Mohon tunggu...
Hamid Anwar
Hamid Anwar Mohon Tunggu... Administrasi - PNS Kelurahan

Pegawai kantor yang santai, sambil mengelola blog pribadi http://hamidanwar.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ke Wonosobo tapi Tidak ke Dieng?

12 Februari 2024   14:42 Diperbarui: 12 Februari 2024   14:45 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Front One Harvest Wonosobo / tripadvisor

Tampaknya saya sudah tidak menulis untuk waktu yang cukup bahkan terlalu lama. Jika diingat-ingat tulisan terakhir saya tentang liburan ke Surabaya tahun lalu yang saya tayangkan di Kompasiana. Kemarin, ada libur yang cukup panjang. Demi untuk menyenangkan keluarga akhirnya saya putuskan untuk berlibur sejenak yang tidak terlalu jauh. Ke Wonosobo tampaknya bukanlah ide yang jelek. Awalnya saya masih pertimbangan antara mau ke Kudus -- Jepara atau ke Wonosobo. Tetapi mengingat akses ke sekitar Demak-Kudus-Jepara banyak proyek perbaikan jalan dan juga musim hujan rawan banjir jadi saya putuskan untuk fix ke Wonosobo saja.

#Kamis, 8 Februari 2024

Kamis pagi, saya awali dengan mengambil motunyar rentalan ke tempat Pak Agus di Perum Korpri. Sudah agak lama sih saya langganan rental di sana karena rentalan deket rumah kebetulan sedang full dan motuba saya agak ndrawasi kalau diajak jalan nanjak gunung. Ya sebenernya motuba ini pernah sih diajak sampai ke Dieng bahkan ke Guci. Tapi itu dulu. Sekarang kondisinya sudah jauh berbeda. Sehingga demi kenyamanan, kesempurnaan maka saya putuskan untuk pakai motunyar Daihatsu Ayla aja.

Sekitar jam setengah Sembilan pagi kami berangkat dari rumah. Persiapan cukup matang membawa peralatan, baju ganti dan lain lain yang kami pak dalam koper besar serta beberapa amunisi. Perjalanan pagi ini tampaknya cukup cerah. Rute yang kami pilih adalah Ungaran -- Bandungan -- Sumowono -- Temanggung. Sesampainya di Bandungan di SPBU dekat jalan arah ke Gedongsongo motunyar saya isi BBM dulu senilai Rp. 100.000 sehingga strip di dashboard bertambah dari dua strip ke lima strip. Perjalanan dari Bandungan ke Sumowono nampaknya biasa saja. Panorama pemandangan alam sepanjang kanan kiri jalan amatlah memanjakan mata. Hijaunya persawahan dan perbukitan terasa sangat mafioso dan mendamaikan jiwa. Saya ingat bahwa jalur ini adalah jalur kenangan kami, saya dan Tika ketika dulu pada Tahun 2013 pada tanggal yang sama melintasi jalur ini untuk menuju ke Dieng. Dan kini setelah 11 tahun, kami kembali melintasi jalan ini dengan dua anak kami. Hehehe.

Begitu sampai di Perbatasan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Temanggung kontur rute berubah menjadi turunan turunan kelokan. Sepanjang jalan ini kami berada di wilayah Kecamatan Kaloran. Di sana ada dua pertigaan besar. Satu pertigaan awal di Kantor Kecamatan Kaloran dan satu pertigaan lagi di sekitar Pasar Kaloran. Enaknya jalan saat ini kita tidak perlu lagi repot repot melihat peta ataupun tanya ke Masyarakat local. Cukup andalkan googlemaps. Tapi ada yang harus diperhatikan karena tidak semua yang ditampilkan googlemaps adalah cocok dengan rencana kita. Sebagai contoh adalah adanya jalan kecil yang disarankan oleh google maps padahal sebenarnya jalan itu tidak layak dilalui oleh kendaraan roda empat.

OK kembali ke perjalanan, akhirnya sekitar pukul 10.00 kami sudah sampai di Kota Temanggung. Kami berada di jalan lingkar Temanggung di mana arah lurus adalah masuk kota, kiri arah Terminal dan kanan adalah arah ke Parakan. Saya belokkan Ayla ke kiri ke arah Terminal Temanggung. Tujuan saya adalah menuju ke Waroeng Jadoel. Warung ini berada di dekat Telkom Jalan Kartini. Berdasarkan spekulasi saya, rute yang saya ambil adalah yang termudah mengingat warung ini berada di sebuah simpangan utama.

Sesiang itu, suasana warung tampak cukup ramai. Warung bercat biru yang berada di belakang sebuah halte. Beruntung kami masih mendapat tempat duduk. Warung ini cukup sempit meskipun sudah terkenal.

"Warung tertua se Indonesia yang masih beroperasi" kata Tika istri saya.

Tampak depan Waroeng Jadoel (dokpri)
Tampak depan Waroeng Jadoel (dokpri)

Warung ini ukurannya kira kira 5 x 3 meter saja. Ada sebuah meja hidang, kursi panjang serta meja kursi makan satu set. Pelayannya kebanyakan ibu ibu, dan satu ibu tua yang memakai kebaya tampaknya adalah pemilik dari warung ini. Tampak di meja hidang aneka masakan lawas disajikan. Mulai dari aneka gorengan, klepon, ketan srundeng, hingga aneka kerupuk tersedia.

"saya pesan nasi brongkos" ujar saya kepada pelayan.

Jujur seumur hidup saya belum pernah makan brongkos. Dan untuk pertamakalinya makan brongkos ternyata di Temanggung ini. Awalnya saya kira brongkos adalah masakan tempe berkuah dengan sayur daun melinjo serta irisan daging sapi. Namun ternyata kemarin saya justru disajikan nasi dengan irisan daging serta kuah cokelat kehitaman ala rawon. Bedanya, citarasanya manis seperti citarasa ala Jogja-Solo alias "kidulan".

Toni Rahadinoto/Googlemaps
Toni Rahadinoto/Googlemaps

Masakan brongkos ini sukses membuat saya makan lahap. Rasanya seperti sedang makan di kampung saja. Sementara itu istri saya pesan nasi krecek telor asin. Jika tidak salah ingat, untuk dua porsi makan tersebut serta beberapa camilan lain aneka gorengan, kerupuk, minum dan lain lain saya menghabiskan Rp. 68.000,-. Harga yang cukup sepadan dengan sensasi yang ditawarkan. Ohya yang paling mahal dari porsi makan saya adalah nasi brongkos yang dibanderol Rp. 23.000,- per porsi.

Perut kenyang anak tenang makan jajan, akhirnya kami lanjutkan perjalanan ke Pikatan Water Park. Sudah menjadi kebiasaan saya apabila jalan-jalan saya selalu ingin melengkapi dengan suasana jeguran. Menurut saya ini menjadi salah satu opsi agenda untuk menyegarkan jiwa dan raga. Ini ketigakalinya saya ke Pikatan. Dulu sekali, Pikatan belum sebagus ini. Lokasinya tidak begitu jauh dari Kota dan dekat dengan kompleks baru beberapa instansi Pemkab. Temanggung. Saya baru tahu di sana ada kantor Dispendukcapil dan BKAD Temanggung dengan Gedung yang magrong magrong mewah. Lokasi Pikatan sendiri secara umum berada di sebelah Selatan Kota Temanggung.

Setelah parkir kami segera menghampiri loket tiket. Untuk hari libur ini, tiket per orang dibanderol Rp. 20.000 per orang. Dania segera berlarian ke arah tumpukan balon karet bahkan mengambil salah satunya. Hehehe. Setelah balon karet berhasil dikembalikan kami segera memasuki kompleks Pikatan Water Park. Saya sudah lama sekali tidak ke sini sehingga sudah lupa bagaimana model dalamnya. Sekarang ini kompleksnya sudah begitu luas lengkap dengan kolam utama, kolam bermain anak anak, dan kolam bermain dewasa.

Dayu dan Dania bermain di Pikatan Waterpark / dokpri
Dayu dan Dania bermain di Pikatan Waterpark / dokpri

Dania dan Dayu segera bermain air mancur sementara saya kembali ke parkiran mengambil baju ganti. Dinginnya air di Pikatan ini tampaknya adalah air alami sehingga terasa sangat seweger. Namun demikian, untuk si kecil Dania air ini terlalu dingin. Kira kira baru setengah jam dia bermain sudah kedinginan dan akhirnya saya sudahi. Sedangkan Dayu masih terus bermain salah satunya saya ajak ke perosotan gelombang yang didesain untuk remaja. Dia tampaknya cuma berani sekali saja karena kapok. Hehehe.

Kira-kira bermain di Pikatan ini dua jam, kami selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Wonosobo. Tampak diatas mulai mendung. Mengingat belum shalat, kami mampir shalat sejenak di jalan raya Bulu -- Parakan di sebuah masjid pinggir jalan.

**

Perjalanan ke Wonosobo melalui Parakan -- Kledung -- Kertek. Sepanjang jalan terasa suasana mendung sehingga mengurangi niat untuk mampir mampir. Selain itu anak anak juga capek dan kasihan jika diajak mampir mampir. Niat awal, saya ingin ajak mampir ke Dewani View tetapi karena Dayu justru minta mie ayam, akhirnya kami ganti tujuan. Ohya, sesiang ini simpang Kertek sungguh ramai sekali. Tampak kemacetan akibat penumpukan traffic di pertigaan tersebut.

Singkat cerita, akhirnya kami memasuki wilayah Kota Wonosobo. Kami mampir makan sejenak di sebuah warung makan bernama Seleraku Sidojoyo. Lokasinya berada setelah jembatan masuk Kota Wonosobo. Mampir beli bakso, mie ayam, nasi dan minum. Alhamdulillah citarasa enak dan tempat tergolong bersih meski agak kecil.

Kira kira pukul tiga sore kami sudah sampai di Front One Harvest Wonosobo. Hotel ini pernah saya datangi sebulan lalu dalam rangka acara kantor dan kali ini saya ajak keluarga untuk menginap. Untuk waktu-waktu ini hotel dalam suasana peak season. Beruntung saya masih mendapat satu kamar. Setelah memarkir motunyar di basement, saya lalu menghampiri resepsionis bernama Mas Estu. Dia masih ingat dengan saya rupanya dan check in saya dibantu cukup cepat bahkan tanpa idcard karena data saya terlanjur tercatat sebagai pelanggan. Hehehe.

Sayangnya kamar saya masih dalam proses pembersihan sehingga kami harus menunggu barang 15 menit. Lobby hotel ini menggunakan aroma yang saya kira semacam aroma kemangi. Seger.. seperti hotel Gramm Yogyakarta.

Front One Harvest Wonosobo / tripadvisor
Front One Harvest Wonosobo / tripadvisor

"kamar sudah siap, Pak. Mohon maaf sudah menunggu" ucap mas Estu sembari memberikan kunci kamar nomor 311.

View kamar kami menghadap ke pemandangan kota. Kamar type superior ini dengan satu ranjang besar, tivi, meja, kamar mandi tanpa adanya kulkas. Sedangkan di meja kerja ada sepaket snack berupa petos alias tempe atos yaitu keripik tempe kemul dan juga tiga gelas carica. Setelah saya tanya ke petugas hotel, ternyata snack itu free. Horeeee!

