Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Melawan Secara Santun Mitos Masa Kehamilan

18 Agustus 2022   06:49 Diperbarui: 18 Agustus 2022   06:50 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa kehamilan adalah masa kegembiraan bagi suami istri, sebagai pertanda akan memiliki keturunan dan buah hati yang bisa menghadirkan senyum dan tawa. Ada yang melintas bagi pasangan suami istri ketika sedang hamil, mereka menganggapnya sebuah mitos, hal yang terlalu mengada-ada, tidak rasional.

Kenyataannya, mitos masih tetap diyakini generasi milenial, didukung oleh keyakinan turun temurun dari nenek moyang k yang kerap diceritakan dan ditularkan hingga menjadi seakan-akan benar adanya.

Tentu saja mitos sebagaimana di atas akan menjadi salah satu hal yang perlu disamakan persepsi antara suami dan istri serta keluarga besar, sehingga proses kehamilan tidak ada yang ditakuti dan berjalan lancar serta lahir normal.

KEDEWASAAN ORTU

Seperti halnya syarat menikah yaitu dewasa, maka salah satu bukti kedewasaan adalah kesiapan untuk menghadapi hal-hal yang timbul dari efek berumah tangga, salah satunya adalah masa kehamilan istri. Masa beralihnya dari bulan madu  menuju bulan persiapan menjadi orang tua.

Tanda awal yang tampak kehamilan seseorang adalah muntah-muntah. Maka disini cinta mulai diuji kesetiaannya. Bagi pasangan suami istri yang mendambakan kehadiran buah hati, maka masa kehamilan adalah masa yang lebih menyenangkan setelah berbulan madu. Maka akan tertumpah kasih sayang suami kepada istri untuk memberi kehangatan si janin.

Bukankah dalam fakta kehidupan, ada beberapa pasangan suami istri ketika memasuki masa kehamilan belum siap? yang dilatari oleh kekurang dewasaan secara mental dan kekurang mapanan finansial, sehingga kecemasan menjadi bunga hidupnya.

Meyakini  mitos yang berkembang baik yang didengungkan oleh masyarakat atau internal keluarga menjadi penguat untuk mengelak melakukan sesuatu yang lebih keras, rajin dan konsisten. Maklum masih belum dewasa, tentu belum tercipta kemandirian. Di antara mitosnya "jangan melakukan hal-hal yang jahat, tidak melakukan perjalanan jauh dan lainnya".  

Ada sebagian orang ketika istri sedang mengandung, ia diam diri di rumah, walau secara finansial belumlah cukup. Karena meyakini perbuatannya akan bertampak kepada anak yang di kandungan, khawatir anaknya akan meniru laku orang tuanya yang tidak baik.

MITOS LELUHUR

Berkembangnya peradaban umat manusia tidak langsung menuju kepada masa modern atau berilmu pengetahuan, tetapi tumbuh dari pengalaman sederhana dan memahami tanda atau gejala alam baik yang bisa menyenangkan atau menimbulkan kedukaan, kemudian pengalaman antar pribadi diceritakan kebetulan memiliki konteks tempat dan isi yang sama, lalu menjadi kebenaran dan kepercayaan.

Contoh kasus mitos yang berkembang dalam masyarakat adalah "seseorang yang tiba-tiba tidak bisa bernafas setelah tertidur di bawah pohon rindang" usut punya usut, masyarakat meyakini bahwa orang tersebut sedang kena kutukan penghuni pohon atau dedemit.

Mitos yang lahir dari cerita orang jaman dahulu, lalu diceritakan berulang-ulang, sehingga muncul sebuah kebenaran pengetahuan, karena tidak pernah dilakukan riset secara ilmiah, hanya dari mulut-ke mulut dan belum pernah ditemukan bukti.

Beberapa mitos dengan tujuan pembelajaran dan pencegahan yaitu ; dilarang duduk di atas bantal, nanti mengakibatkan bisul (udun= jawa), anak perawan di larang duduk di tengah pintu nanti tidak akan menemukan jodoh, jangan meludai sumur, bisa tanggal gigi dan lainnya.

Mitos di atas pada hakekatnya adalah sebuah pelajaran kesopanan, mengingat nenek moyang kita belum memiliki keterampilan berliterasi, belum bisa bernarasi dengan baik. Maka tidak semua mitos itu jelek dan mencelakakan. Nyatanya larangan-larangan di atas bagi generasi milenial telah dilanggar dan tidak dipercayai, pun toh tidak terjadi apa yang digambarkan dalam mitos itu.

Dalam kehamilan, mitos yang sering berkembang yaitu pasangan tidak boleh memancing (karena ada unsur penyiksaan ketika ikan terjebak umpan dan terpancing), tidak boleh mengalungkan handuk ketika hendak mandi (bisa berakibat kelahiran anaknya agak susah karena terlilit usus sang ibu). Tidak boleh makan yang pedas-pedas nanti penglihatan  anaknya akan kabur dan lainnya.

