Tanpa kita sadari peran keluarga sangatlah penting untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat biologis, psikologis dan sosiologis. Wujud nyata dari itu adalah terjalinya kelekatan (attachment ) yang aman antara anak dan orang tua. Oleh karena itu, anak dengan orang tua perlu membangun emosi dan kognitif anak, ini berfungsi agar anak dapat mengeksplorasi lingkungan dan kehidupan sosialnya. Hubungan awal ini bahkan sudah ada sejak anak didalam kandungan (Sutcliffe,2002).
Pada kenyataannya saat ini banyak sekali orang tua yang abai akan hal tersebut. Oleh sebab itu, sekarang banyak anak yang lari dari keluarganya untuk mencari jati diri di luar rumah yang disebabkan karena kurangnya kelekatan anak dengan orang tua. Padahal kelekatan berperan sangat penting dalam memenuhi perkembangan anak.
Apa itu kelekatan ( attachment ) ?
Kelekatan merupakan hubungan emosional antara anak dan orang tua untuk mencari kepuasan dalam hubungan tersebut (Ainsworth, Blehar, Waters, & Wall, 1978, 2014). Teori kelekatan ini pertama kali diperkenalkan oleh John Bowlby yang merupakan seorang psikolog asal London. Beliau mengungkapkan bahwa kelekatan merupakan tingkah laku manusia untuk mencari kedekatan dan kepuasan dalam suatu hubungan dengan orang lain. Kelekatan ini berfungsi untuk memberikan rasa aman dan nyaman satu sama lain.
Selain itu, Bowlby juga mengidentifikasi empat tahap berkembanganya attachment, yaitu :
1. Fase 1 ( 0 - 3 bulan )
Bulan pertama setelah bayi lahir, mereka melakukan berbagai jenis respon yang sama kepada orang-orang disekitarnya untuk menarik perhatian, seperti menutup mata dan memberikan senyuman. Dengan senyuman tersebut dapat mendekatkan bayi dengan orang tuanya, setelah senyuman biasanya bayi akan melanjutkan dengan celotehan. Senyuman dan celotehan tersebutlah yang mempertahankan figur orang tua dalam kelekatan dengan bayi.
2. Fase 2 ( 3 - 6 bulan )
Pada fase ini bayi akan berfokus dengan orang yang mereka kenal saja. Apabila melihat orang yang mereka tidak kenal, bayi akan diam saja bahkan bisa menangis. Tangisan tersebut hanya bisa didiamkan oleh seseorang yang mereka kenal saja, seperti orang tuanya. Dengan kata lain bayi akan mengembangkan kelekatannya dengan orang yang selalu ada disampingnya dan banyak terlibat interaksi yang menyenangkan dengan bayi.
3. Fase 3 ( 6 bulan - 3 tahun )
Pada usia 6 bulan, kelekatan bayi dengan figur orang tua akan semakin intensif dan eksklusif. Itu dapat dilihat ketika seorang ibu pergi meninggalkannya, bayi akan menangis keras dan merasa cemas karena berpisah. Ketika ibunya kembali bayi akan merasa senang dan aman. Sedangkan pada sekitar usia 8 bulan, bayi sudah bisa merangkak dan akan mengikuti kemana orang tuanya akan pergi.
4. Fase 4 ( 3 tahun sampai akhir masa kanak - kanak )
Sebelum usia 3 tahun anak-anak biasanya hanya mementingkan kebutuhan dirinya untuk mempertahankan kelekatan dengan orang tuanya, karena mereka belum paham apa rencana orang tuanya. Setelah anak beranjak usia 3 tahun barulah merek mengerti kenapa orang tuanya pergi.
Keempat fase tersebut orang tua harus bisa memberikan perhatian pada anaknya, karena pada fase - fase itulah kelekatan dapat dikembangkan. Bahkan, menurut (Kennel dan Klaus dalam Bee, 1981) berpendapat bahwa masa kritis anak dimulai dari 2 jam setelah dilahirkan.
Mengapa Kelekatan ( attachment ) sangat penting ?
Pada masa bayi atau kanak-kanak, kelekatan dengan orang tua memiliki pengaruh besar pada kehidupan anak dikedepannya untuk membangun kelekatan dengan orang sekitarnya saat dewasa. Oleh karena itu, orang tua harus mengetahui bagaimana cara memberikan attachment style yang baik untuk anaknya.
