4. Fase 4 ( 3 tahun sampai akhir masa kanak - kanak )
Sebelum usia 3 tahun anak-anak biasanya hanya mementingkan kebutuhan dirinya untuk mempertahankan kelekatan dengan orang tuanya, karena mereka belum paham apa rencana orang tuanya. Setelah anak beranjak usia 3 tahun barulah merek mengerti kenapa orang tuanya pergi.
Keempat fase tersebut orang tua harus bisa memberikan perhatian pada anaknya, karena pada fase - fase itulah kelekatan dapat dikembangkan. Bahkan, menurut (Kennel dan Klaus dalam Bee, 1981) berpendapat bahwa masa kritis anak dimulai dari 2 jam setelah dilahirkan.
Mengapa Kelekatan ( attachment ) sangat penting ?
Pada masa bayi atau kanak-kanak, kelekatan dengan orang tua memiliki pengaruh besar pada kehidupan anak dikedepannya untuk membangun kelekatan dengan orang sekitarnya saat dewasa. Oleh karena itu, orang tua harus mengetahui bagaimana cara memberikan attachment style yang baik untuk anaknya.
Menurut, Bowlby dan Ainsworth (dalam Santrock, 2003) attachment style dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :
- Secure attachment ( pola kelekatan aman )
Secure attachment merupakan kelekatan yang aman dimana adanya ikatan emosional positif antara anak dan orang tua. Contoh kelekatan yang dapat orang tua lakukan adalah dengan memberikan kasih sayang, perlinduangan, responsif, kenyamanan dan memberikan pertolongan jika anak menghadapi situasi mengancam atau menakutkan. Apabila attachment itu terpenuhi, ketika ia dewasa akan lebih mudah memiliki kelekatan yang baik dengan teman sebayanya ataupun kelompok yang bukan seusianya, memiliki tingkat kepercayaan kepada orang lain yang tinggi, berani untuk berbicara didepan umum dan optimis.
- Insecure attachment ( pola kelekatan tidak aman )
insecure attachment adalah kebalikan dari secure attachment dimana kelekatan yang tidak aman. Kelekatan ini dapat membuat anak menarik diri, memiliki emosi yang tinggi, dan tidak nyaman jika memiliki kelekatan dengan orang lain.
Kelekatan ini dibagi lagi menjadi 3 bagian, yaitu :
Anxious avoidant attachment ( pola menghindar )
Pola ini terbentuk apabila seorang ibu seringkali menunjukan penolakan saat anak sedang menunjukan emosi negatifnya, seperti meminta anak selalu diam, mengejek anak, atau menunjukan ekspresi yang tidak mengenakan saat bersama anak. Akibatnya anak akan menunjukan tanda-tanda kecemasan dan merasa terganggu apabila berpisah dengan ibunya, tetapi jika bertemu kembali anak akan cenderung tidak peduli bahkan menghindar apabila ditenangkan oleh ibunya. Ini beresiko pada karakteristik anak disaat dewasa untuk mengalami masalah penyesuaian diri, sulit mempercayai orang lain, dan anak akan cenderung memendam emosi negatif yang terbawa hingga dewasa nanti.