JANGAN MELAWAN

Walau banyak mitos yang berkembang dalam masyarakat tidak terbukti, janganlah dilawan. Anda (suami dan istri) juga tidak boleh menyepelekan, sebisanya menghindari dan tidak menentang, kecuali apa yang dikatakan orang adalah berkaitan dengan  profesi, misalnya mitos jangan membunuh atau menyembelih hewan, tapi Anda sebagai seorang jagal, maka suka tidak suka harus menyembelih hewan untuk menegakkan kepul asap di dapur.

Tidak ada salahnya pasangan suami istri menghormati kepercayaan yang berkembang dalam masyarakat terkait dengan beberapa mitos, yang penting tidak perlu menantang atau mengucapkan hal-hal yang kasar atau mengarah kepada perlawanan misal "ah, itu mitos, coba mana buktinya". "itu kan mitos, aku tidak percaya"

Dalam hidup ini tidak semuanya menggunakan logika, ada hal-hal yang tidak bisa dilogikakan dan perlu ditaati, misalnya  mengapa orang tua kamar tidurnya berada di belakang, mencari hari baik dalam melaksanakan hajatan, mengenakan pakaian tertentu dalam upacara adat dan lainnya.

 

MITOS DAN MIND SET

Perihal mitos sejatinya bukan masalah kebenarannya, karena mitos sendiri adalah cerita yang dibenarkan oleh penceritanya dengan tujuan tertentu. Artinya mitos diciptakan dalam bentuk cerita fiktif untuk menumbuhkan sugesti.

Apapun di dalam peristiwa kehidupan, sesuatu yang diyakini akan menjadi nyata adanya. Ketika seseorang yakin atas apa yang dilakukan, maka secara mental akan muncul yang namanya  mekanisme kreatifitas jiwa. Secara otomatis tubuh beserta jiwa menyedikan untuk itu.

Sama halnya ketika seseorang merasa senang kehadiran dengan teman lama. Maka semangat untuk menjamu teman diwujudkan dengan jamuan istimewa, tempat yang nyaman dan seramah mungkin menyambutnya. Beda dengan kehadiran orang yang tidak dikehendaki, maka segenap pisik dan jiwa, minim ekspresi, sangat dingin dan terkesan kaku, bahkan ingin agar tamunya segera pulang.

 Pembentukan kepercayaan berawal dari informasi atau pengetahuan, kemudian alam sadarnya menerima informasi tersebut  dan membenarkannya berdasarkan kemahiran pencerita atau mitos tersebut benar-benar diyakini dalam masyarakat.

Suami istri dalam mengahdapi mitos pada masa kehamilan, tidak perlu menyampaikan dalil-dalil atau teori, pengetahuan logis yang dijadikan alat pembela, bisa menjadikan pihak lain merasa kurang nyaman, meski mereka tidak memberikan balasan bantahan.

Bisa jadi logika yang ditampilkan dalam menolak mitos, dianggap oleh masyarakat sebagai kesombongan, bahkan ada yang mengumpat dalam hati "rasakan ya akibatnya kalau tidak percaya", ini merupakan doa.

Penolakan meyakini mitos oleh suami istri bukan sekadar menolak kebenaran yang tak berdasar, lebih luas lagi adalah melawan keyakinan orang tua atau orang yang ada di sekitarnya. Kondisi seperti ini membuat suasana kurang menyenangkan, apalagi bagi orang tua yang tidak cukup terampil bicara dan menjelaskan kepada anaknya, maka anaklah yang harus mengerti kondisi orang tua.

Mitos! Boleh tidak dipercayai, asal jangan menentang secara keras, baik dengan berdebatan sengit ataupun sikap yang acuh, tak acuh. Bila memungkinkan "iyakan saja" sikapi sesuai dengan keadaan, karena masa kehamilan adalah masa indah bagi calon orang tua, maka belajarlah menjadi orang tua dengan mengaca dan menghormati orang tua Anda sekarang.

Cermin kayu memantulkan teka teki

Hendak dipandang tanpa ada sisi

Segenap belantara dalam liar tak berbukti

Tak perlu ditolak tak perlu menggoyang diksi

Di balik cermin kayu, adakah masa lalu

Kan dijadikan guru benahi laku

Mengemas akal menghaluskan kuku

Berjalan dalam gamang yang kaku

Biarlah kali ini kalah tapi bukan menyerah

Ada waktu untuk berbenah redam fitnah

Menapaki jalan hitam tuju arah

Datanglah  generasi baru tuk berbenah

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Jalan Braga Bandung, Ketika Bebas Kendaraan!

7 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun