Seorang ibu dalam pertemuan wali murid di sebuah sekolah mengajukan pertanyaan kepada guru "anak saya kalau di rumah senangnya klotekan (memukul sesuatu dengan alat misal meja) dan berisik tidak jelas apa yang diucapkan, apa yang harus saya lakukan".
Pada kesempatan lain dalam seminar parenting seorang guru masih muda, berkisar tiga puluhan tahun usianya, di sesi sharing menanyakan "di kelas saya ada satu anak, tidak banyak bicara, hobinya memukul barang apa saja di kelas, tentu anak ini sangat mengganggu ketenangan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung , apalagi di waktu istirahat, kelas dibuat seperti panggung".
Orang tua dan guru, hampir sama keluhannya. Â Tentang anak yang suka membuat suasana berisik, seakan semua benda berhasil dihidupkan dengan menyentuh atau memukul.
Tentu gambaran orang tua dan  guru sebagaimana di atas, adalah sosok pribadi yang tidak menyukai kebisingan. Justru mereka bisa bekerja dalam keheningan. Semakin sunyi banyak inspirasi dan meningkat produktifitasnya.
Bagaimana dengan anak-anak mereka, adakah keanehan? Â Lalu apa yang harus dilakukan untuk membuat anak-anak menjadi penurut.
BERISIK DAN USIL
Adakah bapak dan ibu telah memperhatikan secara seksama, putra putrinya yang suka berisik mengganggu anak lain?.Â
Secara individual mereka tidak ada niat untuk mengganggu atau membuat suasana hingar bingar yang mengakibatkan aktifitas orang lain berhenti. Hanya saja anak-anak yang suka berisik ini, biasanya kurang memperhatikan leadaan atau perasaan anak lain. Mereka ingin menghibur diri sendiri menggelar panggung musik secara imajinatif.
Rasa yang terpendam untuk membisikkan syair secara lantang tidak.bisa ditahan, meledak dan ambyar. Biasanya diiringi dengan kotekan secara ritmik.
Mereka senang berisik, namun tidak usil atau jahil kepada temannya. Bahkan apa yang dilakukan banyak diikuti oleh teman yang lain. Karena mereka sedang mengekspresikan tabungan hati dalam nada dan menghibur diri untuk memetik kebahagiaan bersama.
BERISIK BAGIAN DARI KECERDASAN
Ah ada ada saja, berisik dikatakan cerdas, bolehlah menyanjung tapi jangan mengibuli. Membuatnya besar kepala.Â
Masih ingat Kecerdasan majemuk ? . Hasil riset Howard Gardner yang menemukan delapan kecerdasan dalam diri anak. Salah satunya adalah kecerdasan musikal.
Kecerdasan nusikal adalah kemampuan yang dimiliki oleh anak dalam menyampaikan pesan kepada orang lain berkaitan dengan rasa yang tertimbun dalam hati, dengan menyanyi ingin menunjukkan bahwa diri sedang mengalami seperti lirik lagunya, dengan memukul  benda yang ada adalah menyalurkan kejengkelan atau bisa jadi sebagai simbul kesenangan.
Berisik sebagai tanda dimiliki indikator kecerdasan musikal, tandanya adalah  suaranya mampu menyita perhatian ada indikasi kemerduan, pukulan-pukulannya menghasilkan bunyi harmoni.Â
ARAHKAN
Pembaca kompasia tentu orang-orang yang haus pengetahuan dan ingin ada peningkatan hidup setiap harinya. Sehingga tiada bosan dalam melakukan up grade diri. Karenanya sebagai orang tua, perlu memahami jati diri anaknya agar tidak salah menilai dan keliru dalam memperlakukan anaknya.Â
Secara sederhana, serahkan anak-kepada guru kesenian. Mintalah kepada guru untuk mengeksplorasi bakat dan dikembangkan minatnya. Orang tua tidak boleh memasrahkan secara penuh, harus ikut dan melakukan intervensi agar guru benar-benar mengoptimalkan fungsinya, bukan dijadikan kelinci percobaan.
Atau berikan tambahan berlatih mengasah keterampilannya melalui les, juga bisa bergabung dengan grup musik, dan orang tua memfasilitasi dengan pengadaan alat musik.Â
Orang tua harus mendampingi pengembangan kompetensinya dengan tetap menjaga kecerdasan lain sebagai penunjang. Bukan diinterfensi.
Atau bagi anak yang memilik bakat sebagai Qori' maka matangkan di program taman pendidikan al Qur'an.
JANGAN KAGET
Anak-anak yang memiliki kecerdasan musikal, sangat mudah memahami suati pesan dengan menggunakan ritme, belajar dengan cara dinyanyikan atau dengan mengikuti ketukan-ketukan.Â
Bapak ibu dan para guru jangan kaget bila mendapati anak yang suka berisik, karena memori mereka mudah menerima informasi baru bila didendangkan atau dinyanyikan.Â
Strategi mengajar telah sampai kepada penggunaan metode menyanyi dalam pembelajaran, sehingga banyak didapati lagu-lagu yang mendidik seperti "balonku ada lima"  pesan yang ingin disampaikan  adalah belajar dengan mudah menghitung dan mengurangi (jumlah balon lima, meletus satu, tinggal empat dari rumus lima dikurangi satu sama dengan empat. Juga belajar menghafal warna "rupa-rupa warnanya, merah, kuning, kelabu, merah muda dan biru"Â
Dalam pembimbingan tilawah Qur'an, mereka memiliki suara yang berwibawa untuk melantunkan ayat-ayat ak Qur'an
TERATUR MAMPU MENGATUR
kecerdasan musikal, hidupnya sangat disiplin mengikuti irama yang dipilih. Berjalan secara lentur dengan hitungan dan ritmik, menikmati setiap tahapan-tahapannya.Â
Memiliki bakat memimpin, karena dirinya hidup teratur  dan mudah mengatur. Bisa memahami sikap orang lain, lalu membawanya dalam hayalan dengan suasana gembira, seperti terhepnosis.Â
Mereka kala dewasa mampu faham kapan harus kencang meninggi, datar pergerakannya seperti busur panah menuju sasaran yang dipastikan. Turun.perlahan hingga tidak terjungkal.Â
Pemimpin yang memilki jiwa seni, banyak pengikutnya dan gagasan yang dilontarkan benar-benar membawa pada kehidupan baru, aroma surgawi. Penuh gairah dan mendistribusikan secara tepat.Â
Pukul pukulan bukan makian
Membangun jalan berkelok kelok
Karena itu indahnya
Dinikmati dan disyukuri
Jangan berisik?
Itu yang kuterima bila berdendang
Padahal mereka juga berisik lebih gagah
Memecahkan kesunyian.
Produkku adalah hasil bunyi
Memanggil bidadari alam hayali
Lebihkan berisik, takut apa lagi.
Di sini berontak hati terobatiÂ
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H