Dalam pelayanan kesehatan, kurangnya komunikasi dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan dalam pelayanan dan penanganan pasien. Komunikasi terkadang hanya berupa perintah dan konfirmasi tanpa diskusi dan transfer pengetahuan (Christina & Susilo, 2021). Kesalahan dalam komunikasi dapat mennyumbang 60 -- 70% insiden keselamatan pasien. Hal ini dapat muncul saat ada yang hilang, keliru, atau salah dalam pengertian Ketika dilakukan proses komunikasi (Murphy & Dunn, 2010)
Dalam kaitannya dengan bahasan "mendengarkan apa yang tidak diucapkan", dalam dunia medis, seorang pemberi layanan harus mampu membaca apa yang tidak disampaikan oleh pasien melalui kata-kata, tetapi tersirat dalam bahasa tubuh (body language), ekspresi wajah, atau gerak isyarat (gesture) pasien ketika sedang berkomunikasi. Menjadi hal yang penting untuk menggali semua informasi yang dibutuhkan ketika berkaitan dengan penyakit pasien, kebiasaan hidup (lifestyle), kepercayaan pasien terhadap pengobatan, dan harapan pasien ketika menerima pengobatan. Lebih khusus dalam bidang farmasi (obat) komunikasi juga harus dilakukan baik itu ketika Pasien menjalani rawat inap maupun rawat jalan. Sebagai contoh, sebelum melakukan kegiatan konseling, selalu akan ditanyakan tentang three prime questions yaitu apakah pasien sudah paham dengan penjelasan Dokter terkait pengobatan; berapa lama dan bagaimana obat akan berpengaruh terhadap penyakit Pasien; dan bagaimana harapan setelah mengkonsumsi obat tersebut.
Dengan adanya penggalian informasi seperti ini, ditambah dengan memberi perhatian penuh terhadap bahasa tubuh (body language), intonasi suara (voice tone), gerak isyarat (gesture)dan ekspresi wajah, diharapkan pemberi informasi dapat menyampaikan dengan sebaik-baiknya tujuan pengobatan, durasi, dosis, hal yang perlu dihindari selama pengobatan, cara menyimpan obat, dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan Pasien. Sehingga end point nya adalah Pasien merasa puas dengan pelayanan yang diterimanya, dan akan memilih kembali untuk berobat di Fasilitas Kesehatan tersebut.
Referensi
Alfarizi, M dan Arief Nuryana. (2019). Komunikasi Efektif Interprofesi Tenaga Kesehatan   Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Rumah Sakit. Ettisal Journal of         Communication Vol. 4, No.2, p.151-162. http://dx.doi.org/10.21111/ettisal.v4i2.3568
Christina, L V dan Astrid P. Susilo. (2021). Penggunaan Metode SBAR untuk Komunikasi efektif antara Tenaga Kesehatan dalam Konteks Klinis. Jurnal Kesehatan dan Kedokteran Vol.3 No.1, p.57-63. https://doi.org/10.24123/kesdok.v3i1.4584
Grossman, David. (2021). The Art of Listening for What's Not Being Said : Top 10 Tips. https://www.yourthoughtpartner.com/blog/the-art-of-listening-for-whats-not-being-said--top-10-tips
Kamaluddin, Restu Nasik. (2023). Communication Skill: Pengertian, Jenis, dan Cara      Mengembangkannya. https://www.gramedia.com/best-seller/communication-skill/
Keiling, Hanne. (2023). 4 Types of Communication and How to Improve Them. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â https://www.indeed.com/career-advice/career-development/types-of-communication
Murphy, J. G. and Dunn, W. F. (2010) 'Medical errors and poor communication', Chest, 138(6),1292--1293. https://doi.org/10.1378/chest.10-2263
Northup, Genevieve. (2023). 10 Communication Skills for Your Life and Career Success. https://www.indeed.com/career-advice/resumes-cover-letters/communication-skills