Mohon tunggu...
Hamid Hasni
Hamid Hasni Mohon Tunggu... -

lahir di Surabaya gede di Jakarta , dewasa di 21 propinsi indonesia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Perspektif Manusia Salah

1 Januari 2014   01:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:17 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teguh, Irwan dan beberapa kawannya  yang sedang merayakan pesta  rakyat tahun baru  di Bunderan HI tersentak kaget begitu tahu  beberapa hotel  memasang tarif  acara tahun  baru  sampai Rp 3 juta / orang.  Rasa ingin tahu   yang begitu besar  memberi keberanian mereka untuk mengintip apa dan bagaimana merayakan tahun baru di hotel berbintang.   Ekspresi kaget dengan mulut ternganga dan mata melotot  terlihat jelas di wajah Teguh dkk   begitu   sekilas melihat kemewahan dan banyaknya pengunjung di  hotel tersebut.  Tak lama Teguh dkk di usir satpam dan mereka kembali ke Pesta Rakyat di Bunderan HI.  Diskusi kecil Teguh dan rakyat jelatanya setelah melihat kemewahan  di hotel tersebut  berakhir dengan kesimpulan
"Manusia yang  membuang uang  3 juta dalam satu hari tidak mempunyai hati.  Coba saja bayangkan  kalau di Indoneisa  ada   1000  hotel dan tiap hotel ada  250 pengunjung, uang yang dihamburkan  bisa750 milyar.   Bandingkan  kita   cari modal  untuk   jual mie ayam  2 juta saja susahnya
setengah mati".
Para Ustad,  Kiayi,  Pendeta,  Pastur dan Pemuka Agama lainya  mengelus dada melihat  orang berbondong bondong merayakan pesta rakyat tahun baru  di Bunderan HI  atau tempat lainnya sedangkan  Gereja,  Mesjid dan tempat ibadah lainya kosong melompong. Menurut si pemuka agama tahun baru  waktu yang tepat untuk merenung dan memohon ampunan tuhan atas perilaku kita di tahun sebelumnya

Para borjuis yang sedang merayakan tahun baru di hotel mewah tak kalah kaget begitu mendengar suara petasan dan lompatan warna warni  kembang api  dengan  durasi begitu lama di atas bundaran HI. Bagai koor mereka berkomentar " Alangkah bodohnya pemerintah,  sebegitu banyak rakyat miskin koq masih buang buang uang dengan membeli kembang api dan merayakan pesta tahun baru sebegitu mewahnya.  Belum lagi kalau peserta pesta rakyat yang kebanyakan karyawan itu  sakit karena begadang dan kena hujan. Pantes aja produktivitas kita kalah dibanding Vietnam"

Atas skenario tuhan, Sang Borjuis, Si Rakyat Jelata dan Pemuka agama bertemu di jalan.  Ban mobil Sang borjuis pecah persis di jalan depan mesjid dan meminta tolong si rakyat jelata yang sedang pulang di jalan yang sama,  melihat orang berkerumun di depan mesjid sang ustad penasaran ingin melihat.  Singkat kata Ban mobil sudah diganti ban serep, Si rakyat jelata  menerima uang jasa  dan sang Ustad  akan kembali ke mesjid untuk azan subuh. Sesaat sebelum mereka berpisah terlihat   seorang Ibu setengah baya menyapu pekarangan di rumah sederhana samping mesjid dan masing masing  mengguman dalam hati :

- Sang borjuis ,  " Keluarga si Ibu setengah baya  ini mononton banget hidupnya, tahun baru enggak tahun  baru sama aja."

-Si Rakyat Jelata, " Kalau   enggak   punya   uang kan  bisa aja ibu itu cari hiburan tahun baru yang murah     meriah seperti kita, tahun baru kog pagi pagi nyapu"

-Ustad , "  Ibu ini pagi pagi kog nyapu, kenapa enggak ambil air wudlu untuk sholat subuh"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun