Mohon tunggu...
Hamid Anwar
Hamid Anwar Mohon Tunggu... Administrasi - PNS Kelurahan

Pegawai kantor yang santai, sambil mengelola blog pribadi http://hamidanwar.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wisata Keluarga ke Bali, Habis Berapa Ya?

30 Agustus 2024   11:20 Diperbarui: 30 Agustus 2024   12:11 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjelang pukul delapan WITA, kami memanfaatkan fasilitas sarapan dari hotel. Di Aston ini menu yang disajikan cukup beragam mulai kue dan bubur tradisional, salad buah, buah buahan, main course, aneka roti hingga gorengan. Untuk tambahan sarapan anak saya, saya harus merogoh kocek 75 ribu rupiah. Ya tidak apa apa karena harga kamar kami juga sudah cukup murah menurut saya. Ditambah lagi, Dayu paling senang sarapan di hotel seperti ini karena banyak pilihannya.

Sekira pukul sepuluh, setelah janjian dengan pengelola mobil rental saya berkemas kemas untuk check out. Saya memilih untuk menyewa mobil selama dua hari di Bali ini di Bali Mutia Rental. Armada yang saya pesan adalah Toyota Agya manual dengan harga 200 ribu per hari. Adapun ongkos kirim ke Denpasar adalah 100 ribu. Ohya, saya sengaja memilih Denpasar sebagai penginapan malam pertama ini karena rencananya kami ingin bertamasya ke sekitar Bali Utara yaitu ke Bedugul dan ke Ubud.

Segera, setelah check out kami langsung menggeber Agya ke arah utara. Tujuan pertama kami menuju ke arah Mengwi untuk isi BBM dahulu sebesar Rp 150.000 pertalite dilanjutkan perjalanan ke arah Bedugul. Sampai di Puspem Badung yang ada di Mangupura, berfoto dulu di depan gapura kompleks Kabupaten Badung ini. Dengar dengar Kabupaten Badung ini adalah salah satu Kabupaten terkaya di Indonesia. Kompleks pemerintahannya saja magrong magrong uapik ukir ukiran ala Bali.

Perjalanan menuju ke Bedugul membutuhkan waktu sejam lebih sedikit. Ternyata, Bedugul ini memang berada di ketinggian sehingga kami harus melewati trek meliuk menanjak khas di pegunungan seperti di Sarangan -- Tawangmangu sana. Tetapi sesampainya di atas kami disuguhi suasana sejuk segar ditambah banyaknya wisatawan asing yang berwisata di kawasan wisata Bedugul. Salah satu daya Tarik di Bedugul yang saya kunjungi adalah Pura Ulun Danu Bratan. Kawasan ini memang sangat cantik. Menawarkan hamparan taman dengan kompleks Pura Lama, dengan latar belakang danau serta gunung. Selain itu, ada juga fasilitas permainan anak yang lumayan komplit serta ada juga layanan bermain speedboat atau perahu bebek. Tiket untuk masuk ke wisata ini untuk WNI adalah 40 ribu untuk dewasa dan 20 ribu untuk anak anak. Tiket hari biasa ya alias weekdays. Meskipun weekdays tetapi saat saya ke sana kemarin parkiran sangat berjubel penuh terutama didominasi wisatawan asing.

Saya sekeluarga di Danu Bratan, dokpri
Saya sekeluarga di Danu Bratan, dokpri

Pura ini adalah salah satu Pura besar di Bali. Berjarak kurang lebih 50 kilometer dari Denpasar, kompleks ini telah dibangun pada tahun 1634 Masehi. Dengan keindahan panorama alamnya, kompleks Pura Ulun Danu Beratan ini juga diabadikan dalam gambar pecahan uang kertas lima puluh ribuan yang edisi foto pahlawan I Gustu Ngurah Rai.

Puas bermain di Pura Ulun Danu Bratan, kami mengunjungi masjid yang terletak tidak jauh dari jalan raya di depannya. Masjid ini berada di tempat yang cukup tinggi sehingga mudah terlihat. Airnya dingin sekali karena berada di ketinggian. Selepas shalat kami mampir sejenak di sebuah kafe yang ada di bawah masjid untuk makan siang, lebih tepatnya makan siang anak anak karena kebetulan Dayu ingin makan mie goreng instan.

Perjalanan dari Bedugul menuju ke Legian ditempuh sangat lama. Rencana awal kami untuk mengunjungi Monkey Forest di Ubud kami cancel untuk dilaksanakan keesokan harinya karena hari sudah telalu sore dan anak anak pasti juga sudah pada capek. Begitu memasuki area Kota Denpasar, kami belokkan mobil sejenak ke daerah Terminal Mengwi. Di sana kami mampir makan siang di sebuah kedai nasi campur Jember.

"Silakan ambil sendiri" sapa penjaga warung seorang ibu ibu berhijab dengan ramah.

Satu porsi nasi campur telur pindang, dan satu porsi nasi campur ati ampela dengan dua minum kami tebus tidak lebih dari lima puluh ribu saja. Cukup murah dan mengenyangkan.

Berada di kota lain dengan menyetir sendiri adalah sebuah tantangan bagi saya. Sebenarnya saya juga terbiasa nyetir tanpa map, namun demikian untuk keamanan dan kenyamanan saat ini saya nyalakan fitur map untuk menuju ke Legian. Kami dilewatkan area yang bernama Dalung. Di kawasan ini pada sore hari ternyata macet parah. Untuk melaju kurang lebih lima kilometer kami membutuhkan waktu setidaknya satu jam. Yang saya salut adalah di sini meski macet tetapi tidak terdengar suara klakson bersahut sahutan. Mungkin warga setempat sudah terbiasa macet dan juga saya lihat masyarakat suku Bali ini terkenal penyabar. Kawasan Dalung ini menjadi salah satu alternatif dari sekitar Mengwi untuk menuju ke Kuta tanpa melalui Kota Denpasar. Sejujurnya saya agak sedikit menyesal melalui kawasan Dalung ini karena harus terjebak macet lama sekali. Namun tidak apa apa karena sudah terlanjur. Hehehe..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun