Kemarin, waktu hari kedua puasa, setelah sahur saya browsing-browsing florist di daerah Solo. Syukur-syukur bisa pesan handbouquet dan bisa COD an di Terminal Solo yang sore nantinya akan saya sambangi. Handbouquet sekarang mahal-mahal. Ya mungkin sejak dulu mahal, sih. Lalu kenapa tidak cari yang lebih murah saja, pikir saya.
**
Mungkin orang menganggap saya orang romantis, boleh lah. Saya memang suka memberikan pasangan saya bunga, terlebih bunga mawar merah. Dulu, kami jadian berpacaran lima tahun silam, salah satunya juga saya anggap karena kehebatan surprise mawar merah ini.
Terulang lagi, waktu kami LDR an dulu, saya Semarang sementara pacar saya di Surabaya sana, sekali waktu saya bahkan memesan bunga mawar putih satu tangkai dan minta diantar ke tempat janjian kita, di salah satu gerai es krim legendaris di kota itu. Pesan tapi belum saya bayar karena saking kenalnya sama penjual bunganya. Minta dititipin ke kasirnya. Agak rempong, ya. Iya sih.. Tapi terbukti wanita yang menerima bunga itu biasanya langsung senyum senyum malu dan timbullah rasa kasih sayang. Hasyaah..
Selama kami berpacaran hingga menikah di tempat tinggal saya, Ungaran, saya beberapa kali membelikannya bunga. Tidak sering sih, paling kalau lagi berantem dan ngambek saja, supaya mencairkan suasana.
Dan saya jadi keingat kalau sudah lama ini saya tidak pernah memberikannya bunga. Mungkin sejak menikah. Disini kalau mau beli bunga tangkai jauh, harus ke Semarang.
**
Kemarin, puasa hari kedua, mumpung istri dan anak sedang di kampung, di pagi buta selepas shalat shubuh saya menggeber motor ke Bandungan. Dingin.. berdasarkan informasi yang saya terima, disana banyak penjual bunga yang dari petaninya. Ada yang dijual ecer namun sebagian besar dijual dalam partai besar.
Hari masih gelap, saya masuk ke parkiran kantor Kecamatan Bandungan. Baru turun dari motor, seorang ibu-ibu langsung menawarkan dagagannya
"Monggo mas, badhe pados sekar nopo?" pertanyaannya. Jika dalam bahasa Indonesia artinya, mari mas mau cari bunga apa?
Saya pun menjawab "pados bunga mawar merah, tapi eceran ndak enten bu?"
"wah ting mriki boten ngecer mas"
Sekelebat kemudian saya ditawari seorang dari puluhan penjual bunga yang ada.
"Sini, mas lihat lihat dulu"
Puas lihat-lihat saya belum menemukan bunga mawar merah dengan eceran, atau minimal dengan jumlah yang tidak terlalu banyak.
Di belakang saya, datanglah ibu penjual pertama membawa seikat mawar merah terbungkus koran.
"Ini mas, mawar merahnya, ada dua puluh lima tangkai, bayar lima puluh saja"
"ah kebanyakan bu" timpal saya
"ini bayar saja empat puluh ribu"
Sejenak saya berfikir. Empat puluh ribu untuk dua puluh lima tangkai mawar segar? Ah ini sudah sangat murah. Daripada beli handbouquet paling tidak harus seratus ribu. Hehehe..
Akhirnya saya pun langsung membayar bunga tersebut tetapi saya masih dikerumuni penjual-penjual yang lain "Lili nya mas.." , "Mawar pink, mas" "Krisannya mas.." dan lain sebagainya tetapi saya jawab dengan halus bahwa saya sudah dapat barangnya.
Bunga mawar segar ini panjang tangkainya hingga satu meter. Kebayang sulitnya membawa bunga ini pulang ke rumah dengan naik motor.
Benar-benar perjuangan yang panjang untuk mempersembahkan bunga kepada orang yang kita sayangi. Tapi saya senang, kok!
Sesampainya di Ngawi, bunga itu langsung saya berikan kepada istri saya. Ia malah menjawab "Kok selo men tuku kembang. Mbok mending aku dikei duit" (kok senggang banget pakai beli bunga, mending aku dikasih uang aja) Hehe.. Saya senyumin saja karena bagi saya, bunga mawar meraah satu tanda cintaaa yang berarti bahwa?
Kalau kalian, kapan terakhir memberi pasangan kalian bunga?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H