Mohon tunggu...
Hamid Anwar
Hamid Anwar Mohon Tunggu... Administrasi - PNS Kelurahan

Pegawai kantor yang santai, sambil mengelola blog pribadi http://hamidanwar.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wisata Keluarga ke Bali, Habis Berapa Ya?

30 Agustus 2024   11:20 Diperbarui: 30 Agustus 2024   12:11 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Lokasi ini, monyet monyet dibiarkan berkeliaran dan telah memiliki kantung-kantung makanan tersendiri yang disediakan oleh pengelola. Pengunjung tidak diperbolehkan memberi makanan. Selain itu, salah satu larangan lain adalah tidak diperbolehkannya pengunjung melakukan kontak mata dengan monyet untuk menghindari serangan monyet yang bisa terjadi sewaktu waktu.

Ubud Monkey Forest juga dilengkapi dengan area walking track yang sebagian berupa jalan tangga dari kayu. Suasana sejuk terus menyelimuti selama kami berada di kompleks ini. Pengunjung diajak mengitari hutan monyet ini sembari menyadari sebuah hubungan harmonis alami yang tercipta antara manusia, binatang, alam dan Tuhan. Hal ini diperkuat dengan adanya tiga Pura yang ada di dalam hutan. Pura ini dipercaya telah dibangun sejak abad 14. Pengunjung wajib menghormati keberadaan Pura dengan tidak memasukinya dan menghormati kegiatan peribadatan warga Umat Hindu yang sekali waktu diadakan di tempat sakral ini. Di sebelah salah satu Pura, juga terdapat mata air yang disucikan.

kami di salah satu sudut monkey forest, dokpri
kami di salah satu sudut monkey forest, dokpri

Selama di Ubud Monkey Forest kawanan kera yang mendekat ke rombongan pengunjung tidak terlalu banyak. Sebagian besar mereka berayun ke sana kemari di atas pepohonan. Meskipun demikian tampak wisatawan asing sangat menikmati moment dekat dengan kera bahkan diajak berfoto.

Setelah kurang lebih satu setengah jam berada di Ubud Monkey Forest, kami memutuskan untuk beranjak pulang. Sayangnya jalan satu arah di kawasan Ubud siang itu macet parah. Saya juga sedikit heran karena kami telah memilih waktu weekdays dan bukan musim liburan nasional tetapi masih terjebak macet di Ubud. Bisa dibilang, sekarang ini Ubud merupakan jujugan favorit turis asing sehingga di kanan kiri jalan dengan mudah ditemui keberadaanya. Salah satu penyebab kemacetan adalah lampu traffic light di kawasan Pasar Seni Ubud. Kami tidak sempat mampir setelah melihat parkiran yang teramat susah. Menurut berita, beberapa hari lalu pasar ini sempat terbakar dan masih terlihat bekas bekas kebakaran lengkap dengan police line berwarna kuning.

Untuk makan siang, kami memutuskan untuk keluar dari area Ubud terlebih dahulu agar menemukan tempat yang lebih mudah parkir dan juga lebih tenang tidak semrawut. Kebetulan, perjalanan kami distop oleh masyarakat adat yang tengah dalam arak arakan. Jika saya tidak salah, arak arakan tersebut adalah membawa jenazah menuju ke upacara Ngaben. Kira kira rombongan arak arakan berjumlah kurang lebih 100 orang.

Kami memilih makan siang di RM Padang Piliang Jaya masih di daerah Ubud. Bagi kami warga muslim, kami sedikit berhati hati memilih rumah makan untuk memastikan kehalalannya. Tempat ini sudah tidak terlampau ramai dan berada kira kira di sebelah Selatan kawasan utama Ubud.

Menjelang sore, perjalanan dilanjutkan ke arah Kota Denpasar melalui kawasan Batubulan. Saya menyimpulkan sementara bahwa saat ini ruas ruas utama di antara Denpasar hingga daerah Kuta adalah yang sering macet termasuk diantaranya Jalan Imam Bonjol dan Sunset Road. Kami termasuk salah satu yang terkena macet sehingga harus rela bersabar sejenak dalam perjalanan kami menuju ke Krisna Sunset Road.

Pusat oleh oleh ini berada tidak terlalu jauh dari penginapan kami. Saya kira Krisna ini adalah satu pusat oleh oleh yang terlengkap dengan harga harga yang sudah final tidak perlu ada tawar menawar seperti di Pasar Seni Sukowati misalnya. Aneka oleh oleh dipajang mulai dari kerajinan, baju baju, cemilan khas, kopi, hingga pernak pernik aksesoris. Untuk kualitas barangnya saya kira setara dengan kualitas pasar rakyat, meski ada juga bagian khusus yang menyediakan barang barang dengan kualitas premium. Pengunjung juga bisa meminta bantuan packing kardus kepada petugas dengan tambahan biaya 10 ribu rupiah agar lebih mudah dibawa.

Berhubung waktu masih cukup senggang, kami mampir pula ke Joger Kuta. Di sini, barang barang oleh oleh yang dijual lebih berkualitas ketimbang di Krisna. Namun untuk harga juga cukup overpriced. Jika jeli, ada bagian bagian tertentu yang dijual lebih murah seperti kaos, sandal dan sebagainya. Konsep penyusunan toko Joger Kuta ini juga unik sekali bahkan dilengkapi kolam ikan di dalamnya. Suasana berbelanja juga sejuk karena full AC. Ditambah lagi parkir gratis yang petugasnya sangat berintegritas. Ketika saya menawarkan lembaran lima ribu rupiah kala tukang parkir membantu menyeberangkan, ditolak secara halus. Secara prinsip, kami puas berbelanja di Joger meskipun itemnya sedikit wong amunisinya juga terbatas. Hehehe..

Menjelang petang, kami sampai kembali di penginapan. Berhubung Dayu kepingin sekali berenang, maka saya iyakan dan saya temani. Berenang di malam hari di Bali tidak terlalu dingin. Kolam yang ada di tengah hotel ini memiliki kedalaman 60 hingga 120 cm. berbarengan dengan kami ada sekeluarga yang terdiri dari bapak, ibu dan sepasang anak laki laki dan perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun