Mohon tunggu...
Hamid Anwar
Hamid Anwar Mohon Tunggu... Administrasi - PNS Kelurahan

Pegawai kantor yang santai, sambil mengelola blog pribadi http://hamidanwar.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyambangi Kota Balsam, Balikpapan, dan Samarinda

29 September 2022   09:35 Diperbarui: 29 September 2022   11:09 1166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Kota Balikpapan. Foto : Untung09

Tidak terasa, sudah lama saya tidak menulis. Sejak kepindahan tugas saya ke Sekretariat DPRD di tempat saya tinggal, saya menjadi super sibuk. Fisik sibuk, pikiran sibuk.

 Saya kira, setelah lepas dari dunia keuangan saya akan menjadi lebih rileks tapi ternyata tidak. Kesibukan pikiran saat mengurusi keuangan, ternyata tidak seberapa dibanding kesibukan menjadi pendamping anggota DPRD.

Kebetulan, saya ditugaskan menjadi pendamping salah satu komisi. Tugas utama saya adalah memfasilitasi kegiatan-kegiatan komisi. Secara umum kegiatan komisi ada dua yaitu rapat-rapat dan kegiatan monev serta kajian. Monev biasanya dilaksanakan dalam daerah, dan kajian dilaksanakan keluar daerah.

Saya bertugas mengurusi segala hal berkaitan dengan kegiatan-kegiatan komisi tersebut mulai dari perencanaan kegiatan, pelaksanaan hingga pelaporan. Tugas yang cukup berat namun alhamdulillah sejauh ini bisa saya kerjakan dengan baik.

Salah satu kegiatan kajian terjauh yang pernah saya ikuti adalah kajian mengenai pengelolaan sumber daya alam serta persampahan ke Kota Balikpapan serta Kota Samarinda Kalimantan Timur. Ketika itu kurang lebih baru dua bulan saya bertugas.

Perjalanan ke Kaltim diawali dengan penerbangan menuju Jakarta terlebih dahulu serta transit barang dua jam di Soekarno Hatta Airport baru kemudian perjalanan dilanjutkan sekira dua jam lebih untuk menuju ke Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan. Ini adalah pengalaman kedua saya naik pesawat sehingga timbul rasa was-was terutama ketika pesawat melintas di atas laut Jawa.

Bandara SAMS Sepinggan, foto : sepinggan-airport.com
Bandara SAMS Sepinggan, foto : sepinggan-airport.com

Kami sampai di Balikpapan menjelang sore hari. Waktu di sini lebih cepat satu jam karena menggunakan Waktu Indonesia bagian Tengah. Sesampainya di bandara saya cukup kagum dengan bangunan bandaranya yang megah, bersih dan tertib. 

Setelah klaim bagasi, tim kami sudah dijemput oleh sebuah bis tanggung. Tidak disangka, kedua kru tersebut berasal dari Jawa. Driver adalah orang Blitar sementara Kernetnya adalah orang Semarang.

Perjalanan lalu dilanjutkan via darat ke arah selatan. Kota Balikpapan sepenglihatan pertama saya adalah kota yang maju. Dibuktikan dengan maraknya pembangunan serta pusat-pusat perbelanjaan yang berdiri di kanan kiri jalan. 

Jalannya cenderung cukup berbukit rendah naik turun tapi masih tergolong landai. Kami melintas melalui jalan Marsma Iswahyudi dan kemudian berganti ke Jalan Jenderal Sudirman, salah satu jalan protokol di Kota Minyak ini.

Tujuan kami di hari pertama ini adalah langsung menuju ke penginapan yaitu di Swiss Bell Balikpapan yang ada di kompleks Balikpapan Ocean Square, sekitar pusat kota situ. 

Hotel ini menawarkan view menghadap ke lautan Selat Makassar yang amat elok. Sesekali kami bisa melihat pesawat udara yang hendak landing ataupun habis take off dari Bandara Sepinggan. 

pemandangan dari depan hotel mengarah ke Selat Makassar, foto dokpri
pemandangan dari depan hotel mengarah ke Selat Makassar, foto dokpri

Tampak pula di kejauhan banyak kapal tongkang pengangkut batubara beroperasi. Ya, selain industri minyak, Balikpapan juga dikenal sebagai kota tambang Batubara. 

Tepatnya di sekitar Balikpapan. Kalau di Kota Balikpapan sendiri justru penambangan batubara kini sudah tidak diperbolehkan untuk kelestarian lingkungan hidup.

**

Tol Balikpapan -- Samarinda

Hari kedua di Balikpapan, selepas sarapan kami segera menghampiri bis untuk menuju ke Kota Samarinda. Samarinda yang merupakan Ibukota Provinsi Kalimantan Timur ini lokasinya sekitar 90 kilometer ke arah utara dari Balikpapan. Adapun kota terbesar di Kalimantan Timur tetap berada di Balikpapan.

Diantara kedua kota tersebut saat ini sudah terhubung dengan jalan tol. Balsam Namanya, Balikpapan-Samarinda. Atau juga bisa disingkat Sambal, kebalikannya. Baik Balsam maupun Sambal sama -- sama panas.

Demikian yang saya peroleh informasinya dari Pak Rofiq, guide yang bertugas mendampingi serta memandu kami. Sepanjang jalan di Kota Balikpapan, guide kami menjelaskan beberapa lokasi di Balikpapan seperti Taman Bekapai yang merupakan cikal bakal Kota Balikpapan ketika diadakan penambangan minyak pertamakali di era Belanda. 

Bis melintas di Jalan Ahmad Yani yang juga merupakan salah satu ruas protokol. Di kiri kanan jalan ini banyak bangunan tinggi perkantoran serta instansi berada. 

Dari pusat kota, bis kami melaju mengarah ke Bundaran Rapak. Jika pembaca ingat, beberapa waktu lalu ada sebuah kecelakaan sebuah truk mengalami rem blong dan menabrak beberapa kendaraan di depannya, tertangkap kamera cctv, maka itulah lokasinya. Memang lokasi Bundaran Rapak ini ada salah satu turunan yang cukup curam.

Bundaran Rapak Balikpapan, foto : google streetview
Bundaran Rapak Balikpapan, foto : google streetview

Selepas dari Bundaran Rapak, bis melaju melalui Jalan Soekarno Hatta yang merupakan jalan utama menuju ke Samarinda. Saya lihat kontur kota ini makin keluar kota makin meninggi naik, perbukitan. Sementara jalan raya berada rata-rata di punggungan bukit. Keramaian wilayah juga berangsur berkurang ketika bis mulai menjauh dari Kota Balikpapan. Tampak di sebuah SPBU, antrian truk mengular. 

Menurut guide kami, antrian solar biasa terjadi setiap hari bahkan mereka rela antri dari jam 1 pagi demi menunggu pulau solar buka yakni pukul 7. Masih menurut guide, acapkali terjadi permainan dalam penggunaan solar bersubsidi ini yaitu oknum membeli solar ke truk kemudian disedot untuk dijual kembali kepada perusahaan. 

Sopir truk untung, perusahaan pun hemat karena bisa menggunakan solar bersubsidi. Namun jelas jika diusut tuntas, hal ini bisa saja menjadi ranah pidana karena penggunaan yang tidak sesuai peraturan.

Bis kemudian melewati suatu daerah yang di sebelah kanannya berdiri Politeknik Negeri Balikpapan. Menurut papan informasi lokasi ini berada di Kecamatan Balikpapan Utara. 

Dan akhirnya setelah sekira lima belas kilometer berlalu dari Kota Balikpapan bus kami masuk ke sebuah interchange dan masuk ke jalan tol melalui pintu tol Karang Joang. Karang Joang ini bila ditilik dari desainnya besar kemungkinan akan diplan sebagai interchange utama yang menghubungkan Bandara SAMS, Kota Balikpapan, Tol arah ke Samarinda serta rencana Tol ke IKN di Kabupaten Penajam Paser.

