Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mengeluarkan Anak dari Sarang Egois

30 Agustus 2022   17:28 Diperbarui: 30 Agustus 2022   17:31 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Anak akan tumbuh menjadi besar seiring dengan pola pengasuhan dan lingkungan yang dihuni. Dalam pergaulan ada istilah "kurang lama ngopinya" dan"kurang jauh pikniknya", sebagai gambaran kurangnya pergaulan dan up date pengetahuan.

Kehidupan sosial anak, masih berkutat dalam keluarga, bersama ayah dan ibu serta anggota keluarga yang lain (saudara, kakek, pembantu). Anak balita belum berani jauh dari rumah, inilah pernyataan yang harus disingkap. Tidak beranian anak jauh dari orang tuanya, karena merasa nyaman atau tidak mampu dan tidak memiliki kemampuan bersosialisasi.   

Orang tua tidak boleh diam bila anaknya, asyik dengan dunianya sendiri, tidak mau (tidak bisa) bersosialisasi. Menjadi masalah di kemudian hari apabila orang tua menganggapnya biasa, maka ego anak akan semakin menguat. Komunikasi sosialnya akan terganggu dan tidak bisa harmonis dengan lingkungan atau dengan siapa saja yang membersamainya.

LEPAS PELAN-PELAN

Sesulit apapun anak atau tidak memiliki nyali dan keterampilan, harus dibiasakan agar bisa hidup bersama orang lain, mampu mengenali lingkungannya dan sanggup bersusah gembira dan berkeringat dalam kehangatan sosial.

Penguatan sosialisasi harus dimulai dari orang tua yaitu mengenalkan anak kepada keluarga besar bapak  dan ibunya, paman-tante, kakek-nenek dan seterusnya, hal ini sebagai upaya pemberi tahuan garis keturunan untuk membangun keeratan kekeluargaan. Agar kelak tidak "kepaten obor" hilang jejak silsilah keluarga. Dengan hilangnya jejak silsilah keluarga berdampak kepada putusnya kekerabatan.

Anak juga di kenalkan pada lingkup sosial lain adalah teman-teman orang tua, teman sepermainan anak dan lingkungan di mana berdomisili. Pada lingkup ini intensitasnya harus diperkuat. Anak agar bisa tumbuh kembang dengan seusianya atau teman sebayanya.

Lingkungan sosial di atas di pertegas sebagai lingkungan paling dekat dan erat bersinggungan secara terus menerus. Anak harus tahu dan mengenali kepada orang yang sering ditemui dan melakukan transaksi sosial, agar anak tidak buta peta sosialnya.

Bila anak benar-benar sulit melakukan sosialisasi, orang tahu tidak boleh memaksakan, mulailah dari hal sederhana misalnya mengantarkan makanan ke tetangga sebelah rumah, membawa kue untuk dibagikan ke teman-teman sekelas dan lainnya.

Perlahan tapi pasti, orang tua harus membuat skala prioritas dalam membangun komikasi anak dengan orang lain. Pemaksaan bisa berakibat kepada tekana mental anak, merasa dipaksa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun