Waktu saya terbuang dua jam. Mas Yanto saya ajak ngopi sejenak tetapi tidak mau. Akhirnya saya pun capcus melanjutkan perjalanan.
**
Sudah lama saya tidak ke Tawangmangu. Terakhir sekitar tahun 2011 dan saat ini saya kembali lagi ingin melalui jalan itu kesana naik motor. Berhubung sekarang jamannya google, maka sebelum pukul 9 saya telah membelokkan motor parkir di depan warung soto karang. Yang populer di google maps.
Sembari istirahat, saya memesan soto, teh panas, dan beberapa lauk. Rupa rupanya, tempat makan dan parkiran dipenuhi oleh rombongan konvoi matik gambot. Semacam N Max dan Aerox. Ah, saya jadi sempat kepikiran mau nyewa Nmax di Kota Solo terus ikutan konvoi. Wkwk..
Soto karang ini lebih mirip sup iga sapi karena memang dicemplung potongan iga sapi. Rasanya.. Hmm sangatlah maknyus! Kalau masalah harga bisa dibilang masih sangat ramah dikantong, euy. Saya makan soto, teh dan dua gorengan bayar 14 ribu saja.
Puas sarapan, saya melanjutkan mendaki gunung Lawu. Ini adalah kali pertama saya bermotor melebihi Tawangmangu. Setelah daerah Tawangmangu, saya melewati jalur-jalur utama saja karena lebih landai dan lebih lebar. Selain itu, saya baru pertama lewat jadi harus hati-hati.
Tidak jauh dari Tawangmangu, tampak hamparan datar penuh dengan warung dan keramaian dengan view yang sangat bagus. Thats Cemoro Kandang, basecamp pendakian Lawu via jalur barat.
Setelah melewati perbatasan Jawa Tengah-Jawa Timur, saya tidak lama kemudian menemukan Cemoro Sewu. Sebuah kawasan keramaian dengan jalan yang lebar lengkap dengan median, dan banyak bangunan. Seperti kota kecil. Tempat ini boleh dibilang adalah jalur utama pendakian ke Gunung Lawu.
**
Dari Cemoro Sewu ke Sarangan, pemandangan berupa hutan-hutan dengan pohon-pohon yang menurut saya sangat endemik dan unik sekaligus menyeramkan. Perjalanan didominasi turunan berkelok hingga sampai di Sarangan. Dekat, ternyata. Tak kira jauh. Hehehe..