Saya kemudian melihat peta, jika tol ini akan terhubung ke IKN, maka akan melewati daerah rawa-rawa serta teluk Balikpapan. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah tol ini akan memutari Teluk Balikpapan ataukah nanti akan dibuatkan jembatan khusus.. Mari kita tunggu saja kelanjutannya. 

Jenis lapisan tanah di Kalimtanan, di samping tol Balsam. Foto dokpri
Jenis lapisan tanah di Kalimtanan, di samping tol Balsam. Foto dokpri

Ohya masih menurut Pak Rofiq, IKN yang direncanakan dibangun di Kecamatan Sepaku ini untuk beberapa waktu terakhir tidak setiap saat bisa dibuka untuk umum. Masyarakat dipersilakan datang pada akhir pekan saja. 

Hal ini karena Kawasan titik nol yang sekarang sudah terbangun menjadi wisata masyarakat dadakan. Dan karena tidak adanya pengelola serta kesadaran masyarakat yang rendah, sampah menjadi bertebaran di mana-mana.

Begitu masuk tol Balsam, kesan pertama saya dengan tol di Luar Jawa ini adalah kondisi jalan tol yang teramat sepi, serta kualitas beton yang sedikit rendah sehingga menimbulkan getaran pada kendaraan yang melaluinya. 

Yang kedua adalah bahwa jalan tol di sini nyaris hanya menghubungkan kedua kota tersebut dan hanya ada satu exit tol yang saya lalui yaitu exit tol Samboja.

Selain exit tol Samboja saya juga melihat sebuah konstruksi yang nampaknya akan direncanakan sebagai sebuah interchange yang berada di sekitar Palaran, Samarinda. Sepanjang perjalanan, sinyal HP saya nyaris selalu hilang. Hamparan panorama yang tampak di kanan kiri jalan hanyalah tiga jenis, yaitu Kawasan tanah merah yang mengandung batubara, Kawasan hutan dan Kawasan perkebunan Sawit.

Junction Palaran di Tol Balsam, foto google streetview
Junction Palaran di Tol Balsam, foto google streetview

Kurang lebih bis membutuhkan waktu sekitar sejam hingga kemudian kami telah sampai di exit tol Palaran, Samarinda. Jika pembaca ingat, dalam gelaran PON beberapa tahun lalu Palaran ini menjadi salah satu venue utama ketika gelaran pesta olahraga tersebut dilaksanakan di Samarinda. 

Nah, setelah keluar dari tol, pemandangan selanjutnya adalah melewati kawasan stadion Palaran ini yang sekarang tampak sangat tidak terawat. 

Guide bercerita bahwa kita sampai di Samarinda Seberang dan untuk menuju pusat kota Samarinda kami harus melewati sebuah jembatan besar panjang yang bernama Jembatan Mahakam Kembar. Disebut kembar karena disini ada dua jembatan. 

Satu adalah jembatan lama alias Jembatan Mahkota 1 dan yang kedua adalah Jembatan Mahkota 4. Jembatan baru ini mulai dibangun tahun 2012 dengan target selesai empat tahun kemudian namun molor hingga akhirnya baru berhasil selesai pada 2019.  

Jembatan Kembar, foto Ghossan
Jembatan Kembar, foto Ghossan

Dari atas jembatan terlihat lalu lalang kapal tongkang pembawa batubara serta pemandangan kota salah satunya BigMall kota Samarinda yang berada persis di tepian Sungai Mahakam. 

Perjalanan lepas dari jembatan ini saya menjumpai hiruk pikuk Kota Samarinda yang teramat ramai. Jalanan juga cukup lebar. Nama jalan utama yang kami lalui yaitu Jalan Ahmad Yani. Tidak jauh dari situ juga terlihat hamparan taman bernama Taman Bebaya Tepian Mahakam.

Sekilas pandang pertama Kota Samarinda menurut saya, Kota ini cukup ramai. Kota ini tidak berada persis di tepian laut dan untuk transportasi laut dilayani dengan Pelabuhan yang ada di dalam kota bernama Pelabuhan Samarinda memanfaatkan lebarnya Sungai Mahakam. Meskipun berstatus sebagai Ibukota Provinsi namun kantor instansi provinsi utama hanyalah Kantor Gubernur Kalimantan Timur. 

Sedangkan Polda maupun Kodam setempat berada di Kota Balikpapan. Cukup unik, ya.

Selama di Samarinda yang hanya sehari, saya mendampingi kegiatan kantor dan kemudian diajak makan siang di sebuah tempat bernama Rumah Makan Prasmanan Banjar Sari yang tempatnya tidak terlalu jauh dari Mall Lembuswana. Di sana, konsepnya adalah prasmanan makanan khas Kalimantan. 

Selain itu, kami juga diajak untuk melihat-lihat serta berbelanja oleh-oleh khas Kalimantan di Citra Niaga, sebuah kompleks kawasan perdagangan oleh oleh di Samarinda. 

Di sana kita bisa menjumpai aneka kios yang menyediakan pernak Pernik khas Kalimantan. Yang sering saya jumpai adalah kayu bajakah yang dipercaya dapat menyembuhkan kanker serta kayu bertuah jika saya tidak salah ingat.

Suasana Citra Niaga , foto Laras Malahayati
Suasana Citra Niaga , foto Laras Malahayati

Selepas dari Citra Niaga, kami kembali ke Balikpapan dengan rute yang sama dengan perjalanan berangkat. Bedanya kini kami keluar tol di Manggar dekat dengan Bandara Sepinggan. Di sana, saya bisa melihat salah satu stadion termegah di Indonesia yaitu Stadion Batakan milik Persiba Balikpapan. Stadion ini adalah salah satu yang saya kagumi karena tidak ada lintasan atletiknya.

**

Hari ketiga di Balikpapan, setelah kegiatan resmi selesai sorenya saya sempatkan jalan-jalan berkeliling kota naik ojek online. Saya melihat-lihat suasana dari mulai pusat kota ke Bundaran Rapak kemudian memutar ke sekitar Pasar Inpres Kebun Sayur. Di sana, seperti Citra Niaga Samarinda juga merupakan sebuah kawasan oleh-oleh khas Kalimantan.

Walaupun namanya Kebun Sayur tapi pasar ini tidak menjual sayur. Selain itu, juga tampak kompleks Pertamina dengan salah satunya adalah tower apartemen untuk pegawai Pertamina. Sementara itu terlihat di lepas pantai kejauhan sebuah proyek yang informasinya akan digunakan dalam rangka perluasan kilang minyak.

tampak depan Pasar Inpres Kebun Sayur, foto Agnescia Sera
tampak depan Pasar Inpres Kebun Sayur, foto Agnescia Sera

Lepas dari kompleks Pertamina saya tiba di Pelabuhan Semayang. Dari sini pemandangan mulai berada di pinggir laut persis. Ada salah satu tempat wisata yang menurut kang ojek paling disukai masyarakat untuk kumpul kumpul pada saat weekend yaitu Pantai Melawai. 

Jalanan di sini sangat lebar dan cukup sepi. Kemudian ada sebuah lapangan besar yang digunakan masyarakat untuk bersantai dan berolahraga serta bercengkerama. Lapangan tersebut adalah Lapangan Merdeka. Tidak jauh dari situ tampak kompleks kompleks intansi yaitu Rumah Sakit Pertamina Balikpapan, dan kompleks Kodam Mulawarman.

Hari semakin sore, saya kembali ke kota dengan melintasi pusat kota Balikpapan sekali lagi dan melihat Taman Bekapai yang menurut informasinya dibangun oleh perusahaan minyak asal asal Perancis yaitu Total pada tahun 1972 dan kini menjadi salah satu ruang publik yang paling digemari masyarakat Balikpapan. 

Sampai di sini perjalanan saya di Balikpapan berakhir, saya pun kembali lagi ke hotel untuk kemudian keesokan harinya harus bertolak kembali ke kota asal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun