (membuat hati lapang) sehingga menjadi muara kebahagiaan dan keriangan, baik bagi dirinya ataupun si pemberi. Keriangan dan suasana suka cita dan cinta kasih akan mendorong keduanya melakukan hal serupa atau hal lain secara berulang-ulang.
Terima kasih adalah salah satu kata azimat untuk melakukan terapi batin dan menajamkan kepedulian seseorang dengan orang lain, membuat suasana komunikasi yang menyenangkan, suasana yang meggairahkan, bahkan menjadi betah bersama dalam waktu lama.
CARA MENGEJA KATA TERIMA KASIH
Tidak seperti belajar berhitung yang bertujuan untuk bisa menjumlah, mengurangi, menambah dan membagi secara benar dan faktual perihal angka, sehingga simbul yang digunakan yaitu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 dan 10. Atau 1 + 1 = 2, 5 -2 = 3, 4 : 2 = 2, 1 x 10 = 10. Namun belajar mengeja kata terima kasih mempunyai tingkatan  dan ada seni tersendiri.
Pada tahap awal ayah bunda, perlu mengajari sang buah hati untuk melafalkan kata terima kasih secara benar, tentu ketika masih bayi belum bisa tepat dan jelas, namun lambat laun seiring dengan perkembangannya anak bisa mengucap dengan benar.
Tahap kedua, orang tua membiasakann anak mengucap kata terima kasih di saat yang tepat, misal ketika menerima makanan, diberi hadiah permainan oleh saudaranya, dibelikan es dan sebagainya, pastikan anak-anak telah mengucapkan terima kasih dengan cara bertanya ketika orang tua tidak bersamanya ketika sang anak mendapatkan sesuatu dari orang lain.
Ketiga, apapun barang yang diberi dan berapapun jumlahnya, dahulukan untuk berucap terima kasih, setelah itu menanyakan kekurangannya. Ini berarti sang anak harus belajar menghargai usaha orang lain dan belajar menerima kenyataan, tidak semua yang diinginkan terkabul, tidak semuanya hasrat terpenuhi. Ada hal-hal yang harus dipahami dan diterima dalam bentuk ketulusan bukan kedongkolan.
Mengeja kata terima kasih adalah membiasakan pengucapan dalam kehidupan sehari-hari baik kepada sesama manusia dan paling utama kepada sang Maha Kuasa. Ucapan terima kasih adalah salah satu bagian dari rasa syukur. Misal makanan disajikan untuk dimakan harus disyukuri, karena yang disyukuri akan menjadi berkah dan menjadikan sehat dan bertenanga. Sebaliknya makanan yang kurang disyukuri menjadikan kurang gairah dan mengurangi kenikmatan bahkan menimbulkan penyakit.
Praktek yang paling tepat proses pembelajaran mengeja kata terima kasih adalah dicontohkan oleh orang tua kepada anaknya, ucapkan terima kasih ketika anak memberikan pertolongan, membantu memasak, menemani menyiram bunga di taman, mengemasi pakaian yang dijemur dan lainnya, komunikasi verbal harus diakhiri dengan ucapan terima kasih atas hal yang positif dan permohonan maaf atas hal yang kurng berkenan.
Lingkungan yang kurang memberi nuansa positif, kurang pembiasaan  mengucap terima kasih akan melahirkan generasi robot, tanpa suara dan tak berkata-kata. Pembelajaran mengeja kata terima kasih akan melahirkan orang-orang hebat, pemimpin yang menghargai kinerja anak buah dan mitra kerjanya, serta mendamaikan suasana. Terima kasih kepada redaksi dan pembaca atas atensinya.
Seperti Nabi Adam belajar mengeja
Nama-nama benda yang ada di semesta
Dari tidak tahu menuju tahu dan faham
Lalu memberikan makna guna dari semuanya
Semua berasal dari pembiasan
Menjadi sebuah keterampilan dan ahli
Namun tidak semuanya ahli menerapkan
Bernurani adalah kuncinya
Seperti warna adalah putih sejati
Goresannya yang akan menemukan warna jadi
Dalam hidup, tinta hati jadikan jalan meniti
Agar gambar tampak indah tersaji
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H