Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) yang dicanangkan pemerintah telah sampai pada waktu yang dijadwalkan, namun belum mencapai target yang diharapkan.
Tentu hal di atas membuat para Nakes dan pemangku kebijakan kurang nyenyak tidurnya, harus mencari solusi dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, agar menemukan mimpi indah.
Tulisan ini berusaha meneropong serpihan kendala yang terjadi dalam masyarakat, walau pada akhirnya tidak bisa digeneralisasi kejadiannya disamakan di seluruh Nusantara. Bahkan bisa jadi apa yang tersaji adalah buah racikan yang sulit disebut namanya.
TERLALU MENYAYANGI ANAK
Diceritakan ada salah satu tokoh di sebuah desa yang memiliki pengaruh kuat dalam masyarakat. Namun anaknya masuk catatan bidan desa salah satu anak yang tidak mau diimunisasi. Setelah diusut ternyata anak tersebut pernah diimunisasi, lalu kulit bekas suntikan terasa sakit bahkan ada kecenderungan bernanah.
Sang bapak bersikeras melindungi anaknya agar tidak diimunisasi, sehingga sang ibu tidak berdaya menolak keputusan suaminya.
Petugas kesehatan begitu juga kader PKK penasaran dibuatnya, karena dalih yang disuguhkan oleh orangtua tidak rasional dan jauh dari fakta. Setelah didesak dan merasa tersudut, akhirnya buka juga suaranya "saya kasihan, anak saya tidak bisa tidur nyenyak karena merintih kesakitan, sebentar tidur, lalu terjaga, terasa berat ngantuknya tidur lagi, begitu seterusnya bergantian jaga, walau sudah disiapkan penjaga, anak lebih suka kalau sang bapak yang menjaga."
Sang bapak tidak bisa menolak permintaan anak, sisi lain orangtua harus nyenyak tidur agar fit dan bisa beraktivitas sebagaimana kesibukan hariannya.Â
Rasa sayang anak yang berlebihan membuat orangtua tidak tinggal diam, bila ada yang mengusik. Demam jangan lagi diulang. Karena penolakan begitu keras bahkan menggunakan kata kunci "pokoknya" jangan diimunisasi.