Menurut, Bowlby dan Ainsworth (dalam Santrock, 2003) attachment style dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :
- Secure attachment ( pola kelekatan aman )
Secure attachment merupakan kelekatan yang aman dimana adanya ikatan emosional positif antara anak dan orang tua. Contoh kelekatan yang dapat orang tua lakukan adalah dengan memberikan kasih sayang, perlinduangan, responsif, kenyamanan dan memberikan pertolongan jika anak menghadapi situasi mengancam atau menakutkan. Apabila attachment itu terpenuhi, ketika ia dewasa akan lebih mudah memiliki kelekatan yang baik dengan teman sebayanya ataupun kelompok yang bukan seusianya, memiliki tingkat kepercayaan kepada orang lain yang tinggi, berani untuk berbicara didepan umum dan optimis.
- Insecure attachment ( pola kelekatan tidak aman )
insecure attachment adalah kebalikan dari secure attachment dimana kelekatan yang tidak aman. Kelekatan ini dapat membuat anak menarik diri, memiliki emosi yang tinggi, dan tidak nyaman jika memiliki kelekatan dengan orang lain.
Kelekatan ini dibagi lagi menjadi 3 bagian, yaitu :
Anxious avoidant attachment ( pola menghindar )
Pola ini terbentuk apabila seorang ibu seringkali menunjukan penolakan saat anak sedang menunjukan emosi negatifnya, seperti meminta anak selalu diam, mengejek anak, atau menunjukan ekspresi yang tidak mengenakan saat bersama anak. Akibatnya anak akan menunjukan tanda-tanda kecemasan dan merasa terganggu apabila berpisah dengan ibunya, tetapi jika bertemu kembali anak akan cenderung tidak peduli bahkan menghindar apabila ditenangkan oleh ibunya. Ini beresiko pada karakteristik anak disaat dewasa untuk mengalami masalah penyesuaian diri, sulit mempercayai orang lain, dan anak akan cenderung memendam emosi negatif yang terbawa hingga dewasa nanti.
Anxious resistant attachment ( pola melawan/ambivalen )
Pola ini terbentuk karena anak gagal dalam mengembangkan kelekatan dengan orang tua dan orang tua tidak konsisten dalam merespon anak. Pada pola ini anak akan menunjukan perilaku ketergantungan, tetapi jika didekati orang tuanya mereka malah menolak. Hal ini berdampak pada saat dewasa, anak akan kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain, mudah marah, cemburu, posesif, dan bergantung pada orang lain.
Disorganized attachment
Pola ini terbentuk apabila anak tumbuh di lingkungan yang sering melakukan kekerasan. Misalnya, sejak kecil anak mendapatkan pukulan atau kekerasan dari orang tuanya. Hal ini dapat menyebabkan anak pada saat dewasa menjadi individu yang situasi hatinya cepat berubah, merasa ingin disayang tapi merasa tidak pantas, dan sulit membangun hubungan dengan orang lain.
Pembahasan teori diatas bisa disimpulkan bahwa kelekatan dapat mempengaruhi emosional, sosial, kognitif anak dan berdampak pada karatketristik anak kedepannya. Maka dari itu, peranan orang tua sangatlah penting untuk membangun kelekatan yang aman pada anak sejak dini. Orang tua dapat membangun secure attachment dengan beberapa cara, seperti responsif terhadap kebutuhan anak, membangun kebersamaan anak dengan keluarga, dan menjaga stabilitas kelekatan.
Referensi :
Evridawati, B., Yufiarti, & Yetti, E. (2020b). The Cognitive Style and Attachment on Early Childhood Speech Skills. JPUD - Jurnal Pendidikan Usia Dini, 14(1), 32–42.
Diananda, A. (2020). KELEKATAN ANAK PADA ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN HARGA DIRI. Journal Istighna, 3(2), 141–157.
Qomariah, N. (2019). MEMBANGUN SECURE ATTACHMENT DENGAN ANAK  PADA IBU BEKERJA. NOURA: Jurnal Kajian Gender, 3(1), 90–104.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H