Mohon tunggu...
Hamid Anwar
Hamid Anwar Mohon Tunggu... Administrasi - PNS Kelurahan

Pegawai kantor yang santai, sambil mengelola blog pribadi http://hamidanwar.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Sekilas Piknik ke Kota Batu

25 Juni 2021   08:37 Diperbarui: 25 Juni 2021   09:53 2105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam Sabtu kemarin, 18 Juni 2021 saya sekeluarga memantapkan langkah untuk piknik ke Malang Raya. Saya sebut Malang Raya karena tujuan utama kami sebenarnya adalah Kota Batu dan Kabupaten Pasuruan. Rencana ini sebenarnya sudah cukup lama kami simpan dan sempat beberapa kali terpending karena masa pandemi. Tapi melihat pandemi yang masih stagnan, maka kami memutuskan untuk tetap berangkat. Itung-itung meningkatkan imun agar jiwa lebih sehat. Sebagaimana peribahasa Men Sana in Corpore Sano kan ya.

Jam setengah sepuluh setelah mengambil mobil rental kami segera berkemas dan bergegas untuk perjalanan ke timur. Saya memilih mengendarai rentalan motunyar karena jika memaksakan membawa motuba takutnya akan terjadi apa apa di jalan. Selain itu, dengan motuba tentu saja lebih boros di BBMnya. Perjalanan kami berawal dari Ungaran dan mengisi BBM sejenak di depan RS Ken Saras.

"Maaf pak, Pertalite kosong"

Sapa petugas SPBU. Akhirnya kami terpaksa mengisi Pertamax dua ratus ribu rupiah.

Memang, setahu saya sekarang ini distribusi Pertalite di SPBU dibatasi pagi dan siang hari saja. Adapun sore hingga malam, harus membeli Pertamax. Hal ini kelihatannya hanya terjadi di beberapa SPBU saja.

Perjalanan dilanjutkan dengan berkendara di Jalan Nasional Semarang -- Solo via Salatiga -- Boyolali. Hitung-hitung untuk menghemat tol. Lagipula jalan malam begini sebenarnya tidak terlalu ramai dan panas jadi ya menurut saya cukup worth it. Kami baru masuk ke tol Trans Jawa di interchange Colomadu yang merupakan cabangan tol dari Semarang arah ke Jatim dan rencana tol arah ke Jogja.

Masuk gerbang Colomadu, pedal gas saya injak ke rata -- rata 100 km/jam sesuai aturan yang ada. Ndilalah, perjalanan ruas Solo hingga ke Ngawi ini diwarnai dengan hujan deras. Terpaksa kaki kanan sedikit diangkat hingga mobil lari 80 Km saja dengan speed wiper full. Suasana penglihatan juga tidak terlalu bagus.

Tiga jam perjalanan, kami merapat ke Rest Area 627 masuk Kawasan Saradan, Kabupaten Nganjuk. Menurut saya tempat istirahat ini cukup luas dan fasilitasnya bagus. Ada mushola yang luas yang dikonsep di tengah rerumputan taman, di belakangnya ada berderet minimarket dan kios kios warung makan serta toilet, dan lengkap juga dengan SPBU. Rest area yang dikelola Perhutani ini juga ada di ruas sebelahnya atau ruas B dan keduanya bernama Rest Area Forest Village.

Rest Area Forest village (dokpri)
Rest Area Forest village (dokpri)

Sadar kalau harga makanan di rest area umumnya lebih premium dibanding diluar, maka saya memutuskan untuk makan nasi goreng bekal dari rumah, ditambah menenggak tolak angin untuk menjaga badan tetap hangat. Selain itu, saya juga menyempatkan tidur sebentar kurang lebih setengah jam sementara anak dan istri saya nyemil jajanan ringan.

Jam satu dinihari, perjalanan dilanjutkan. Sebuah kesalahan, entah karena gaya mengemudi saya yang kurang pas (karena belum terbiasa dengan motunyar) atau karena tadi si motunyar rentalan minum Pertamax, saya kira bahan bakar ini cukup boros. Saya lihat di map bahwa beberapa rest area ke depan tidak ada lagi SPBU, dan range jarak tempuh tinggal sekira 80 Kilometer lagi, saya putuskan 'turun' tol di Kertosono untuk mengisi BBM Pertalite 100 ribu kemudian masuk di pintu tol yang sama.

Kami touchdown di wilayah Surabaya sekitar pukul dua pagi dikala anak istri saya lelap terbuai mimpi. Semua kendaraan dari arah barat, harus mengetap kartu tol di sini alias harus bayar. Ohya untuk ruas Solo -- Kertosono tadi saya membayar Rp. 182.500 dan ruas Kertosono -- Warugunung ini saya membayar Rp. 86.500,-. Harga yang cukup tinggi namun sebanding dengan fasilitasnya. Kecepatan, kenyamanan dan keamanan.

Dari Warugunung, kami tinggal mengikuti arah ke Malang. Kini, untuk menuju arah Malang maupun Probolinggo tidak lagi harus keluar tol dahulu. Langsung muter di Bundaran Waru dan mengambil arah Malang. Gerbang Tol Waru Utama juga sudah tidak aktif diganti dengan membayar tol di GT Sidoarjo sebesar Rp. 9.000,-.

Ruas tol antara Surabaya hingga daerah Porong / Gempol / Kejapanan, didominasi jalur aspal dengan ruas yang lebar. Perjalanan dini hari ini jelas sangat lengang dan santai. Untuk pembayaran tol selanjutnya dilakukan di GT Kejapanan Utama sebesar Rp. 19.000,-.

Setelah GT Kejapanan, saya menjumpai interchange seperti di Kartasura untuk pemisahan arah ke Probolinggo dan arah Malang dengan arus menerus. Cus langsung saya lajukan mobil arah ke Malang dengan rata rata kecepatan 90 Km per jam karena aturannya hanya 80 Km/jam. Ruas Kejapanan -- Malang ini kalau saya lihat sekilas mirip antara Semarang -- Solo yaitu ruas tol naik turun. Meskipun tetap lebih intens yang Semarang -- Solo sih. Makanya batas kecepatannya tidak seperti di tol datar. Sayang, malam hari ini, pemandangan tidak terlihat. Hanya terlihat di wilayah Barat ada lampu lampu di lereng Gunung. "Gunung Arjuno mungkin" batin saya.

Dari Kejapanan, tercatat ada tiga keluar tol yang harus kami skip yaitu Pandaan, Purwodadi dan Lawang. Dan alhamdulillah pukul setengah empat pagi, kami berhasil sampai di GT Singosari Malang yang merupakan exit tol terdekat untuk menuju wilayah Kota Batu.

GT Singosari Malang  (dokpri)
GT Singosari Malang  (dokpri)

**

Perjalanan dari Singosari menuju Batu menjelang subuh, suasana sangat sepi. Kami melewati Perempatan / Underpass Karanglo, dan melewati Kecamatan Karangploso Kab. Malang sebelum akhirnya masuk kota Batu tanpa melewati Kota Malang.

Kami tiba di Masjid Agung An Nuur Kota Batu menjelang adzan subuh. Suasana kota Batu dingin sekali. Meski begitu, terlihat jamaah shalat subuh teramat banyak. Saya takjub. Setelah mengambil wudhu kami pun mengikuti shalat jamaah di situ dan kembali ke parkiran ketika di masjid diselenggarakan pengajian subuh. Bukan tanpa alasan. Saya butuh waktu untuk tidur karena ngantuk sekali. Dengan krukuban sarung, saya pun meringkuk sejenak hingga sekira pukul 06.00. Lumayan, untuk mengusir capek dan ngantuk.

Masjid Agung An Nur Batu  (dokpri)
Masjid Agung An Nur Batu  (dokpri)

Suasana Kota Batu ternyata sangat dingin. Hingga saya pun akhirnya memutuskan untuk berjalan -- jalan di sekitar Alun-alun Wisata Kota Batu dengan jaketan dan sarungan. Alun-alun ini tampak elok, meski jalan di sisi barat dan selatan bukanlah jalan utama. Alun alun yang dilengkapi dengan bianglala yang ikonik. Sayang, sepagi ini belum buka sehingga kami harus puas memandang dan menikmati keindahannya dari balik pagar.

Seekor kucing berada di kompleks alun-alun wisata Batu  (dokpri)
Seekor kucing berada di kompleks alun-alun wisata Batu  (dokpri)

Terlihat sebuah gerobak penjual nasi pecel di pojok tenggara. Kami segera menghampiri dan memesan dua porsi nasi pecel telor. Warung ini tampaknya cukup ramai. Menjual nasi pecel dengan harga dasar lima ribu rupiah, belum termasuk lauk. Pilihan lauknya pun cukup variatif dari aneka gorengan, telor goreng dan lain sebagainya. Citarasa khas Jawa Timur dengan harga yang kompetitif dan ramah di kantong.

Tulisan di sebelah selatan Alun-alun Batu  (dokpri)
Tulisan di sebelah selatan Alun-alun Batu  (dokpri)

Bianglala, salah satu ikon Alun Alun Kota Wisata Batu  (dokpri)
Bianglala, salah satu ikon Alun Alun Kota Wisata Batu  (dokpri)

Lepas sarapan, kami kembali ke area masjid untuk mandi. Menurut beberapa informasi yang telah saya baca sebelumnya, di Masjid Agung ini juga menyediakan kamar mandi air panas yang memang ditujukan untuk wisatawan. Benar juga, terletak di bagian basement masjid, kami bisa menjumpai sebuah ruangan yang menjajakan beberapa keperluan pribadi serta kamar mandi. Kamar mandinya ada pilihan air dingin atau air panas. Air panas untuk mandi pagi di kota yang dingin ini, jelas menjadi pilihan kami. Tarifnya Rp. 8.000,- per orang.

Suasana gang menuju basement masjid  setelah mandi air panas (dokpri)
Suasana gang menuju basement masjid  setelah mandi air panas (dokpri)

"Sudah sepuluh tahunan, mas" jawab seorang penjaga ketika saya bertanya sejak kapan ada fasilitas ini.

"wah sudah cukup lama juga ya pak"

Menurut saya, apa yang dilakukan takmir masjid merupakan sebuah langkah yang bagus mengingat kota Batu ini memang sedari dulu dikonsep sebagai kota wisata. Wisatawan yang datang bisa transit dan mandi di sini, masjid pun mendapatkan pemasukan. Win-win solution, lah.

Patung sapi di salah satu sudut alun-alun  (dokpri)
Patung sapi di salah satu sudut alun-alun  (dokpri)

**

Badan sudah segar, menjelang jam delapan kami segera mengarahkan mobil ke Selecta. Cara menuju ke sana tidak sulit, tinggal mengikuti petunjuk jalan arah ke Cangar saja. Dari Kota Batu, perjalanan arah Selecta ini disuguhi pemandangan cantik gunung-gunung yang mengelilingi kota, serta suasana kota yang sejuk. Kurang lebih sepuluh menit saja, kami telah sampai di Selecta.

Pintu masuk taman Selecta  (dokpri)
Pintu masuk taman Selecta  (dokpri)

Wisata ini menjadi pilihan kami sebenarnya karena untuk menghabiskan waktu saja, sembari menunggu Jatim Park 3 buka pukul 11 nanti. Untuk masuk wisata Selecta, per orang dikenai tiket sebesar Rp. 40.000 dan Rp. 10.000 untuk parkir mobil. Begitu turun dari mobil, kami disuguhi ornamen tanaman berbentuk love dengan tulisan besar "Selecta, Truly Picnic". Di sebalik tulisan itu, ada akuarium panjang yang memajang aneka ikan hias. Sudah besar besar ikannya. Tak jauh dari situ, juga ada sebuah jembatan yang dibawahnya ada kolam ikan. Jembatan ikonik dengan tulisan Selecta itu biasa menjadi favorit pengunjung untuk berfoto.

Jembatan legendaris untuk berfoto  (dokpri)
Jembatan legendaris untuk berfoto  (dokpri)

Sedikit ke atas, ada beberapa patung hewan dan dinosaurus. Tentu saja ini disukai oleh anak-anak. Seperti Dayu yang langsung kegirangan minta foto-foto. Dari bagian atas, kita bisa memandang beberapa kolam renang, dan salah satu ikon Selecta berupa bianglala raksasa. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah sebuah konstruksi perosotan renang yang sepertinya sangat kuno. Benar saja, ternyata kolam yang dilengkapi perosotan kuno tersebut telah ada sejak jaman kolonial. Kawasan ini, rupanya memang telah dikonsep sebagai tempat wisata sejak bangsa Belanda memerintah di negeri ini.

Kolam renang yang dimaksud, dengan perosotan kuno  (dokpri)
Kolam renang yang dimaksud, dengan perosotan kuno  (dokpri)

Di bagian belakang, kita bisa menemukan hamparan bunga warna warni yang berada di sebuah lembah. Sungguh amat elok dipandang. Untung saja, kami datang masih pagi, sehingga sangat pas untuk berfoto karena cahaya matahari masih soft. Ada juga fasilitas berupa sky bike dimana pengunjung bisa menaikinya dan berjalan di rel yang sudah tersedia. Namun saat kami ke sana, wahana ini belum buka.

Hamparan kebun bunga Selecta  (dokpri)
Hamparan kebun bunga Selecta  (dokpri)
Sebagai gantinya, kami mendatangi bianglala. Untuk naik menaikinya, kami masih harus merogoh tiket tambahan per orang Rp. 10.000. Tidak rugi, karena dari bianglala yang berputar pelan ini, kami bisa memandang kompleks wisata Selecta dan sekitarnya dengan lepas. Kayak naik helikopter. Huwelloookkk.. Suegerrr..

Pemandangan Selecta dari salah satu sudut  (dokpri)
Pemandangan Selecta dari salah satu sudut  (dokpri)
Turun dari Bianglala, Dayu justru tertarik dengan sebuah patung kepala singa, yang merupakan sebuah terowongan / goa kecil. Jadi ketika masuk mulut singa, pengunjung akan memasuki sebuah terowongan dan berakhir di sebuah titik lain. Saking senangnya, ia sampai berkali kali minta bolak balik ke mulut singa ini. Hehehe..

                                                               

Secara umum, wisata Selecta ini merupakah kompleks wisata 'tua' yang cukup berhasil dipertahankan di era sekarang ini. Berbeda nasibnya dengan Taman Wisata Kopeng di Jawa Tengah yang cenderung stagnan, Selecta memiliki manajemen yang lebih baik. Konsep wisata alam, terpadu baik dengan wahana-wahana modern seperti waterboom, bianglala, kora-kora, skybike dan lain sebagainya. Di masa pandemi seperti ini, pengelola tak bosan menghimbau pengunjung untuk tertib protokol kesehatan baik melalui poster-poster maupun pengeras suara dari ruang operator.

Selain kolam renang, juga tersedia beberapa restoran/rumah makan  (dokpri)
Selain kolam renang, juga tersedia beberapa restoran/rumah makan  (dokpri)
**

Menjelang pukul sepuluh pagi, kami beranjak dari Selecta menuju ke Jatim Park 3 yang berada di ruas jalan menuju ke Malang. Menurut informasi tempat ini buka pukul 11 jadi ketika kami melintas memang belum buka, tampak beberapa mobil sudah mengantri dekat dengan pintu masuk. Kami pun akhirnya mengikuti jejak mereka dengan mengantri dekat pos satpam.

"tunggu sini dulu, mas parkiran belum siap" ucap satpam ketika jarum jam menunjuk pukul 10.30 WIB. Yasudah, kami memutuskan sejenak menunggu. Lagipula Dayu juga sedang tidur kecapekan sehingga tidak 'mengacau' keadaan.

Belum juga tepat pukul sebelas, pintu telah dibuka. Antrian langsung mengular. Mungkin ini imbas karena anak sekolah sudah pada libur sehingga keinginan untuk berwisata sudah sangat menggebu-gebu. Begitu masuk lokasi parkiran, satu blok parkir langsung penuh menandakan sudah banyak yang tak sabar ingin segera masuk.

Sementara itu, Dayu masih saja lelap dalam tidurnya. Ia kami bangunkan 20 menit kemudian, dan ia langsung takjub sadar sudah sampai di Taman Dino, dengan ikon kepala T-Rex raksasa. Namun, berhubung masih ngantuk dan capek, ia minta digendong saja untuk masuk ke lokasi wisata.

                                                  

"silakan, kak bisa dibantu tiketnya?"

Sapa seorang petugas ketika kami sampai di hall Dino Mall, setelah mencuci tangan.

"mau redeem pakai traveloka di mana ya mas?" tanya saya

"ohya silakan langsung turun satu lantai, nanti ke loket lima ya kak"

Di Dino Mall yang merupakan bangunan tertutup ini, sekilas saya lihat adalah wisata pendukung Jatim Park 3 yang antara lain ada rumah hantu, museum musik dunia, fun tech plaza, dan infinity world. Dari sana, kami harus mengikuti eskalator turun untuk sampai ke loket.

"mau redeem traveloka, mbak" ucap saya kepada mbak petugas loket yang berbody seger.

"ya pak. Bisa dibantu untuk QR nya ya pak?"

"ini mbak, hape saya buat mbak aja" jawab saya

Sejurus kemudian, ia langsung mengklik tombol enter di keyboard dan kami langsung mendapatkan tiga gelang tiket VIP warna biru. Ohya, tiket terusan yang saya beli di traveloka ini, berlaku untuk kunjungan di Dino Park, Museum Musik, Circus Magic, dan Fun Tech Plaza. Yaa bagiamana lagi karena adanya terusan semua. Jadi nggak bisa mrinthil milih milihnya. Hehehe..

Suasana Dino Park JTP 3 siang ini sangat ramai. Begitu masuk ke area taman dino, kami disambut dengan replika beberapa dinosaurus diantaranya T Rex dan Triceratops. Dayu yang sudah terlanjur hafal terlihat sangat antusias dan ingin memegangnya. Replika tersebut sebagaimana yang ada di Dinopark Mojosemi, bisa bergerak dan mengeluarkan suara.

Salah satu koleksi 'dino bergerak' di Jatim Park 3 (dokpri)
Salah satu koleksi 'dino bergerak' di Jatim Park 3 (dokpri)

Masuk ke hall utama, di sana dipajang replika kerangka brachiosaurus yang sangat besar dan panjang. Panjangnya hingga 20 meter kalau tidak salah. Di sana juga tampil visual informasi menarik dan beberapa mainan yang bisa dicoba terkait pelajaran tentang dinosaurus secara ilmiah.

Mulai ke tempat selanjutnya, kami berjalan turun mengitari dua ekor replika dinosaurus berbulu, dan antri untuk menaiki kereta wisata lima jaman. Antrian siang ini meski baru buka, sudah berjubel. Terdengar suara operator kamera.

"lima selanjutnya empat, mas.. empat selanjutnya tiga, ya mas" dan seterusnya.

Ealah ternyata dia mengabseni orang untuk berfoto sebelum giliran masuk ke kereta. Saya sudah tahu modus operandinya yaitu memotret dan nanti secara opsional bisa ditebus fotonya.

Kurang lebih kami antri sekira lima belas menit sebelum akhirnya dapat giliran masuk ke kereta wisata. Pertama kali, kami harus melihat tayangan di sebuah ruangan yang mirip dengan bioskop, bedanya, kursinya adalah rangkaian kereta tersebut. Setelah penayangan video tentang dinosaurus selama lima menit, dua rangkaian kereta berjumlah 48 tempat duduk segera berputar dan berjalan pada relnya. Kami pun memasuki suasana jaman jaman dinosaurus yang dibagi ke beberapa era. Selama perjalanan lebih kurang lima menit itu kami disuguhi dengan replika dinosaurus sesuai jaman di kanan kirinya. Tentu saja, anak saya Dayu paling antusias. Melihat dinosaurus bergerak gerak dan mengeluarkan suara.

Suasana menaiki kereta lima jaman (dokpri)
Suasana menaiki kereta lima jaman (dokpri)

Lepas dari kereta lima jaman, kami harus keluar dan ada stand yang menawarkan foto hasil jepretan tadi. Saya bilang istri kalau itu harganya mahal.

"delapan puluh ribu, mas" kata seorang pengunjung ketika saya tanya bayar berapa

Menurut saya ini tidak worth it untuk sebuah foto. Jadi ya kami skip saja.

Salah satu ruangan tema dunia es, (dokpri)
Salah satu ruangan tema dunia es, (dokpri)

Dimulailah perjalanan kami di tempat terbuka di mana disitu juga ada stand penyewaan Ebike, sebuah sewaan sepeda elektrik seharga Rp. 150.000,- per dua jam. Tempat terbuka ini dibagi menjadi beberapa arena. Untuk pertama kami menuju ke Dinotopia yang merupakan dunia fantasi ketika dinosaurus hidup berdampingan dengan manusia. Tampak suasana kerajaan yang memanfaatkan dinosaurus sebagai tunggangan perang. Dekat situ, ada sebuah playground anak, yang sebenarnya Dayu kurang tinggi sedikit untuk bermain disitu.

"silakan pak didampingi anaknya" ucap si mas penjaga.

Saya pun akhirnya mendampingi Dayu untuk menyelesaikan tantangan playground sekitar 15 menit. Meski playgroundnya kecil, tapi tantangannya berlapis dan seru. Bahkan saya yang dewasa aja merasa keseruan, kok.

Tepat waktunya untuk istirahat dan makan, kami memutuskan untuk shalat dhuhur terlebih dahulu di mushola yang ada. Setelah itu baru dilanjutkan dengan bermain. Dayu tertarik untuk bermain bom-bom car, naik bianglala mini, dan bermain di tempat belajar dino. Sebuah tempat yang menawarkan kegiatan mewarnai dan bermain pasir ajaib.

Salah satu sudut Dinopark (dokpri)
Salah satu sudut Dinopark (dokpri)

Capek bermain, kami kemudian menyempatkan makan siang sebentar di foodcourt yang ada. Sembari menunggu pesanan datang, satu wahana lagi kami coba yaitu bermain laser maze. Permainan menghindari cahaya laser yang nggak seru seru amat.

"permainan yang nggak jelas, ya bapak" komentar Dayu setelah bermain di laser maze.

Puas bermain dan waktu juga sudah cukup sore, kami memutuskan untuk pulang. Tapi mumpung di sini, kami sempatkan sejenak mengelilingi area the rimba. Di sana ada beberapa tema yang menarik diantaranya, akuarium tiga dimensi, dunia es, dan tentu saja wahana menaiki dinosaurus.

Dayu manaiki salah satu wahana tunggang (dokpri)
Dayu manaiki salah satu wahana tunggang (dokpri)

Kaki kami sudah capek berkeliling. Akhirnya kami putuskan untuk pulang saja melalui pintu keluar hingga kembali ke dino mall. Di sana, kami melepas sumuk sejenak di fun tech plaza. Di sana, ada permainan permainan sains ilmiah yang bisa dicoba seperti bermain game cukup dengan menggerakkan anggota badan, dan satu yang Dayu suka adalah mewarnai gambar ikan, dan sesaat kemudian gambarnya discan dan muncul sebagai ikan berenang di tayangan layar raksasa. Ia tampak senang bukan main.

Menurut tiket yang telah saya pesan, saya masih bisa menikmati Museum Musik Dunia dan Circus Magic. Namun karena hari sudah sore dan kami sudah merasa sangat lelah kami memutuskan untuk cabut saja.

Foto dulu sebelum cabut (dokpri)
Foto dulu sebelum cabut (dokpri)

**

Pak Bayu menyapa saya ketika saya sampai di Panoraman Inn, yang terletak di belakang Balai Kota Among Tani.

"Oh yang book lewat traveloka ya, Mas Hamid, ya? Silakan mas langsung parkir saja"

Petugas hotel itu tampak ramah dan murah kata. Saya dipersilakan untuk segera memarkir dan melakukan check in paperless dengan cepat.

"ada yang bisa dibantu bawa barang-barang, mas?" tawarnya

"terimakasih, Pak barang kami cuma sedikit nanti saya angkat sendiri" jawab saya.

Penginapan yang saya booking ini seharga Rp. 237,500,- per malam. Saya sengaja mencari penginapan yang menawarkan pemandangan bagus. Awalnya, saya berharap bisa menginap di Kaki Bukit Panderman, namun karena kesalahan teknis pemesanan, saya akhirnya memilih hotel yang juga bisa dipesan lewat OYO ini dengan pertimbangan dekat dengan pusat kota, dan pemandangannya asssooooyyy..

pemandangan dari kamar kami (dokpri)
pemandangan dari kamar kami (dokpri)

Kamar kami, sebagaimana pesanan berada di lantai 2. Dari balkon, kami bisa memandang dengan lepas Gunung Banyak dan gagahnya Gunung Arjuno di sebelah utara. Hawa di Kota Batu juga sejuk-sejuk syahdu sehingga makin menambah keceriaan keluarga kecil saya. Eh ternyata, tampak pula di Panderman tengah diadakan latihan paralayang yang bisa kami saksikan langsung dari jendela kamar. What a lucky us.

Impian saya ketika sampai di penginapan hanya satu. Segera mandi, shalat ashar dan pingin tidur karena nguantuk sekali. zzzz

**

Selepas maghrib, kami jalan jalan sebentar ke kota. Menurut referensi dari Pak Bayu, kami bisa memesan nasi goreng enak yang berada dekat dengan ruko Bank BRI. Kami datangi kedai tersebut dan membungkus nasi goreng. Mumpung di Malang, tidak ada jeleknya menikmati bakso. Kami memutar melihat suasana alun-alun Batu yang tampak sangat ramai. Saking ramainya, saya sampai lupa kalau sekarang musim corona.

Nasi goreng tanpa saos di Jatim itu, susah dicari (dokpri)
Nasi goreng tanpa saos di Jatim itu, susah dicari (dokpri)

Saya tidak pernah tertarik untuk berkegiatan di keramaian, makanya saya langsung ngegas mencari warung bakso yang rekomended. Sempat jalan kaki sebentar di sepanjang trotoar Jalan Panglima Sudirman, akhirnya kami menemukan sebuah warung bakso Cak Man. Langsunglah kami pesan dua porsi bakso komplit dan teh tawar panas. Untuk menghangatkan badan yang mulai flu dan greges tanda positif covid minta istirahat.

"semua bakso di Malang itu enak" kata istri saya meyakinkan.

Ya menurut saya juga begitu. Bakso disini khas dan kami juga dipersilakan menambah komposisi dengan kecambah serta selada mentah. Segaaar sesegar mamah muda.

Bakso Malang, segerrr (dokpri)
Bakso Malang, segerrr (dokpri)

**

Selamat pagi Kota Batu. Minggu pagi, 20 Juni 2021 kami awali dengan jalan jalan sekilas. Pak Bayu berujar kalau di dekat Balai Kota ada kulineran dan pasar pagi. Benar saja, cukup jalan kaki dua menit, kami sudah sampai lokasi yang dimaksud. Aneka dagangan digelar, aneka kuliner dijajakan. Tapi, saya tetap saja ingin melihat-lihat suasana Balaikota dari dekat dulu.

Depan Balai Kota, tampak tertutup adalah Gunung Panderman (dokpri)
Depan Balai Kota, tampak tertutup adalah Gunung Panderman (dokpri)

Balaikota ini sungguh megah menurut saya. Menghadap langsung ke gunung dan perbukitan, suasana sekitar nampak masih segar dan asri. Di halaman depannya, ada beberapa air mancur.

Saya di depan Balaikota Among Tani (dokpri)
Saya di depan Balaikota Among Tani (dokpri)

"Bapak Dayu pingin mandi di air mancur, tapi ditemenin bapak" rengek anak saya.

Tidak lama kami melihat-lihat suasana Balaikota, kami segera kembali untuk membeli beberapa jajan dan sarapan pagi. Alih-alih makan di tempat, kami memilih membungkus untuk kami makan di taman hotel saja.

"beli di mana mbak, nasi jagungnya?" tanya pengunjung hotel lain kepada istri saya.

Pengunjung hotel ini adalah serombongan dari Surabaya yang 'nampaknya' tengah merayakan ulang tahun neneknya. Sepagi ini mereka ngopi -- ngopi bareng setelah malam sebelumnya berpesta duren, tepat di taman bawah kamar kami. Hehehe..

Sarapan pagi di taman hotel (dokpri)
Sarapan pagi di taman hotel (dokpri)

Pukul sembilan pagi, kami check out untuk pulang. Kebetulan Pak Bayu sedang pergi sehingga kami check out dengan petugas lainnya. Tak lupa kami berpamitan kepada rombongan Surabaya tadi.

"Langsung pulang Semarang, ya. Hati hati yaa.." sapa mereka dari sebuah sudut taman.

"ini mau mampir Prigen, bablas Semarang.. mari bu"

 

**   

Panorama dari tempat menginap (dokpri)
Panorama dari tempat menginap (dokpri)

Alhamdulillah, sepagi ini cuaca cerah. Saya memutuskan untuk melalui jalan alternatif tembus Kecamatan Karangploso tanpa melewati Batu. Takut macet karena saya memprediksi kota Batu akan selalu macet pada akhir pekan.

Saya merasa perkiraan waktu tempuh saya ke Prigen akan meleset. Apalagi, ditambah fakta bahwa sepagi ini kota ini sungguh sangat ramai. Pengunjung dari luar pun tampak ramai ditandai dengan mobil mobil dan bus yang beriringan menuju Kota Batu. Akhirnya kami hanya bisa sabar berjalan pelan sampai underpass Karanglo.

Dari Karanglo, kami mengikuti jalan nasional arah ke Surabaya. Kira kira, satu setengah jam kami baru sampai di gerbang wisata Prigen. Tidak jauh dari gerbang wisata, tampak banyak penjaja menawarkan wortel. Mahal gila, lima biji wortel dihargai dua puluh ribu. Yaaa.. harga wisatawan. Tidak apa apa lah tidak tiap hari juga.

Ternyata dari situ perjalanan masih cukup jauh. Ada sekira dua puluh menit kami baru sampai di loket. Untuk loket traveloka sendiri ada di sebelah kanan. Kami tinggal menunjukkan QR dari hp kepada petugas dan ditukar dengan struk. Tapi antrinya lama sekali. Ada sekitar lima belas menit kami antri hingga mendapat struk tersebut.

Ada satu kejadian yang kurang menyenangkan yaitu kami tidak sengaja lolos di gerbang tiket, karena kami dibantu petugas jemput bola. Sehingga ketika sampai di pemeriksaan, kami harus memutar balik menukar struk tiket, dengan gelang tiket. Tiket terusan Prigen untuk weekend ini di traveloka dibanderol Rp. 131.000,- per orang.

Dengan harga tiket yang cukup mahal, pertama kami bisa menikmati Safari Adventure langsung dari mobil. Kurang lebih lima menit kemudian kami telah sampai di area safari dengan menjumpai binatang pertama yaitu bison. Hewan selanjutnya yang bisa 'diberi makan' adalah Llama Glamma. Semacam kambing leher panjang yang jinak dan suka menghampiri mobil. Ketika kita mengeluarkan wortel, dia pasti langsung menghampiri dan memakannya. Ini adalah pengalaman yang menarik dan menyenangkan terutama buat Dayu.

Di area binatang buas, kami menjumpai beberapa ekor macan loreng dan satu ekor macan putih. Beberapa diantaranya sedang tidur. Jujur, dari hewan-hewan saya paling suka dengan macan. Jika jinak, pasti sudah saya gendong itu macan.

Selain macan, ada juga singa-singa dan beruang. Di area singa saya melihat salah satu singa tengah menggigit sebuah benda berbahan plastik, mirip bagian dari mobil yang pecah dan terjatuh. Petugas tampak sigap menghalau singa tersebut agar melepaskan benda yang bisa membahayakan si singa. Begitu dilepaskan, petugas yang mengemudikan mobil jeep tersebut langsung mengambil barang tadi.

Jeep petugas standby di kawasan singa (dokpri)
Jeep petugas standby di kawasan singa (dokpri)

Secara umum, di Safari ini ada beberapa hewan yang menarik untuk dilihat diantaranya kawanan rusa, monyet, kijang tanduk ukir, spesies-spesies sapi, unta, jerapah dan zebra. Dari sekian itu, yang paling hobi makan wortel tampaknya adalah Lamma Glamma dan Zebra.

Sekawanan gajah dan anaknya (dokpri)
Sekawanan gajah dan anaknya (dokpri)

Safari adventure berakhir sekitar satu jam. Termasuk di dalamnya mengantri karena suasana safari sangatlah macet. Ada pula tanjakan yang cukup ekstrim yang saya kurang pede melewatinya karena macet. Takut ngglondor. Wkwkwk.

Lepas dari Safari, kami segera memarkir mobil dan melihat-lihat wahana yang kira-kira kids friendly. Pilihan Dayu jatuh pada permainan mobil mobilan klasik. Di masa pandemi ini, Taman Safari Prigen cukup sigap dengan menyemprot disinfektan pada pegangan-pegangan permainan dan mengingatkan pengunjung untuk memakai masker dengan benar.

**

Setelah shalat dan membeli makan di Safari Fried Chicken yang mottonya "great taste, low price" kami segera melanjutkan langkah ke area baby zoo. Untuk makan siang tadi, satu paket porsinya nasi ayam goreng seharga Rp. 37.000,- benar benar low price, yaa teman teman. Ya, tentu saja sebagai sobat misqueen saya beli satu saja buat Dayu. Kami nanti makan diluar aja yang high price. Hehehe..

Sebelum berkunjung ke baby zoo. Kami lihat ada mobil gratis mengantar pengunjung ke Australiana. Di sana ada beberapa kandang kelinci dan domba. Domba-domba memang lucu. Anak saya suka sekali mengelus elus kepalanya dan mereka hanya mengembek "mbeeekkkk..."

Di area baby zoo ini, saya sebenarnya pingin sekali melihat dan menggendong bayi macan atau singa. Tapi tampaknya kini hanya ada macan remaja. Saya pernah lihat foto istri saya sedang menggendong anak singa bertarikh 2010an.

"singanya sudah besar, dan belum ada yang bayi lagi" seloroh istri saya.

Sebagai gantinya, Dayu yang berkesempatan bermain dan memberi makan anak kangguru bernama Kenzo dan Kiki. Dayu tampak sangat senang bisa berinteraksi dengan binatang khas Australia tersebut.

Dayu bermain dengan Kanguru (dokpri)
Dayu bermain dengan Kanguru (dokpri)

Berhubung waktu sudah sore, kami akhirnya memilih untuk melihat satu kali wahana lagi yaitu Dolphin and Friends yang sangat diinginkan oleh Dayu. Tepat pukul tiga sore, arena ini telah ramai. Suasana sangatlah ramai sehingga tidak terasa kalau kami sedang berada di masa pandemi. Meski begitu, komposisi tempat duduk sudah dibuat berjarak dan beberapa petugas berseragam Satgas Covid juga dengan sigap berkeliling mengingatkan pengunjung agar memakai masker dengan benar.

Pertunjukan dimulai, dua ekor lumba-lumba tampak sangat terlatih mengerjakan instruksi dari pelatihnya. Dua ekor lumba-lumba itu bernama Suarez dan Krishna.

Suasana pertunjukan lumba lumba (dokpri)
Suasana pertunjukan lumba lumba (dokpri)

Sejujurnya, saya kurang sreg dengan hiburan binatang seperti ini karena merupakan sebuah bentuk eksploitasi dan pemanfaatan hewan demi kesenangan manusia. Tapi, karena masa kecil saya juga pernah menonton seperti ini, dan Dayu juga merengek sedari tadi pingin nonton ya sudah tidak apa apa minimal Dayu sudah menonton sekali.

Pertunjukan lumba lumba ini berlangsung kira kira lima belas menit saja. Sorak sorai tepuk tangan penonton bergemuruh memenuhi arena ketika pertunjukan selesai.

**

Waktu sudah menunjuk mendekati pukul empat sore ketika kami keluar dari kompleks Taman Safari Prigen. Menurut peta, kami harus masuk tol terdekat di Pandaan. Sepanjang perjalanan, kami mencari barangkali bisa menemukan masakan khas Jawa Timur berupa tahu campur. Menurut panduan google map, seharusnya kami menemukannya sesaat sebelum bangjo tol Pandaan. Namun ternyata nihil hingga akhirnya setelah memutar dan memastikan tempat tersebut tutup, kami putuskan untuk makan di sebuah warung penyetan Lamongan.

Perut sudah kenyang, saatnya kami beranjak untuk perjalanan pulang.

Dari tol Pandaan, kami sudah berniat akan full tol hingga Ungaran nanti. Pembayaran tol pertama yaitu di gerbang Kejapanan sebesar Rp. 20.000,- dan gerbang Waru yang mana saya sempat kesasar salah memilih arah ke Juanda dengan membayar Rp. 9.000,-. Setelah memutar dan keluar tol di Waru sejenak, akhirnya saya berhasil menemukan jalur tol yang benar menuju ke Warugunung.

Di Warugunung, terdeteksi saldo e tol saya tinggal 186.000,-

Dalam perjalanan pulang, saya berusaha konstan di kecepatan 110 Km/jam. Di kecepatan ini, konsumsi BBM terasa sangat irit. Kira-kira ketika waktu maghrib tiba, kami sudah sampai di Rest Area 626 Saradan Nganjuk dan beristirahat sejenak menjalankan shalat. Dan akhirnya, pukul 21.30 kami telah sampai di Gerbang Tol Ungaran setelah lima jam perjalanan dari GT Pandaan tadi. Adapun biaya tol Warugunung ke Ungaran adalah sebesar Rp. 326,500,-

Alhamdulillah. Jam sepuluh malam kami telah sampai kembali ke rumah dan agendanya adalah segera tidur karena esok hari harus ngantor seperti biasa.

Sampai jumpa di perjalanan selanjutnya..!

Rekap pengeluaran /Dokpri
Rekap pengeluaran /Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun