Â
Salah satu tujuan pokok dalam perkawinan adalah menenangkan diri dari gejolak sahwat yang menggelora, lalu tersalur dengan tepat, aman dan nyaman. Halalnya hubungan biologis karena kalimat yang diucapkan saat ijab dan qobul atas nama Allah pemilik cinta.
Hal-hal yang semula dilarang, menjadi hahal bahkan dianjurkan untuk diulang-ulang seperti saling pandang antara suami dan istri, berpegangan dan lainnya, bahkan ada bonus bila hal tersebut dilakukan adalah gugurnya dosa-dosa., seperti bunga berjatuhan di musim gugur.
Agama memberi perhatian besar atas tersalurnya kebutuhan asasi bagi para remaja usia baligh (dewasa), agar tidak tinggal di alam hayal, atau penyalurannya sembarangan. Sebagaimana peringatan Rasulullah Muhammad "wahai para pemuda, barang siapa yang sudah mampu, maka kawinlah, agar terjaga pandangan dan kemaluannya, dan barang siapa yang belum mampu (kawin), berpuasalah".
DI AWAL PERKAWINAN
Hubungan intim suami istri di awal perkawinan atau bulan madu, biasanya berjalan lancar, karena kedua insan beda kelamin ini telah menantikan peristiwa sakral dan syahdu, gairah selalu muncul, sehingga ada ungkapan "aku tak ingin jauh darimu, sayang"
Masa-masa yang berbunga berlimpah bahagia, di masa ini distribusi seksualitas mengalami puncak kejayaan, saling membutuhkan, saling memberikan yang terbaik. Hidup terasa sempurna dan indah sekali.
Walau ada sebagian yang masih tampak ragu dan malu, utamanya bagi pasangan pengantin karena perjodohan atau kenal sesaat, sehingga belum terbangun komunikasi yang bisa dipahami dan penerimaan pesan dengan baik. Namun akhirnya dalam berumah tangga kebutuhan ini akan terlaksana juga. Cepat atau lambat sangatlah bergantung dari hasrat suami istri itu sendiri.
MASA SENSITIF
Bagi kaum perempuan ada masa-masa yang tidak menyenangkan, di mana datangnya menstruasi atau haid, sebuah peristiwa alamiah berkurangnya hormon kebahagiaan. Salah tingkah dan serba salah, karena perilakunya tidak bisa dikontrol, misal saat menstruasi tidak respon dengan canda dan gurau sang suami, padahal niatnya menghibur atau mengeluarkan dari zona kemurungan.
Untuk itu para suami harus faham siklus datang bulannya, memahami gerak gerik istrinya yang mulai sensitif, maunya marah, tidak suka didekati, bahkan ada yang tidak tersentuh air dan jauh dari wewangian.