Alhamdulillah setelah seharian beraktivitas saatnya kita bisa beristirahat. Sebagai ganti ekstrabed, saya membawa karpet tebal dari rumah dan saya taruh di pinggir bed. Jadi mirip penunggu pasien di rumah sakit. Hehehe.

**

Suasana malam hari di Wonosobo cukup dingin dan seger. Kami bergegas mencari makan malam di sekitar hotel. Jalan kaki sejenak ke sebuah keramaian di sekitar belakang Pasar Induk Wonosobo, di sana ada beberapa tenda bazaar kuliner. Namun karena tidak menemukan yang cocok akhirnya kami membungkus satu porsi nasi ayam kremes untuk Dayu. Sedangkan untuk kami awalnya ingin memesan sate. Namun karena pedagangnya pergi terlalu lama dengan alasan mengambil sate, jadinya kami tinggal saja. Ndilalah Dayu sudah ngantuk berat juga soalnya.

Suasana malam Kota Wonosobo / dokpri
Suasana malam Kota Wonosobo / dokpri

Sebagai gantinya, begitu kembali ke hotel, saya berinisiatif mencari makanan lain namun tidak mendapatkan yang cocok. Tampaknya malam itu usaha kuliner sekitar hotel cukup ramai dan laris karena banyaknya tamu. Ohnya, FYI hotel ini dalam kondisi full booked teman teman. Sebagai pengobat lapar akhirnya saya membungkus seporsi sate padang dan juga beberapa bungkus nasi kucing untuk saya dan Tika.

**

#Jumat, 9 Februari 2024

Selamat pagi Kota Wonosobo. Pagi ini suasana di luar agak mendung. Suasana cukup dingin segar dan kami menyempatkan sarapan di lantai 5 hotel. Resto hotel ini didesain berada di lantai 5 dengan pemandangan los ke arah Gunung Sindoro dan Sumbing. Namun pagi itu kabut sangat tebal sehingga tidak tampak dua gunung tersebut. Variasi menu makanan tergolong baik, makan besar, aneka kue dan roti, stand mie instan, minuman, pecel hingga tempe kemul. Pada prinsipnya saya merasa puas dengan sarapan disini. Citarasa juga baik.

View dari resto Harvest Wonosobo / dokpri
View dari resto Harvest Wonosobo / dokpri

Pukul Sembilan pagi, setelah kami beberes kami check out untuk melanjutkan perjalanan ke Banjarnegara. Sudah lama sekali saya tidak ke Banjarnegara. Terakhir sepertinya pada tahun 2011 lalu. Sepanjang jalan dari Wonosobo ke Banjarnegara suasananya seger ijo ijo. Beberapa kali bertemu dengan bekas perlintasan rel kereta memotong jalan raya. Ya. Dulu sebenarnya ada jalur kereta dari Wonosobo ke Banjarnegara namun entah sejak kapan tidak beroperasi.

Perjalanan ke Banjarnegara ini kami tempuh kurang lebih satu jam dengan jalan yang mulus, lalu lintas yang lancar dan mengemudi dalam mode santai. Hingga tiba-tiba saya sudah menemukan sebuah bangunan besar bernama Fox Harris Hotel Banjarnegara. Ohya, saya ingat bahwa beberapa waktu lalu ada promosi hotel ini ke kantor saya. Ternyata hotelnya sangat besar, megah dan berada di ruas perbatasan masuk Kota Banjarnegara. Hotel ini tampaknya menjual view pegunungan dan perbukitan. Mungkin lain waktu bisa kami agendakan untuk dikunjungi. Hehehe..

Fox Harris Banjarnegara / Tripadvisor
Fox Harris Banjarnegara / Tripadvisor

Saya masih ingat ketika masuk Kota Banjarnegara ini akan melalui suatu daerah bernama Sokanandi, kemudian masuk kota dan ketemu dengan Alun-alun. Saya memanfaatkan aplikasi maps untuk menuju ke tujuan kami "Kebun Binatang Serulingmas".

