Suasana Kota Batu ternyata sangat dingin. Hingga saya pun akhirnya memutuskan untuk berjalan -- jalan di sekitar Alun-alun Wisata Kota Batu dengan jaketan dan sarungan. Alun-alun ini tampak elok, meski jalan di sisi barat dan selatan bukanlah jalan utama. Alun alun yang dilengkapi dengan bianglala yang ikonik. Sayang, sepagi ini belum buka sehingga kami harus puas memandang dan menikmati keindahannya dari balik pagar.
Terlihat sebuah gerobak penjual nasi pecel di pojok tenggara. Kami segera menghampiri dan memesan dua porsi nasi pecel telor. Warung ini tampaknya cukup ramai. Menjual nasi pecel dengan harga dasar lima ribu rupiah, belum termasuk lauk. Pilihan lauknya pun cukup variatif dari aneka gorengan, telor goreng dan lain sebagainya. Citarasa khas Jawa Timur dengan harga yang kompetitif dan ramah di kantong.
Lepas sarapan, kami kembali ke area masjid untuk mandi. Menurut beberapa informasi yang telah saya baca sebelumnya, di Masjid Agung ini juga menyediakan kamar mandi air panas yang memang ditujukan untuk wisatawan. Benar juga, terletak di bagian basement masjid, kami bisa menjumpai sebuah ruangan yang menjajakan beberapa keperluan pribadi serta kamar mandi. Kamar mandinya ada pilihan air dingin atau air panas. Air panas untuk mandi pagi di kota yang dingin ini, jelas menjadi pilihan kami. Tarifnya Rp. 8.000,- per orang.
"Sudah sepuluh tahunan, mas" jawab seorang penjaga ketika saya bertanya sejak kapan ada fasilitas ini.
"wah sudah cukup lama juga ya pak"
Menurut saya, apa yang dilakukan takmir masjid merupakan sebuah langkah yang bagus mengingat kota Batu ini memang sedari dulu dikonsep sebagai kota wisata. Wisatawan yang datang bisa transit dan mandi di sini, masjid pun mendapatkan pemasukan. Win-win solution, lah.