Sayangnya saya lupa bertanya siapa nama pemotong rambut saya kali itu. Ia mengaku berasal dari Kendal, lebih tepatnya Kecamatan Sukorejo. Sukorejo bagi saya entah mengapa selalu mengundang penasaran saya untuk menelisik lebih jauh. Bagi saya, kota kecil perlintasan antara jalur tengah dan jalur Pantura ini menjadi menarik karena beberapa alasan tertentu.
"Sukorejo sekarang ramai, ya, mas?" buka saya mengawali perbincangan tentang Sukorejo
"Iya mas, lumayan.. ya minimal di sekitar bundaran itu. Sekarang mulai ditata sehingga ramai"
"Saya sering lewat sana dulu, mas. Kalau prostitusi di daerah sana sekarang gimana mas?"
"Ya masih seperti dulu mas. Dulu sempat ramai karena geger dengan salah satu ormas keagamaan, sekarang sudah biasa lagi. Itu yang berada di daerah Alaska (Alas Karet)"
"Oh itu.. Saya juga sering lihat ada beberapa hotel di Sukorejo tapi kelihatannya kok kayak hotel mesum, ya mas?"
"Hehehe.. Ya memang begitu, mas. Paling kalau ada yang nginap ya semacam sales antar kota, selain itu buat begituan, mas. Kalau hotel yang bagus untuk wisatawan sih memang nggak ada mas"
**
Inilah yang menarik menurut saya. Kenapa ada banyak hotel di sana, sementara kota Sukorejo hanya sekelas kota Kecamatan kecil, ditempat yang jauh dari kota besar. Jika kita jeli, ketika perjalanan memasuki Sukorejo dari arah Bawah (Weleri) maka kita akan menjumpai beberapa hotel di kanan kiri jalan. Begitu juga di seputar kota. Saya pernah iseng lihat review hotel hotel tersebut di google maps. Rata-rata tidak banyak review dan juga hotel-hotel biasa saja.
"Sukorejo itu potensial lho mas menurut saya untuk dikembangkan" Usul saya kepada pemotong rambut yang mengaku lebih dari satu tahun itu meninggalkan kampung halamannya.
"Potensial untuk dikembangkan wisatanya. Kotanya adem, punya wisata andalan, Curug Sewu, dan saya kira bisa diandalkan juga dari wisata lainnya" sambung saya.