Tidak jauh dari pusat kota. Sesiang ini parkiran motor tampak cukup ramai, untuk  mobil ada beberapa yang telah terpakir. Harga tiket untuk hari ini sebesar Rp. 25 ribu rupiah per orang. Dania kebetulan melihat penjual balon mainan dan akhirnya bisa ia dapatkan setelah bapaknya membayar Rp. 10 ribu. Ini adalah pertamakalinya saya ke Serulingmas. Iseng-iseng aja karena belum pernah kesini. Mumpung sampai Wonosobo kita bablaskan dulu agenda wisata ke Serulingmas Banjarnegara.

Saya Dayu dan Dania di Serulingmas / dokpri
Saya Dayu dan Dania di Serulingmas / dokpri

Secara umum, kompleks taman margasatwa ini dibagi menjadi beberapa yaitu bagian aves berisi aneka burung, bagian kandang harimau, primata reptil, kolam renang, serta wahana bermain anak. Beruntung saat itu saya bisa melihat harimau dari jarak dekat. Tampak dia cukup sehat dan sedang dalam aktivitas berendam. Harimau adalah salah satu hewan yang saya sukai karena mirip kucing. Hehehe.

Dayu dan Dania tampaknya terlihat antusias bermain di sini sambil melihat aneka hewan. Setelahnya, mereka kemudian asyik bermain di wahana seperti kereta mini dan istana balon. Ya, saya kira cukup fair mengingat saya dan Tika juga butuh waktu untuk istirahat.

**

Menjelang pukul setengah dua belas kami bertolak kembali ke arah Semarang. Saya mampir sholat jumat sebentar di Masjid Agung An Nur sementara istri dan anak anak menunggu sambil bermain di Alun-Alun Banjarnegara. Shalat Jumat dengan topik khutbah mengenai pentingnya memilih pemimpin yang baik.

Lepas shalat jumat, masih di kawasan Alun-alun kami isi perut sejenak di sebuah warung Soto Semarang. Kebetulan di hari jumat ini harga sotonya turun menjadi Rp. 5.000,- per porsi khusus untuk makan di tempat. Beruntungnya kami, sambil makan soto Dania dan Dayu sibuk bermain dengan kucing liar. Alhamdulillah, orang tua kenyang, anak kenyang kami memutuskan untuk kembali ke Semarang.

Sepanjang perjalanan, penumpang saya rata-rata memilih tidur karena capek. Saya menghindari Kota Wonosobo dengan melintasi Jalan Lingkar Selatan Wonosobo yang tembus ke daerah Terminal Mendolo. Dari sana, saya ampirkan sejenak ke toko oleh-oleh. Perjalanan selanjutnya menuju Kertek dan Kledung. Di Kledung ini menurut saya sangat dinamis sekali. Dulu ada Rumah Kaca Sindoro Sumbing Coffee House and Trading, kemudian ada Rumah Makan Surya namun sekarang tampaknya sudah banyak perbedaan. Kami mampir sejenak di deretan kios yang juga berfungsi sebagai rest area. Mampir minum kopi serta makan mie instan untuk menghangatkan badan yang kedinginan karena hawa Wonosobo yang dingin.

View dari Rest Area Kledung / dokpri
View dari Rest Area Kledung / dokpri

Setelah mampir shalat ashar, kami lalu berjalan kembali ke Temanggung dan menuju arah Semarang melewati rute berangkat kami kemarin yakni melalui Kaloran -- Sumowono dan Bandungan. Mampir Bandungan sebentar beli tempe dan kira kira maghrib kami telah sampai kembali di rumah.

Alhamdulillah.. Perjalanan yang menyenangkan. Sampai jumpa pada perjalanan selanjutnya.

Rincian pengeluaran / dokpri
Rincian pengeluaran / dokpri

Note :

Motunyar : Mobil tua tapi anyar alias mobil muda

Motuba : Mobil tua bangka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun